Mohon tunggu...
Nyonya Besar
Nyonya Besar Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Verified

Sering marah, tapi gak suka marah, hobinya masak, padahal gak bisa juga, senang kalau menang di debat kusir, sering juga mikir yang gak penting-penting, trus marah-marah, gak bisa berhenti makan (saya hanyalah wanita biasa), bahagia saat nonton drama korea sambil nangis sesegukan, tidak punya bakat olahraga tapi kecanduan badminton dan voli. Pengennya suka nulis, tapi malas baca, malas tidur, lebih malas lagi kalau bangun, lemah hati tapi bohong demi imej.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahli Bicara Seperti Ahli yang Benar-benar Ahli

10 Agustus 2020   12:37 Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:01 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Austin Distel on Unsplash 

        Ada istilah pakar, ahli, jago, profesional, senior dan sejenisnya. Semuanya berusaha menggambarkan berapa ahli dan berpengalaman seseorang di bidang tertentu. Kalau menurut saya mah, istilah ahli udah yang paling tinggi tuh. Kata ahli itu menggambarkan pengalaman dan keahlian menghadapi semua kemungkinan gangguan. 

Buat yang pernah baca komik Kenji (bagus banget ini komik), mungkin masih ingat ada ahli tombak yang melatih dirinya habis-habisan sampai 10.000 kali. Angka 10.000 ini juga pernah ditulis oleh seorang ahli di jurnal ternama, tapi maaf, jujur saja... saya lupa siapa beliau. Jadi bila seorang montir mobil memperbaiki mobil sampai 10.000 kali, dia bisa disebut seorang ahli. Semua 10.000 penyakit mobil tadi harus diselesaikan dengan baik. 

Kasus gagal tidak dihitung disana. Satu lagi syaratnya, harus ada bukti catatan perbaikannya. Bukan hanya testimoni sepihak saja. Bayangkan sehari ada 1 mobil yang diperbaiki, artinya untuk mencapai predikat ahli, perlu waktu 27 tahun! Itu baru satu kasus montir mobil. Hal yang sama harusnya berlaku juga untuk bidang lain.  

Untuk kasus di bidang kesehatan. Wah, aturannya harus lebih lengkap dan terstruktur karena berhubungan dengan kehidupan manusia. Seperti Anthony Fauci yang sedang ramai di televisi. Ia bukan hanya tenar karena Covid 19, tapi ia telah lama malang melintang di dunia kedokteran. Catatan dari wikipedia menyatakan bahwa beliau adalah penulis nomor 13 dari jutaan penulis dunia yang paling sering dikutip. 

Fauci sejak tahun 1976 mempublikasikan penelitiannya, artinya sudah 43 tahun! Semua penelitiannya tercatat dan bisa di tracing bahkan diteliti ulang oleh peneliti lain. Jadi sudah sewajarnya kalau ia disebut seorang ahli. 

Sedangkan di kita sini, kata ahli diobral murah bahkan gratis. Dengan kekuatan testimoni - apalagi yang ngasih testimoni pejabat populer atau artis. Wah sudah deh, langsung jadi ahli .  Dan ini bukan kejadian pertama lho. Ahli tulang, ahli jantung, sampai ahli brainwash.  Semuanya hanya didukung oleh testimoni belaka. Mengapa bisa begitu ya? Mengapa kita bisa percaya tanpa mencari tahu? Mengapa orang tidak kritis atau tergerak mencari tahu? 

Menurut teori Newton, semua benda bersifat lembam atau malas bergerak. Mungkin berlaku juga untuk kemampuan berpikir. Kebiasaan skeptis memerlukan kemauan untuk mencari. Rasa penasaran yang rindu akan fakta. 

Ditambah dengan kenyataan bahwa secara alamiah, manusia hanya akan " mendengarkan " yang ingin kita dengar atau yakini. Klop sudah.  Terjadilah semua kekacauan. Saya bicaranya berantakan ya? Mari, saya permudah ya. Matematikanya tuh begini... 

1. Orang malas berpikir

2. Orang merasa terdesak kondisi (sakit, keuangan, keyakinan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun