Mohon tunggu...
Tubagus Abdullahil Adzkar
Tubagus Abdullahil Adzkar Mohon Tunggu... Mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan

Seorang mahasiswa biasa yang mempunyai ambisi tinggi menjadi usahawan sukses

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Saatnya Negara Serius Menjadikan Petani sebagai Profesi Bergengsi

24 Maret 2025   09:30 Diperbarui: 27 Maret 2025   17:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Freepik


Ketahanan pangan saat ini merupakan salah satu program prioritas pemerintah Indonesia untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi seluruh masyarakat. 

Berdasarkan data BPS tahun 2022, Indonesia merupakan negara agraris terbesar ke dua di dunia dengan jumlah lahan pertanian mencapai 34 %, namun ironisnya sektor pertanian yang seharusnya menjadi tulang punggung program ketahanan pangan justru menghadapi tantangan serius yakni kurangnya regenerasi petani yang ada di Indonesia. 

Data sensus pertanian tahun 2023 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mayoritas petani di Indonesia berusia 55 tahun keatas, sedangkan jumlah petani gen z hanya terdapat  2,14 % saja, dan di prediksi angka ini akan terus menurun sehingga menimbulkan permasalahan besar dalam program ketahanan pangan nasional akibat kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian.

Faktor utama yang menyebabkan rendahnya minat generasi muda dalam bertani ialah melekatnya stigma bahwasanya bekerja kantoran atau berseragam merupakan pekerjaan paling menjanjikan. Banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk mengejar profesi di sektor formal seperti pegawai negeri, perbankan, atau industri lainnya, dibandingkan dengan bertani yang dianggap kurang prestisius dan tidak stabil secara finansial. 

Selain itu, perkembangan teknologi dan digitalisasi yang pesat turut memengaruhi preferensi karier anak muda. Profesi di bidang teknologi, kreatif, dan startup semakin diminati karena dianggap lebih modern, fleksibel, dan memiliki prospek penghasilan yang lebih besar. Hal ini menyebabkan generasi muda cenderung enggan melirik sektor pertanian sebagai pilihan karier mereka.

Di sisi lain, pertanian di Indonesia masih didominasi oleh metode tradisional, yang dianggap tidak efisien, waktunya yang sangat lama dan hasilnya kurang menguntungkan menyebabkan bertani dianggap sebelah mata oleh masyarakat. 

Selain itu juga, minimnya mekanisasi serta akses terhadap teknologi pertanian berbasis digital membuat pekerjaan bertani terlihat melelahkan dan tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Ditambah terkadang terjadi ketidakstabilan harga hasil panen serta dominasi tengkulak dalam rantai distribusi yang semakin memperburuk kondisi, sehingga petani sering kali mengalami kerugian meskipun mereka telah bekerja keras.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, Indonesia berisiko mengalami krisis regenerasi petani yang tentunya akan berdampak pada ketahanan pangan nasional. Terlebih dengan sedikitnya jumlah petani yang ada, tentunya dapat mengurangi jumlah bahan pangan yang dihasilkan sehingga mau takmau pemerintah harus melakukan kegiatan impor yang tentunya melemahkan daya saing petani lokal. Oleh sebab itu, pemerintah harus serius menjadikan petani sebagai profesi yang bergengsi dan menjanjikan.

Sebagai tahap awal untuk menaikan profesi petani agar semakin diminati oleh generasi muda, seharusnya pemerintah perlu menyediakan skema kredit usaha tani dengan bunga rendah, serta subsidi khusus bagi petani muda untuk memulai dan mengembangkan usaha mereka. Bantuan yang sifatnya finansial ini, tentunya dapat menjadi stimulus awal bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian tanpa terbebani oleh keterbatasan modal. 

Dengan adanya skema kredit usaha tani berbunga rendah dan subsidi khusus, petani muda dapat lebih mudah mengakses alat dan teknologi pertanian modern, membeli benih berkualitas, serta mengelola usaha tani mereka dengan lebih efisien. 

Selain bantuan dari segi finansial, pemerintah juga wajib memberikan bantuan dalam bentuk pendampingan, pelatihan, serta akses terhadap teknologi pertanian modern. Banyak generasi muda yang sebenarnya tertarik dengan sektor pertanian, tetapi kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknis sering kali menjadi hambatan utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun