Mohon tunggu...
Tsinta A. N. Nabilah
Tsinta A. N. Nabilah Mohon Tunggu... Lainnya - Tim bubur nggak diaduk

You must stay drunk on writing so reality cannot destroy you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren Fenomena Individualisme Para Gen Z: Independen Adalah Kunci

5 Januari 2023   11:52 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:24 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Farakos on IStock

Masyarakat Indonesia saat ini, didominasi oleh para Gen Z. BPS menyebutkan Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997-2012 yang saat ini sedang berusia 9-24 tahun yang mendominasi penduduk Indonesia hampir sebesar 28%.

Gen Z sendiri biasa disebut dengan generasi digital. Generasi ini banyak dipengaruhi oleh teknologi dan banyak menghabiskan waktu pada smartphone, laptop, social media, dsb. Morning Consult juga menyebutkan Gen Z lebih memfokuskan diri untuk menghasilkan uang dan mempunyai karier yang sukses. Tidak heran, banyak gen z yang sudah melek finansial dengan menabung dan investasi menjadi prioritas utama. Gen Z juga sangat mementingkan keamanan karier dan memperoleh gaji yang layak. 

Adanya motivasi-motivasi tersebut, memunculkan fenomena Individualisme karena mereka ingin fokus dengan apa yang mereka cita-citakan. Bahasa kerennya, banyak anak muda yang ingin menjadi Independen bisa memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga terkadang mereka terlalu ambisius. 

Lalu mengapa Generasi Z lebih menyukai individualisme? 

Iorgulesco (2016) dan majalah Forbes (Patel, 2017) juga mengatakan bahwa Generasi Z adalah generasi yang sangat percaya akan dirinya sendiri serta memiliki sikap yang sangat kompetitif. Orang yang sangat percaya diri dan kompetitif tidak jarang menimbulkan sikap yang ambisius. 

Tentu sikap ambisius merupakan tanda dari adanya rasa ingin selalu memberikan yang terbaik, akan tetapi ambisius tetap memiliki sisi gelapnya. Premuzic (2017) dalam artikelnya yang berjudul "A Psychologist Finally Explains Why You Hate Teamwork so Much" mengatakan bahwa mereka yang ambisius justru akan meninggalkan perannya dalam kelompok bahkan menelantarkan kelompok tersebut demi untuk mencapai tujuan dan standar pribadinya. Oleh karena itu hal ini menjelaskan mengapa Generasi Z lebih memilih untuk menjadi individualis yaitu karena adanya ketidakinginan untuk mencapai standar kerja yang tidak sesuai dengan harapannya.

Apakah sikap Individualis selalu berdampak negatif?

Individualisme tidak selalu berdampak negatif. Steinkirchner (2014) dalam artikelnya yang berjudul "Your Start-Up: Go With Partners Or Go It Alone?" menyampaikan beberapa hal yang membuat individualisme baik adalah mereka dapat mengikuti visi atau tujuan pribadi mereka. 

Hal ini karena mereka tidak ingin dikekang, sehingga mereka menentukan sesuai keinginan sendiri target atau goals dari pencapaian mereka. Dalam artikel ini juga dikatakan bahwa individualisme akan meningkatkan produktivitas kerja. Mereka akan berusaha bekerja secara efektif sehingga dapat mencapai hasil sesuai standar yang sudah ditentukan. Selain itu, bekerja sendiri juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dalam bekerja. Hal ini karena mereka yang bekerja sendiri telah menetapkan tujuan sesuai keinginan sendiri, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan mereka. 

Tetapi, kita juga perlu mengingat bahwa sebagai rakyat Indonesia kita juga selalu menjunjung adanya gotong royong. Sebagai makhluk sosial, kita masih membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Menjadi individualis sah-sah saja selama tidak merugikan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun