Mohon tunggu...
Tsalsabilah RizkyAdinda
Tsalsabilah RizkyAdinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2022

Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Airlangga yang menyukai dunia menulis semenjak saya duduk dibangku SMP. Menulis menjadi bentuk keabadian hari yang telah berlalu dalam hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Toxic Parents yang Merusak Kesehatan Mental Anak

16 Mei 2023   14:22 Diperbarui: 16 Mei 2023   14:23 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Setiap keluarga yang terbentuk selalu mengidamkan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap keluarga. Anak-anak identik dengan kebahagiaan yang seharusnya mereka dapatkan berupa kasih sayang orangtua dan orang-orang sekitarnya. Menurut studi dari European Journal of Sociology And Anthropology, karakter anak ditentukan dari sebagaimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Pola asuh yang baik akan memberikan dampak yang baik kepada anak sehingga mampu membentuk karakter yang baik pada anak. Namun seringkali orangtua memberikan pola asuh yang kurang baik sehingga tanpa disadari kebiasaan dalam pola asuh tersebut memberikan dampak negatif kepada anak, terlebih pada kesehatan mental anak.

Banyak anak yang tumbuh dari lingkungan keluarga yang meracuni kesehatan mental anak-anak. Tanpa disadari sikap dan tindakan buruk yang dilakukan orangtua kepada anak-anaknya merusak kesehatan mental yang menyebabkan gangguan mental pada anak. Perilaku buruk dalam pola asuh anak seringkali disebut dengan toxic parents.

Toxic parents adalah tindakan dan sikap orangtua yang kurang baik dalam pola asuh kepada anak sehingga menyebabkan anak memiliki rasa ketakutan sehingga mengganggu kondisi psikis maupun kondisi fisik sang anak.

Berikut adalah ciri-ciri toxic parents:

-Menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap anak

Setiap anak pasti memiliki mimpi dan cita-cita yang mereka rangkai sejak kecil. Terkadang bukannya mendukung mimpi dari anak justru orangtua yang membubarkan mimpi dan cita-cita sang anak. Beberapa orangtua telah merencanakan masa depan anaknya, bagaimana pendidikan dan profesi sang anak di masa depan. Hal tersebut menyebabkan sang anak tertekan dalam menuntut pendidikan.

-Membandingkan anak dengan anak lainnya

Orangtua kerap kali membandingkan anak dengan anak lainnya atas berbagai hal, mulai dari prestasi hingga perilaku anak yang menurutnya kurang baik. Bagi orangtua, membandingkan anaknya dengan anak orang lain memiliki tujuan agar anaknya bisa jauh lebih baik namun hal tersebut justru menjadikan sang anak lelah dan kesal mendengarkan ucapan yang tidak ingin didengarnya.Membandingkan anak dengan orang lain juga dapat menurunkan kepercayaan diri seorang anak sehingga ia tumbuh menjadi seseorang yang kurang percaya diri dan lebih tertutup.

-Tidak menghargai perasaan seorang anak

Apabila orangtua tidak dapat mengkontrol emosi nya dan sering membentak, berperilaku kasar dan melukai anak secara fisik dapat mengakibatkan trauma pada anak sehingga seorang anak yang menerima perlakuan dari ketiga hal tersebut akan merasakan trauma dari perlakuan buruk yang didapatkan dari orangtuanya. Sebab itulah penting sekali bagi orangtua untuk mengatur emosi dan mencari cara parenting yang baik kepada anak-anaknya.

Toxic parents memberikan efek negatif yang besar dalam kehidupan seorang anak. Jika toxic parents berlangsung sepanjang kehidupan anak, maka akan mempengaruhi pada kesehatan mental anak dan  perilaku dalam kehidupan kesehariannya. Kesehatan mental yang tidak diperhatikan dapat menyebabkan mentak illness. Keadaan ini relatif menetap namun dapat berubah seiring waktu atau sesuai kondisi individu.  Kesehatan mental anak dapat mempengaruhi masa depan dirinya sendiri sebagai individu , dan berdampak pada keluarga hingga lingkungan masyarakat.  Kesehatan mental anak yang tumbuh dengan orangtua yang memiliki toxic parents akan mengalami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun