Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part III] Di Balik Sebuah Cerita

28 November 2016   02:24 Diperbarui: 28 November 2016   06:02 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kawasan pendesaan (sumber : https://jakasppainter.files.wordpress.com/)

ilustrasi rina (sumber : http://cdn.klimg.com/kapanlagi.com/g/para_selebriti_ungkap_suka_duka_jadi_pembawa_acara_infotainment/p/olla_ramlan-20140421-001-acat.jpg)
ilustrasi rina (sumber : http://cdn.klimg.com/kapanlagi.com/g/para_selebriti_ungkap_suka_duka_jadi_pembawa_acara_infotainment/p/olla_ramlan-20140421-001-acat.jpg)
Kami pun tertawa bersama karena kejadian ini maupun hingga kejadian semalam hanya kami bertiga yang mengetahuinya, karena aku tak ingin membuat suami ku kecewaan. Sejauh ini suami ku tak pernah curiga maupun bertanya aneh-aneh yang menandakan dia tak tahu apa-apa. Dan tanpa disengaja atau tidak tiba-tiba aku merasakan tangan kasar nan tua itu mengelus dengan lembut punggung yang kini mulai menyerempet ke pinggul dan bongkahan pantat montok ku. Aku tertekun sejenak karena perlakuan dari pak giran tersebut namun tak ada penolakan maupun menepis tangannya malahan aku mengikuti ketika pak giran menarikku lebih dekat dengannya seakan kami lupa bahwa ibu masih berada di hadapan kami. 

"nduk...." bisik bapak di telinga ku

" iya pak.. " jawab ku pelan.

Tanpa kami sadari ibu mengambil posisi tetap di samping ku, hingga tangan bapak yang sedang berada di pinggang tak terlihat bila ada yang datang. Aku masih tak masuk akal kenapa ibu membiarkan bapak melakukan hal ini dan juga ikut menggoda saat bapak menggoda sedang menggoda.

"biar aman kalo ada yang lewat " ujar ibu sekena saja.

Aku terkejut ketika bapak mulai membaui telinga sebelah kanan dan dengan bersamaan tangannya mulai merabai perutku yang agak sedikit berlemak karena faktor yang sudah memiliki dua anak ini. Aku kembali di buat tak berdaya dengan segala perlakuan pak giran yang memang telah menanamkan rasa kenyamanan terlebih dahulu sejak kemarin.

"pak.. " desah ku 

" iya nduk.. kenapa?" jawab bapak pelan

"ada ibu pak, aku malu.. gak enak pak" bisik ku di telinga bapak.

Pak giran dengan spontan mencium keningku dan menghentikan perbuatanya namun tangannya mengelus rambut ku dengan lembut, matanya memandang dalam ke arah mata ku yang ingin menunjukkan bahwa beliau tak sekedar nafsu atau mencabuli diri ku namun ada rasa lain yang belum bisa ku pahami saat ini. 

" yuk makan.. ntar keburu dingin masakannya" ujar ibu memecah kebisuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun