Mohon tunggu...
Tri Sutrisno Adri
Tri Sutrisno Adri Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Define Social.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pacaran, Sebuah Siklus?

29 Agustus 2015   00:00 Diperbarui: 29 Agustus 2015   02:02 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku suka sama kamu

Kamu suka ga sama aku?

Aku mau jadi pacar kamu,

Serius kamu mau jadi pacar aku? Yeay!

Percakapan inilah yang sering terjadi di Indonesia. Gue kira cukup lumrah buat seluruh lapisan masyarakat, ga kenal status sosial, ga kenal ras, apalagi suku, semuanya pasti kenal “deklarasi” ini. “Deklarasi” ini merupakan bagian dari prosesi “pacaran” yang berfungsi sebagai deklarasi atas perubahan status, dari jomblo menjadi pacaran. Pacaran” menurut saya artinya adalah hak milik. Dan kalo udah pacaran, merupakan suatu kebanggaan bagi seorang warga negara Indonesia karena dia telah sukses mematenkan hak milik pada seseorang. Sebegitu pentingnyakah hak milik itu?

Nah berdasarkan pada pengalaman “empiris” gue, gue ngerasain ada sesuatu yang salah sama pacaran di Indonesia. Gue ga bilang sepenuhnya salah, tapi menurut gue, pacaran itu berdasarkan pada cinta pada lawan jenis. Sebagaimana dia ajarin di agama Samawi pada umumnya, cinta itu ada pada saat yang tepat dan pada saat ketika Tuhan ngijinin.

“Jodoh mah udah ada di tangan Tuhan” begitu katanya.

Cinta itu pokoknya erat kaitannya dengan ketuhanan lah. Cuman yang gue liat, pacaran kok seolah jadi kaya siklus ya, ngerasa ga lo? Pdkt – pacaran – putus, dan berulang terus menerus. Benarkan Tuhan nurunin cinta sesering itu? Atau emang manusianya yang bandel, bikin cinta boongan?

Ketika lo kerja, lo harus berinteraksi. Interaksi membentuk jaringan. Nah jaringan ini isinya orang-orang professional di bidangnya, mereka bekerja untuk memenuhi target, termasuk lo. Dalam bekerja, ga cuma satu jaringan, tapi banyak. Dan punya tujuan khusus, yaitu lagi lagi, memenuhi target yang ditentukan oleh perusahaan.  

Pas gua belajar SBMPTN dulu, gue belajar tentang teori Solidaritas menurut Emile Durkheim. Dari situ gue dapet kalo jaringan yang “sesuai target” semacam ini dibangun secara Organik, yang artinya lo kenalan emang karena ada maunya. Bukan karena panggilan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun