Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenaikan Isa Almasih dan Warisan Hukum Kasih

30 Mei 2019   01:58 Diperbarui: 30 Mei 2019   02:31 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: hidupkatolik.com

Hari ini (Kamis, 30 Mei 2019) seluruh umat Kristiani memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih. Menurut Kitab Suci, Isa Almasih diimani sebagai pribadi Yesus Kristus. Peringatan ini merupakan salah satu perayaan dari beberapa peristiwa penting hidup-Nya ketika masih berada di tengah-tengah umat manusia di bumi; di mana peristiwa-peristiwa lainnya adalah momen kelahiran-Nya, masa Ia berkarya, menderita, dijatuhi hukuman mati, wafat di kayu salib, serta kebangkitan-Nya dari alam maut. Setelah bangkit, beberapa hari kemudian (40 hari) Ia naik ke surga.

Kira-kira demikian pemahaman singkat terhadap peringatan bersejarah yang sudah berjalan selama ribuan tahun silam tersebut di atas.

Kalau ditanya, apa sebenarnya makna kehadiran Yesus bagi umat manusia, terutama untuk mereka yang memutuskan menjalani hidup seturut ajaran-Nya? Jawabannya adalah warisan-Nya. Warisan "Hukum Kasih".

Mungkin sebagian orang tahu bahwa Yesus selama hidup-Nya penuh penderitaan, terhitung sejak Ia dikandung dan lahir. Ia dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan bisa dianggap paling miskin di daerah-Nya dan pada zaman-Nya. Orangtua-Nya bernama Yusuf dan Maria.

Kemudian ketika Yesus beranjak dewasa dan mulai berkarya, Ia kerap mengalami penolakan. Kehadiran-Nya dianggap mengganggu kenyamanan, karena Ia sering bersikap dan bertindak berseberangan dengan tradisi orang-orang sebangsa-Nya. 

Tidak berhenti pada penolakan, Yesus juga dituduh melanggar Hukum Taurat, sehingga Ia mesti dibuat semakin menderita. Yesus terpaksa diadili di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, seorang gubernur Romawi yang dikenal cukup kejam. Ringkasnya, Yesus akhirnya menerima hukuman yang amat hina, yaitu di paku di kayu salib.

Pertanyaanya, bukankah Yesus mampu melakukan apa pun sehingga Ia bisa melawan orang-orang yang menghadang-Nya? 

Bukankah pula Ia mampu mengadakan mukjizat: menggandakan roti dan ikan, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, menyembuhkan orang sakit, mengusir roh-roh jahat, meredakan badai, membangkitkan orang mati, dan sebagainya?

Kekuatan apa yang tidak dimiliki oleh Yesus sehingga Ia tidak bisa menjalankan misi-Nya secara mulus tanpa hambatan?

Seandainya berpikir secara manusiawi, Yesus bisa saja "menghukum balik" orang-orang yang ingin menyingkirkan-Nya. Namun Ia tidaklah seperti manusia pada umumnya, yang lebih mengandalkan kekuatan pribadi untuk kepentingan sesaat. Ia tidak mau ada orang yang tersakiti hanya karena keberadaan-Nya.

Misi utama Yesus di dunia adalah menghadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan yang dimaksud yakni sebuah tempat atau suasana di mana terdapat kedamaian dan sukacita; setiap orang merasa nyaman, aman, rukun, bersatu dan saling bersaudara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun