Mohon tunggu...
tsuroyya putri saadah
tsuroyya putri saadah Mohon Tunggu... Guru - sarah

Ig : @tsuroyyaputri, @tabula.rasa var sc_project=12668699; var sc_invisible=1; var sc_security="5b0a3072";

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Cerita yang Sudah Selesai

5 Maret 2021   20:55 Diperbarui: 5 Maret 2021   21:15 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini aku ingin sekali menulis tentangmu. Awalnya aku tidak tahu akan menuliskan apa, karena  tentangmu begitu banyak jika diceritakan dalam sebuah tulisan. Jadi, pada akhirnya, aku akan menulis tentang 'rindu'. Kupilih itu karena memang aku sedang merindukanmu, sepertinya.

...

Dari banyak cerita yang aku miliki, bersamamu adalah cerita yang paling sulit dilupakan. Akhir-akhir ini aku sering sekali menjadi tidak sadar diri. Aku menjadi seseorang yang terlalu banyak mengingatmu padahal kita adalah cerita yang sudah selesai. Mengingat seseorang memang tidak salah, tapi akan menjadi tidak benar jika pada akhirnya yang terjadi adalah hati kita akan merasakan sakit, lagi. Menjadi sadar memang menyakitkan. Sadar bahwa ternyata cerita kita sudah benar-benar selesai, misalnya.

Tapi perasaan dan pikiran adalah 2 hal yang sulit untuk ku-kendalikan. Perasaan dan pikiran adalah 2 hal yang suka datang tiba-tiba. Juga tidak bisa hilang atau teralihkan begitu saja. Entah memang begitu pada umumnya atau hanya berlaku jika ini tentangmu.

Ada waktu dimana aku sangat merindukanmu. Tentangmu tiba-tiba terlewat dalam ingatan seperti tidak ada yang mampu mencegahnya. Aku menerimanya. Meskipun tidak bisa kusampaikan secara langsung, masih ada yang namanya harapan. Aku berharap kamu menjalani hari-harimu dengan baik. Aku harap kamu tetap dikelilingi oleh orang-orang yang membuatmu nyaman.

Bagaimana jika tulisan ini kubacakan di depanmu. Aku tidak malu, tapi bukankah aku akan terlihat menyedihkan? Cerita kita sudah selesai tapi aku masih saja belum berhasil beranjak pergi. Benar, kamu memang pamit saat akan pergi, tidak hilang begitu saja. Tapi kamu tidak menjelaskan alasan kenapa kamu memilih berhenti. Mungkin itu yang membuatmu sulit untuk dilupakan. Karena aku masih saja berusaha menerka dimana letak salahnya.

Hei, sadar! Cerita ini sudah selesai.

Namun aku adalah tipe orang yang memilih enggan untuk menjalani cerita dengan tokoh yang sama. Seperti membaca buku yang sama, mungkin kita bisa mengubah intonasi, alur dan tanda bacanya, tapi tidak dengan akhir ceritanya. Jadi, meskipun aku masih sering mengingatmu, bukan berarti aku memiliki harapan untuk memulai kembali cerita denganmu. kamu memang membahagiakan tapi juga menciptakan tidak sedikit kekecewaan. Jadi, sudah tidak ada lagi yang bisa diusahakan.

Temanku pernah bertanya, "bagaimana jika dia akhirnya kembali? Sedangkan kamu belum juga berhasil melupakannya. Apakah kamu akan tetap menjadi orang yang enggan mengulang cerita bersama dengan tokoh yang sama?"

Aku tidak tahu. Diantara kita tidak ada yang tahu bagaimana keadaan di masa depan. Lagipula aku juga tidak ingin hidup diantara permisalan. Aku tidak ingin memikirkan sesuatu yang belum terjadi  secara berlebihan. Biarkan terjadi dengan apa adanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun