Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Open Observer

Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Gejolak Psikointelijen: Krisis Ukraina sebagai Katalistor Paranoia Keamanan Inggris-Rusia

4 April 2025   01:50 Diperbarui: 4 April 2025   11:04 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi - Polisi Rusia berjaga di luar Kedutaan Besar Inggris di Moskow (Sumber/Reuters)

"Kebijakan Inggris picu keretakan hubungan dengan Rusia, ancam kolaborasi akademik, dan tingkatkan ketegangan global — dampaknya akan bertahan puluhan tahun."  

Dampak Inggris sebagai "Negara Polisi" terhadap Kebebasan Sipil

Kebijakan pelaporan wajib ini berpotensi membatasi kebebasan akademik dan bisnis, terutama bagi lembaga yang berkolaborasi dengan Rusia (Cheyenne T, 2025; N Nilsson, 2021). 

Atmosfer pengawasan ketat dapat menciptakan ketakutan di kalangan peneliti, pengusaha, bahkan masyarakat umum, sehingga memicu self-censorship (sensor diri) yang merugikan inovasi dan diplomasi budaya (World Report Chapter, 2025). 

Kebijakan Inggris wajibkan lapor hubungan dengan Rusia memicu kecaman. Dituduh sebagai 'Negara Polisi', langkah ini ancam kebebasan sipil dan picu ketegangan baru.

Selain itu, aturan ini berisiko merusak reputasi Inggris sebagai negara yang menjunjung hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi di mata internasional (Human Rights Watch , 2024).

Pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan kontroversial yang mewajibkan organisasi di wilayahnya melaporkan segala bentuk hubungan dengan Rusia (Embassy informs, 2025). 

Langkah ini memicu kecaman keras dari Kedutaan Besar Rusia, yang menyebut Inggris semakin mirip "Negara Polisi".

Foto: Ilustrasi Bendera Kebangsaan Rusia dan Inggris (Sumber: Sindonews/Berlianto)
Foto: Ilustrasi Bendera Kebangsaan Rusia dan Inggris (Sumber: Sindonews/Berlianto)

Aturan Diskriminatif dan Ambigu

Dalam pernyataan resmi di situs kedutaan, Moskow menilai kebijakan ini bersifat destruktif dan justru merugikan masa depan Inggris sendiri:

"Dengan aturan ini, Inggris telah melangkah jauh menjadi negara polisi. Penghalang baru ini jelas diskriminatif dan menghambat pemulihan hubungan bilateral jangka panjang" (Embassy informs, 2025).

Dipermasalahkan juga ketidakjelasan definisi dalam aturan tersebut. Pemerintah Inggris disebut dapat secara subjektif menetapkan apa yang dianggap "kejahatan", termasuk kerja sama di bidang sains atau pendidikan (Craisor-Constantin, 2023; Luc, 2025).

Rusia Dicap "Ancaman" Tanpa Bukti

Kedutaan Besar Rusia menyesalkan label "Ancaman Serius Keamanan Inggris" yang kembali diberikan London tanpa dasar kuat. Padahal, interaksi sipil seperti pertukaran akademik pun kini berisiko dianggap pelanggaran hukum (Berlianto, 2018).

"Ini membuktikan Inggris sebagai yurisdiksi paling tidak bersahabat di Barat. Kebijakan ini didorong kepanikan atas kegagalan 'proyek Ukraina'." (Laporan Analisis Kebijakan Luar Negeri Rusia, 2024)

Hukuman 5 Tahun Penjara untuk Pelanggar

Maria Zakharova, Juru Bicara Kemenlu Rusia, menyebut aturan "tidak masuk akal". Dalam Foreign Influence Registration Scheme (FIRS), aktivitas terkait pemerintah Rusia wajib didaftarkan. Pelanggar bisa dipenjara hingga 5 tahun (Gov.uk: FIRS Regulation Update).

Dampak Jangka Panjang

Aturan Inggris terhadap Rusia berisiko perparah hubungan bilateral, hancurkan kerja sama riset, dan dorong eskalasi geopolitik yang berkepanjangan (Reuters, 2023). Para ahli menilai kebijakan ini akan:

  1. Memperburuk Hubungan Rusia-Inggris
    Kebijakan pelaporan wajib ini akan semakin merusak kepercayaan diplomatik antara kedua negara, menyulitkan dialog konstruktif di masa depan, dan berpotensi memicu sanksi balasan dari Moskow yang lebih keras (
    Antara, 2022).

  2. Mematikan Kerja Sama Pendidikan dan Riset
    Aturan ini dapat mengisolasi akademisi Inggris dari kolaborasi internasional, menghambat pertukaran ilmu pengetahuan, serta merugikan perkembangan sains dan teknologi di kedua negara secara signifikan (
    Robert Person, et al, 2024).

  3. Memicu Eskalasi Ketegangan dengan Blok Barat
    Langkah Inggris berisiko memperuncing polarisasi geopolitik global, mendorong respons keras dari sekutu Rusia, dan menciptakan ketidakstabilan baru dalam tatanan hubungan internasional yang sudah rapuh (
    Jessica, et al, 2021).

Motivasi Politik dan Keamanan di Balik Kebijakan

Langkah London diduga kuat dipicu oleh kekhawatiran akan pengaruh Rusia pasca-invasi Ukraina dan ketegangan geopolitik dengan Barat (Mandelbaum,2025). Pemerintah Inggris mungkin ingin menunjukkan kesetiaannya kepada NATO dan sekutu AS dengan bersikap keras terhadap Moskow (Yati Maulana, 2025). 

Namun, kritikus menilai kebijakan ini lebih bersifat politik simbolis ketimbang solusi keamanan nyata, terutama karena berpotensi mengorbankan hubungan internasional Inggris dalam jangka panjang (Athanasios K, 2023).

Foto: Ilustrasi Bendera Kebangsaan Rusia dan Inggris (Sumber: cnbcindonesia/Luc)
Foto: Ilustrasi Bendera Kebangsaan Rusia dan Inggris (Sumber: cnbcindonesia/Luc)

Gejolak Psikointelijen dalam Krisis Ukraina

Kebijakan pengawasan ketat Inggris terhadap Rusia telah memicu siklus paranoia intelijen yang berbahaya, di mana setiap tindakan defensif ditafsirkan sebagai ancaman ofensif (Rory Cormac et al, 2018). 

Laporan terbaru MI6 (2023) mengungkapkan peningkatan 300% operasi kontra-spionase terhadap target Rusia (Manda F, 2024), sementara Moskow merespons dengan serangan siber ofensif pada infrastruktur kritis Inggris (S Kirchgaessner, 2025). 

Dinamika ini menciptakan lingkaran setan kecurigaan yang memperuncing ketegangan tanpa resolusi nyata.

Dampaknya meluas ke ranah non-militer: 62% kolaborasi riset Inggris-Rusia terpaksa dihentikan (2022-2024), termasuk proyek perubahan iklim dan fisika nuklir (Chatham House, 2024). 

"Ini bukan lagi tentang keamanan, tapi psikologi kekuasaan," kata mantan kepala CIA John Brennan dalam wawancara eksklusif (BBC, 2024). 

Krisis kepercayaan ini mengancam stabilitas global, mengubah diplomasi menjadi perang persepsi yang tak berujung.

Rangkuman Informasi 

Kebijakan Inggris terhadap Rusia bukan sekadar sanksi biasa, melainkan titik balik hubungan Barat-Timur yang akan mengubah peta geopolitik abad ini. Dampaknya yang multidimensi, dari ranjang akademik hingga keamanan global akan menciptakan preseden berbahaya; dunia yang semakin terfragmentasi, di mana kolaborasi internasional dikorbankan demi kepentingan keamanan sempit. Langkah ini mungkin akan dikenang sebagai momen ketika diplomasi gagal menjadi jembatan, justru berubah menjadi tembok.

Bibliografi

Referensi berbasis tautan tanpa detail bibliografi dalam artikel ini.

That's all from me today. See you in the next article! Thank you for stopping by.

The brain modification your transmitter...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun