Masa kampanye yang menghabiskan waktu berbulan-bulan, energi mayoritas masyarakat Indonesia terkuras hanya untuk membahas Pemilu. Bagaimana tidak, perhelatan pesta demokrasi kali ini terbilang lebih memikat dibanding perhelatan serupa sebelumnya.
Pemilu yang diselenggarakan dalam dua agenda, yaitu pemilihan presiden-wakil presiden (Pilpres) dan para wakil rakyat (Pileg) berhasil menyita perhatian, dan yang paling banyak mendapatkan itu adalah Pilpres.
Pilpres membuat suhu politik memanas dan membawa masyarakat terpecah ke dalam dua kubu besar. Maklum dua capres yang berkompetisi sama-sama pernah "head to head" dan ini kali kedua bagi mereka untuk kembali memperebutkan posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini.
Persaingan sengit di antara para capres bersama pasangannya ternyata turut menjangkiti masyarakat. Masyarakat yang terbelah tidak mau kalah bertempur, baik di darat, laut maupun udara. Segala jenis amunisi dikeluarkan untuk ditembakkan ke kubu lawan. Tembakan yang dilancarkan kadang terkena sasaran, tapi kadang pula berbalik arah menghantam kubu sendiri.
Hari ini Pemilu sedang digelar, persoalan agenda pesta demokrasi mana yang lebih panas telah usai dan hanyut di masa kampanye, tidak penting lagi Pilpres atau Pileg. Para pengguna hak pilih tengah antusias memberikan hak suaranya. Semoga calon yang terpilih sungguh amanah dalam memperjuangkan nasib seluruh rakyat.
Lalu apakah kenangan di masa kampanye dapat dengan mudah terkikis? Tentu tidak, masih akan membekas hingga terhapus habis, entah sampai kapan, waktunya belum pasti. Ada yang dibiarkan lenyap alami, dan ada juga yang diupayakan berakhir cepat. Kenangan tersebut ada yang manis dan pahit.
Harapannya adalah yang manis disimpan, sedangkan yang pahit dibuang. Masalahnya membuang yang pahit itulah yang terasa susah. Perlu waktu yang cukup panjang untuk melakukan hal itu.
Bagaimana agar kenangan pahit dapat terkikis? Kenangan jenis ini ada yang terukir di hati, dan ada pula yang tertaut di benak. Dan biasanya hal yang tertaut di benak rumit dikikis karena persoalan logika. Sulit bagi seseorang untuk ikhlas melepaskan isi pikirannya.
Namun apakah kondisi tersebut dibuat terpendam lebih lama? Harusnya tidak. Berbagai hal yang kurang berfaedah semestinya ditanggalkan dan ditinggalkan. Egoisme dan emosi negatif sungguh tidak bermanfaat bagi kehidupan pribadi, relasi dengan sesama, dan juga keberlangsungan bangsa ini.
Setiap orang yang terlanjur terlibat dalam kepentingan Pemilu wajib "cuci hati dan otak". Cuma dengan cara ini semua kenangan pahit dapat dikikis serta dilupakan. Di sini tidak tersedia tawaran resep ampuh, masing-masing wajib mencari sendiri. Selamat mencoba, semoga berhasil.
***