Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Nangkring LPDP: Antara Saya, Gengsi dan Kebutuhan Informasi

15 April 2014   04:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_319945" align="aligncenter" width="598" caption="Pemaparan luas tentang beasiswa LPDP (dokpri)"][/caption]

Membaca informasi admin tentang Nangkring kompasiana bersama LPDP-RI, otak saya langsung bergerak cepat memerintahkan jemari tangan di atas keyboard laptop usang untuk segera membuka surat elektronik (email) dan mendaftarkan diri sebagai peserta nangkring, sebelum jatah kursi yang berjumlah 50 orang terserap habis oleh kompasianer lain.

Mengapa saya harus bergerak cepat, karena acara nangkring kompasiana kali ini bukan saja tempatnya berada dalam lingkup Kementerian Keuangan RI yang tentu saja memiliki gengsi, namun juga bobot acaranya terasa informatif dan dibutuhkan oleh banyak orang, terutama berkaitan dengan beasiswa. Maka rasanya tidaklah saya gagal tafsir ketika admin menceritakan bahwa peserta yang mendaftar mencapai 150 orang dari 50 kursi yang disediakan. Admin membutuhkan seleksi ketat untuk menyaring 150 orang menjadi 50 orang dengan berpatokan pada mereka yang aktiflah yang diloloskan walau sempat kecolongan 2 peserta nangkring yang ternyata kompasianer pasif. Tentu saja saya mengamini langkah seleksi ini karena minat kompasianer untuk nangkring kali ini ternyata memang bejibun.

Nangkring ramai peminat, antara gengsi, informatif dan doorprize

Mengapa nangkring kali ini begitu banyak peminatnya?. Ratusan bahkan ribuan kompasianer dengan latar belakang yang berbeda dan juga memiliki pengalaman berbeda tentulah memiliki kebutuhan yang berbeda pula. Ada yang berminat mengikuti nangkring karena bobot serta materi acaranya, ada yang karena gengsi tempatnya, ada yang karena kopdar-nya dan ada pula yang memang karena doorprize-nya. Dan penulis sendiri jujur ingin mengatakan bahwa semua kategori di atas adalah pilihan penulis.

[caption id="attachment_319972" align="aligncenter" width="644" caption="Pemberian kenang-kenangan kepada kang Pepih Nugraha dari LPDP (dokpri)"]

1397483078389370405
1397483078389370405
[/caption]

Sebagai orang kampung dan tenaga pengajar yang memiliki keterbatasan segalanya, informasi beasiswa jelas merupakan sebuah kebutuhan penting untuk diserap dan disebarkan luas kepada seluruh sivitas akademik di lingkup di mana selama ini penulis beraktifitas. Dan saya merasa berbahagia ketika informasi yang saya dapatkan dari nangkring kali ini disambut langsung oleh beberapa guru yang berminat kuat meneruskan pendidikannya, walau ada beberapa diantaranya langsung lunglai ketika melihat batas usia sebagai persyaratannya. Hehehehehe.....:)

Pilihan tempat nangkring yang mungkin (dianggap) bergengsi juga menjadi pilihan mengapa Nangkring LPDP kali ini begitu ramai, setidaknya itu alasan saya untuk segera mendaftar; entah dengan kompasianer lain.  Untuk orang semacam penulis yang gagap pengalaman, tentulah rasanya berbeda bisa berkunjung ke kantor kementerian, dan ini terlaksana setelah penulis bergabung dengan kompasiana.

Saya tidak ingin membanding-banding, namun tengoklah nangkring kompasiana bersama mitra yang dilaksanakan tanggal 10 April 2014 kemarin, sampai saat ini hanya tercatat 7 orang peserta dari 15 kursi yang disediakan. Maka mengapa saya sisipkan kata gengsi pada tulisan yang saya paksakan menjadi tulisan reportase dan mudah-mudahan tidak salah.

Pembaca boleh saja tersenyum, namun pengalaman-pengalaman berkunjung ke tempat yang dialami paska bergabung dengan kompasian membuat saya tampak lebih keren stidaknya di komunitas anak kampung seperti saya. Dan mungkin saja akan susah didapat bila saya belum bergabung dengan kompasiana.

Banyak pertanyaan muncul dari teman kompasianer dan teman kerja yang mempertanyakan kemungkinan untuk berkunjung ke kantor Google, dan mekanisme untuk bisa berkunjung di luar kontek Nangkring Kompasiana setelah mereka tahu saya pernah berkunjung ke sana. Artinya betapa pengalaman-pengalaman berharga ini, baik pengalaman mengunjungi suatu tempat atau bertambahnya informasi tetap menjadi daya tarik tersendiri untuk kompasianer dan orang di luar blogger keroyokan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun