Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Open Observer

Writing on what has already been written, reflecting and innovating. It is simply a hobby of an Open Scientist.! 😉😄☕

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Migrasi dan Krisis Nasionalisme Modern

20 Februari 2025   09:30 Diperbarui: 20 Februari 2025   09:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tiket Boarding Pass Keberangkatan (Pixabay/JoshuaWoroniecki) 

~ "Kabur Aja Dulu": Petualangan mencari hidup lebih baik, diiringi ujian nasionalisme—setia pada tanah air atau mengadu nasib di negeri orang? Dilema modern yang penuh tantangan.~ 

Fenomena "Kabur Aja Dulu"

Fenomena "Kabur Aja Dulu": Antara Pencarian Hidup yang Lebih Baik dan Tantangan Nasionalisme. Fenomena ini bukan sekadar upaya melarikan diri dari masalah, melainkan sebuah petualangan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. 

Di baliknya, terselip "Ujian Nasionalisme": Apakah tetap setia mencintai Tanah Air atau memilih mengadu nasib di negeri orang? 

Fenomena "Kabur Aja Dulu", yang menggambarkan kecenderungan individu untuk meninggalkan negara asal demi mengejar kehidupan yang lebih baik di luar negeri, semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. 

"Fenomena ini tidak hanya menjadi sorotan di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara berkembang lainnya."

Studi terbaru dari World Bank (2023) menunjukkan bahwa migrasi tenaga kerja sering kali menjadi respons terhadap kondisi ekonomi yang sulit, seperti tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya upah jika dibandingkan dengan negara-negara tujuan migrasi.

Ekonomi sebagai Pendorong Utama

Di Indonesia, misalnya, ketimpangan ekonomi dan sulitnya akses terhadap pekerjaan dengan gaji yang layak telah mendorong banyak tenaga profesional maupun pekerja kasar untuk mencari penghidupan di negara lain. 

Foto Ilustrasi Papan Informasi Check in Keberangkatan Penerbangan (unsplash/Waldemar) 
Foto Ilustrasi Papan Informasi Check in Keberangkatan Penerbangan (unsplash/Waldemar) 

Tidak dapat dipungkiri, faktor ekonomi memegang peran sentral dalam keputusan seseorang untuk mencari peluang di luar negeri.

Data dari Badan Pusat Statistik (2023) mengungkapkan bahwa angka migrasi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri terus meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini diperparah oleh ketidakstabilan harga kebutuhan pokok serta keterbatasan subsidi pemerintah, yang menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun (Kementerian Keuangan RI, 2023).

"Migrasi sering kali dipandang sebagai solusi instan untuk mengatasi tekanan ekonomi yang dihadapi di dalam negeri." 

Namun, di balik keputusan untuk "kabur" tersebut, terdapat dampak yang lebih luas terhadap identitas nasional dan rasa memiliki terhadap negara asal.

Tantangan terhadap Jiwa Nasionalisme

"Kabur Aja Dulu" soroti tantangan nasionalisme: makin banyak orang menetap di luar negeri, rasa memiliki terhadap tanah air bisa pudar. Nasionalisme tak hanya soal simbol, tapi perlu diwujudkan lewat kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa.  

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diaspora yang tidak memiliki keterikatan emosional dengan negara asal cenderung berkontribusi lebih sedikit dalam hal investasi maupun pengembangan ilmu pengetahuan di tanah air (OECD, 2022).

Namun, tidak semua cerita tentang migrasi berkonotasi negatif. Banyak individu yang tetap mempertahankan semangat nasionalisme meskipun berada di luar negeri. Misalnya, mereka mengirimkan remitansi atau berinvestasi di negara asal mereka, yang secara tidak langsung turut mendorong pertumbuhan ekonomi domestik (International Labour Organization, 2023). 

Foto seorang penumpang perempuan duduk dekat jendela pesawat (unsplash/Killian Pham) 
Foto seorang penumpang perempuan duduk dekat jendela pesawat (unsplash/Killian Pham) 

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merancang kebijakan yang mendukung keterlibatan diaspora dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan cara ini, fenomena migrasi tidak harus berujung pada brain drain yang merugikan negara.

Mencari Solusi Berkelanjutan

"Kabur Aja Dulu" refleksikan dilema ekonomi dan nasionalisme. Migrasi bisa tingkatkan taraf hidup, tapi ancam stabilitas ekonomi dan identitas bangsa. Pemerintah perlu perbaiki ekonomi, ciptakan lapangan kerja, dan libatkan diaspora lewat program inovatif untuk pembangunan nasional.

Jika langkah-langkah ini diimplementasikan dengan baik, fenomena "Kabur Aja Dulu" tidak harus dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang untuk memperkuat hubungan antara diaspora dan negara asal.

Pada akhirnya, fenomena ini tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga bisa menjadi momentum untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh United Nations Development Programme (2023), migrasi bisa menjadi alat pembangunan yang efektif jika dikelola dengan bijak dan inklusif.

Ringkasan

Fenomena "Kabur Aja Dulu" mencerminkan dilema antara mencari kehidupan lebih baik dan menjaga nasionalisme. Pemerintah perlu memperbaiki ekonomi dan melibatkan diaspora agar migrasi tak jadi "brain drain", tapi jadi kekuatan pembangunan bangsa. 

That's all from me today. See you in the next article!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun