Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Seorang Paskibraka Meninggal Dunia, Campur Tangan Senior dalam Latihan?

2 Agustus 2019   20:03 Diperbarui: 2 Agustus 2019   20:11 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenazah Alm. Aurellia Quratu Aini di rumahnya, Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang | KOMPAS.COM (TRIBUNJAKARTA.COM/ Jaisy Rahman Tohir)

Kemarin (Kamis, 1 Agustus 2019) tersiar kabar bahwa salah seorang anggota Paskibraka di wilayah Tangerang Selatan meninggal dunia. Dia bernama Aurellia Quratu Aini, yang merupakan siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Al Azhar BSD.

Sebelum meninggal dunia, Aurellia yang berusia 18 tahun sempat menjalani latihan bersama teman-temannya selama sebulan penuh di tempat karantina, di mana dia diposisikan sebagai calon pembawa baki bendera Merah Putih.

"Aurel sejatinya masuk kandidat pembawa baki. Dengar kabar begini kaget pastinya, enggak nyangka," kata Warta Wijaya, Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangerang Selatan.

Berdasarkan pengakuan keluarganya, Aurellia disebutkan tidak mengeluhkan apa-apa dan juga tidak memiliki riwayat penyakit berat.

"Mukanya itu pucat banget, seperti kelelahan. Padahal dia (Aurel) tidak memiliki riwayat penyakit. Dia tak mengeluhkan apa-apa. Tapi kami lihat dia ini sangat keletihan karena ikut Paskibra. Tiba-tiba saja dia langsung roboh tadi pagi. Jatuh di rumah. Dan setelah dibawa ke rumah sakit, dia dinyatakan meninggal dunia," ungkap Romi, paman dari Aurellia.

Namun menurut keterangan ayah Aurellia, Farid Abdurrahman, latihan yang dilakukan anaknya sangat berlebihan, dan diduga ada campur tangan dari para seniornya.

Farid menceritakan bahwa anaknya kerap menjalani hukuman yang cukup berat, seperti disuruh melakukan push up dengan tangan terkepal, diminta membuat diary setiap hari padahal aktivitas latihan hingga larut malam.

"Jadi campur tangan senior di luar pelatih ini yang merupakan teror beban psikologis yang sangat luar biasa," ujar Farid.

Menambahkan keterangan Farid, Romi mengatakan bahwa Aurellia sebelumnya pernah cerita juga kepada adiknya (bernama Atarisa) tentang adanya hukuman berupa aksi pemukulan.

"Dia cerita ke adiknya, katanya dipukuli oleh seniornya di Paskibra. Tubuhnya juga lebam-lebam," tambah Romi.

Meninggalnya Aurellia bisa dikatakan noda hitam dalam latihan penggemblengan para anggota Paskibraka di tanah air. Belum lagi memang seharusnya yang menjadi penanggungjawab kegiatan adalah pelatih, bukan senior.

Sebegitu parahnya kah bentuk latihan Paskibraka sampai harus menghilangkan nyawa orang? Betulkah para senior diberi wewenang untuk ikut campur tangan melatih dan membimbing para juniornya? Mengapa bukan pelatih saja yang bertanggungjawab untuk itu?

Sampai kapan aksi kekerasan dibiarkan terjadi? Sejatinya, tujuan utama latihan Paskibraka itu bukanlah dalam rangka mempersiapkan para peserta menjadi anggota militer. Mereka dididik dan dilatih secara ketat hanya untuk menyukseskan momen pengibaran bendera. Tidak lebih dari itu.

Mengenai fakta-fakta terkait proses penggemblengan Paskibraka, sila baca di sini. Secara ringkas, di sana tidak ada yang namanya pemberian hukuman berlebihan. 

Semoga pihak penegak hukum segera mengusut dan memproses peristiwa yang memilukan ini, sehingga di masa yang akan datang tidak terjadi lagi hal yang sama.

Selamat jalan, Aurellia. Niat tulusmu bagi negara akan dikenang. Amin.

***

Referensi: [1] 2] [3] [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun