Baik Yesus, orang-orang Farisi, dan kaum Yahudi lainnya sadar bahwa mereka sedang dijajah oleh pemerintah Romawi. Dan mereka juga paham, membayar pajak merupakan kewajiban. Tidak peduli siapa penguasanya dan dari mana asalnya. Apakah penguasa itu jahat dan/atau menjabat tidak legitimate.
Tahukah Arief bahwa sistem pemerintahan Romawi adalah sistem kekaisaran? Apakah Arief tahu kalau pengangkatan kaisar dapat saja dilakukan tanpa melalui proses demokrasi?
Bagaimana mungkin Arief membandingkan sistem pemerintahan di Indonesia dengan yang berlaku di kekaisaran Romawi?
Arief pasti tahu, Yesus sangat tidak suka dengan keberadaan penjajah Romawi yang merampas kemerdekaan orang-orang Yahudi di zaman itu.
Namun apakah Yesus menolak membayar pajak hanya karena yang memerintah di tanah-Nya adalah penjajah? Yesus dan para pengikut-Nya tetap patuh pada kewajiban mereka sebagai warga, meskipun terjajah.
Bagaimana mungkin sikap Arief malah bertolak belakang dengan yang diteladankan oleh Yesus?
Sekali lagi, Yesus tidak pernah mengajak para pengikut-Nya membangkang dan menghindari kewajibannya. Yesus tegas mengatakan: Berikan apa yang menjadi haknya kaisar, dan berikan pula apa yang menjadi haknya Allah.
Jadi Yesus tidak ingin mencampuradukkan antara urusan duniawi dan bakti kepada Allah. Urusan duniawi salah satunya ya kewajiban membayar pajak, tidak ada urusannya dengan Allah.
Mohon maaf kepada Arief, saya mesti meluruskan tafsiran Kitab Suci, bukan kutipannya.
Semoga Arief terus memperjuangkan idealisme politiknya dan tetap berpegang teguh pada misi berat hidupnya sebagai pengikut Kristus: menjadi "garam dan terang" dunia.
***