"Ngabuburit, tradisi khas Ramadan, tak hanya sekadar menunggu Magrib. Dalam kajian akademis, ia menjadi simbol harmoni antara spiritualitas, kesehatan, dan kebersamaan. Yuk, telusuri maknanya yang mendalam!"
Ngabuburit: Kajian Akademis dan Nilai-Nilai dalam Tradisi Ramadan
Bulan Ramadan bukan sekadar bulan suci bagi umat Muslim untuk berpuasa dari subuh hingga maghrib, melainkan juga momentum untuk meningkatkan kesadaran spiritual, memperkuat ikatan sosial, dan mengoptimalkan kesehatan (Dorse, 2024).Â
Salah satu tradisi yang khas di bulan Ramadan adalah ngabuburit, sebuah aktivitas menunggu waktu berbuka puasa yang kaya akan makna dan manfaat (CNN Indonesia., 2025).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia mengklasifikasikan kata ngabuburit sebagai verba (v) dengan label "Sd" yang menunjukkan asal bahasa Sunda (ejaan.id., 2023).
Menurut Dr. Gugun Gunardi, M.Hum., pakar bahasa Sunda dari Universitas Padjadjaran, ngabuburit berasal dari kata burit yang berarti sore atau senja, merujuk pada aktivitas menunggu waktu Magrib sambil melakukan kegiatan ringan (unpas.ac.id., 2022).
Secara akademis, ngabuburit tidak hanya dipandang sebagai tradisi lokal, tetapi juga sebagai aktivitas yang memiliki dampak signifikan bagi kesehatan mental dan fisik (Pretty, Jules., 2006).Â
Studi terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan seperti berjalan-jalan setelah iftar (waktu berbuka puasa) dapat meningkatkan metabolisme, mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, serta menjaga kesehatan jantung (Zohrevandi et al., 2025; Shehbaz et al., 2024; Welch and Rahman., 2023) .
Manfaat Ngabuburit
Selain manfaat fisik, ngabuburit juga memiliki dimensi psikologis yang mendalam. Aktivitas ini dapat mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan menciptakan pengalaman spiritual yang bermakna (Turecek et al., 2025).Â
Suasana Ramadan yang tenang dan damai menjadi latar yang ideal untuk refleksi diri dan penguatan ikatan sosial.Â
Interaksi positif selama ngabuburit, seperti berbagi cerita atau makanan, juga terbukti meningkatkan kesadaran komunitas dan kesejahteraan kolektif (Claire et al., 2022; Cameron et al., 2017).
Oleh karena itu, ngabuburit tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga praktik holistik yang menggabungkan aspek spiritual, sosial, dan kesehatan.Â
Dalam konteks modern, ngabuburit dapat menjadi sarana untuk menciptakan keseimbangan hidup yang lebih harmonis, sekaligus melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang telah mengakar dalam budaya masyarakat.
Kebaruan dalam Kajian Ngabuburit
Penelitian terbaru mengungkap bahwa ngabuburit dapat diintegrasikan dengan pendekatan mindfulness dan terapi alam (ecotherapy), menciptakan sinergi antara tradisi dan ilmu pengetahuan modern (Zohrevandi et al., 2025;Â AbuShihab., 2023).Â
Hal ini membuka peluang untuk mengembangkan program-program komunitas yang memanfaatkan ngabuburit sebagai sarana peningkatan kualitas hidup, baik secara individu maupun kolektif (Coventry et al., 2021).Â
Adanya pemahaman ngabuburit dari perspektif akademis, kita tidak hanya menghargai tradisi, tetapi juga mengoptimalkan potensinya untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, bahagia, dan terhubung.
Intisari
Ngabuburit selama Ramadan adalah aktivitas yang tidak hanya rekreasi, tetapi juga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan. Aktivitas fisik ringan, interaksi sosial, dan suasana spiritual dapat menjadi bagian dari pengalaman Ramadan yang berfaedah. Dengan memanfaatkan waktu ngabuburit secara efektif, umat Muslim dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta memperkuat ikatan sosial dan spiritual.
Bibliografi
Referensi berbasis tautan tanpa detail bibliografi dalam artikel ini.
That's all from me today. See you in the next article! Thank you.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI