Selain itu, pengunduran diri Firli juga akan ampuh menepis anggapan atau prasangka buruk sebagian orang yang menyebut dia 'titipan' Polri di KPK.
Selanjutnya, walaupun bukan jaminan, 'perceraian' antara Firli dan Polri bisa jadi penangkal timbulnya konflik kepentingan (conflict of insterest) di kedua institusi.
Tidak mungkin Firli mau mengabdi kepada dua "Tuan", yaitu KPK dan Polri. Di satu sisi sibuk dengan segunung tanggungjawab di KPK, di sisi lain masih berkenan membagikan waktu dan pikiran untuk Polri.
Amit-amit, mudah-mudahan tidak terjadi (lagi), seandainya ada kasus korupsi yang melibatkan oknum polisi yang berpangkat lebih tinggi daripada Firli, agak mustahil bisa diproses dengan mulus.
Oleh karena itu, di bawah kepemimpinannya sebagai ketua, Firli wajib mencitrakan KPK bebas dari tekanan, pengaruh, godaan dan kepentingan mana pun, serta mampu mengemban amanah mulia demi kebaikan bangsa dan negara.
Maukah Firli pensiun dini? Mestinya. Semoga dia dan rekan-rekannya tetap sadar kalau empat tahun ke depan akan menjadi waktu yang cukup panjang dan melelahkan.
Salam antikorupsi!
***
