Meskipun pernah berujar ingin pensiun dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), nyatanya Megawati Soekarnoputri terpilih lagi menerima amanah yang sama untuk kelima kalinya.Â
Sebagian publik tentu tahu bahwa Megawati jadi Ketua Umum PDI-P sejak Kongres I pada 1999 silam. Dan artinya dengan masa tambahan lima tahun ke depan untuk periode 2019-2024, genap sudah beliau menjabat selama 25 tahun. Ketua umum partai politik terlama sepanjang sejarah di Indonesia.
Pemilihan Megawati yang kelima kali dilakukan pada Kongres V PDI-P di Sanur, Bali, 8 Agustus 2019 lalu. Selain itu, hasil kongres lainnya adalah penetapan 27 Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang akan mendampingi Megawati.
Pertanyaannya, mengapa Megawati masih mau jadi ketua umum lagi? Mengapa tidak dialihkan ke orang lain, yakni kepada para kadernya yang potensial untuk itu? Apakah PDI-P kekurangan kader berkapasitas?
Pasti ada yang menilai begitu. Namun menurut saya Megawati barangkali punya pertimbangan-pertimbangan khusus, mengapa seolah-olah dia tidak ingin melakukan estafet kepemimpinan.
Megawati adalah sosok visioner. Dia sudah berpikir jauh bagaimana membesarkan partainya, yang mungkin saja tidak terbersit di benak seluruh kadernya.Â
Dia juga sadar bahwa di partainya terdapat orang-orang mumpuni, terbukti banyak di antara mereka yang jadi pemimpin nasional dan daerah, antara lain presiden, menteri, gubernur, wali kota dan bupati. Belum lagi mereka yang berkinerja baik di parlemen.
Sekali lagi PDI-P tidak kekurangan kader terbaik yang bisa menggantikan atau meneruskan posisi Megawati sebagai ketua umum. Menurut hemat saya, semua itu dilakukan Megawati demi 'menunggu' Jokowi.
Maksudnya apa? Ya menunggu berakhirnya masa jabatan Presiden Jokowi di 2024 mendatang. Hubungannya apa dengan Jokowi?
Pertama, Megawati sebenarnya ingin Jokowi yang menjadi penerusnya. Namun karena Jokowi sedang sibuk menjalankan tugas sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, suksesi kepemimpinan itu tertunda sementara.
Megawati pasti memikirkan posisi penting apa untuk Jokowi jika sudah tidak menjabat lagi di pemerintahan. Walaupun Jokowi belum pernah menjadi pengurus tinggi di partai, tidak berarti jabatan ketua umum partai tidak layak baginya.