Mohon tunggu...
Nyonya Besar
Nyonya Besar Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Verified

Sering marah, tapi gak suka marah, hobinya masak, padahal gak bisa juga, senang kalau menang di debat kusir, sering juga mikir yang gak penting-penting, trus marah-marah, gak bisa berhenti makan (saya hanyalah wanita biasa), bahagia saat nonton drama korea sambil nangis sesegukan, tidak punya bakat olahraga tapi kecanduan badminton dan voli. Pengennya suka nulis, tapi malas baca, malas tidur, lebih malas lagi kalau bangun, lemah hati tapi bohong demi imej.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dongeng Telaga Bidadari Versi 3: Tanpa Adegan Mandi dan Pencurian

12 April 2020   19:29 Diperbarui: 12 April 2020   19:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Niklas Weiss on Unsplash

Pernah dengar dongeng telaga bidadari? Setidaknya ada 2 versi terkenal yang telah lama diceritakan turun termurun. Bila ingin mengingat-ingat, saya sertakan link versi 1 dan versi 2 disini. Kini, untuk pertama kalinya, inilah dongeng telaga bidadari versi 3 (sebenarnya versi saya). Sedikit berbeda dengan "versi-versi" terdahulu dimana tokoh lelaki harus melakukan pencurian untuk mendapatkan istri seorang peri, (walau akhirnya ia ditinggalkan). Bilamana versi 3 ini lebih mengena di hati pemirsa sekalian, silahkan diceritakan generasi ke generasi. Enjoi !

Pada dahulu kala, di negri dewa dewi, ada 7 dewi yang turun ke dunia di pagi hari, mereka biasa melakukan hal itu sebelum matahari terbit, untuk membangunkan bunga-bunga di pagi hari. Mereka selalu membawa aroma wangi dan segar pagi hari. Saat mereka kembali ke langit, mereka meninggalkan embun pada dedaunan. 

Yang menghubungkan dunia manusia dan negri dewa dewi tadi adalah satu jembatan ajaib yang terletak di dalam kolam kecil yang dikelilingi banyak tanaman. Jembatan tersebut akan tertutup bila sinar matahari pagi menyentuh permukaan airnya. Jembatan ini hanya terbuka setiap pagi hari pada malam setelah  malam  bulan purnama. Hanya penduduk negri dewa dewi yang bisa melihat jembatan tersebut, namun hanya mereka yang memiliki gelang ajaib yang bisa menyebranginya

Aga adalah seorang pemuda yang baik, namun pendiam dan pemalu. Hingga kini masih lajang. Tidak ada yang tahu pekerjaannya. Konon ia adalah pengusaha sukses yang pensiun dini namun tidak ada yang tahu pasti. Hobinya olahraga lari pagi. Ia sering berolahraga di saat masih banyak orang tertidur. Yang tak diketahui orang lain juga adalah kebiasaannya membantu orang yang miskin karena ia melakukannya secara diam-diam. Ia tidak menghendaki pujian.

Pagi itu setelah berolahraga, ia duduk di taman, seperti biasanya ia melakukan meditasi pagi. Di tengah meditasinya ia mendengar tawa-tawa kecil suara perempuan. Ia berusaha mengacuhkannya tapi suara itu makin mencuri konsentrasinya. Suaranya terdengar merdu di telinganya. Aga berusaha mencari tahu asal suara tersebut, dari jauh samar-samar ia melihat ada 7 dewi yang sedang bercanda satu sama lain. 

Wajahnya tampak terlalu rupawan, sampai-sampai ia tak sanggup untuk memalingkan pandangan. Karena rasa penasarannya, ia mendekat supaya bisa melihat lebih jelas. Namun kemudian Aga terpeleset dan jatuh. Kepala Aga terbentur ke tanah. Suara jatuhnya cukup jelas terdengar. 

Hampir bersamaan, semua dewi langsung melihat ke arah sumber suara. Aga berusaha berdiri. Namun gagal, kepalanya terasa sakit sekali dan tak berapa lama kemudian ia jatuh pingsan. Satu persatu dewi tadi bergegas terbang dan hilang ke dalam kolam kembali ke negrinya. Ada satu dewi, bernama Widya mengetahui bahwa Aga pingsan sehingga ia mendekatinya. 

Saat itu banyak sekali darah yang keluar dari kepala Aga. Widya melihatnya dengan kemampuan dewinya dan ia mengetahui bahwa Aga adalah manusia yang baik hatinya. Widya kemudian mengubah sehelai rambutnya menjadi serbuk ajaib dan masuk ke dalam tubuh Aga. Tak berapa lama, darah di kepalan Aga berhenti, lukanya mengering. Namun Aga belum sadarkan diri. Kemudian Widya mengantarkan Aga ke rumah sakit terdekat, sehingga ia tidak sempat untuk kembali ke negrinya dan ia terpaksa menunggu bulan purnama berikutnya.

Setelah beberapa lama Aga di rawat di rumah sakit. Sambil menunggu bulan purnama berikutnya, Widya mengisi hari-harinya dengan banyak kegiatan. Di pagi hari ia membangunkan bunga-bunga, di siang hari ia berkeliling kota rupa yang berbeda-beda dan di sore harinya ia menjenguk Aga, memastikan ia baik-baik saja. 

Akhirnya bulan purnama tiba. Seorang dewi lain dari negri dewa dewi bernama Kreda mengajaknya Widya pulang. Namun Widya berat hati karena Aga masih sakit. Tapi sebenarnya, karena Widya telah jatuh hati kepada Aga. Kreda mengingatkan bahwa seorang dewi tidak bisa berlama-lama di dunia dan kesehatan Aga tidak akan pernah pulih karena Widya di dekatnya. Satu-satunya cara adalah dengan menyerahkan gelang ajaibnya.  Tanpa gelang ajaib, Widya tidak bisa kembali ke negri dewa dewi lagi.

Widya menuruti usul Kreda, ia kemudian melepaskan gelang ajaibnya. Gelang tersebut dibawa Kreda kembali ke negri dewa dewi. Keesokan harinya, Aga sadarkan diri. Karena ia pernah diselamatkan oleh rambut Widya, Aga kini bisa melihat jembatan ajaib. Mereka berdua kemudian hidup bersama. Widya senang berubah rupa menjadi guru dan mengajar di sekolah-sekolah. Aga, dengan kekayaannya, ia membeli kolam tersebut untuk direnovasi sehingga indah agar masyarakat sekitarnya bisa ikut mengagumi kolam tersebut. Aga memberi kolam itu nama Telaga Widya Pari yang kini berubah menjadi Telaga Bidadari.

Sekian ---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun