Mohon tunggu...
Tryas Munarsyah
Tryas Munarsyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu Mencari Pemuda pencari solusi bukan Pemuda pemaki-maki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapakah Aku?

28 Mei 2015   06:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14327675881609605168

Siapakah aku.??
Pertanyaan yang kemudian sering bersandar bahkan bertengger di gendang telingaku. Seiring berjalannya roda waktu, aku selalu bertanya akan hal itu. Bukan aku tak bisa berkaca pada cermin kehidupan atau belum dan enggan mencuci muka pada telaga air waktu. Tapi memang aku tak bisa menjelajah lebih jauh pada aliran darah yang melekat pada daging diri ini, tentangku. Tentang siapa dan kenapa aku seperti ini.

Hal ini terjadi karena pikiran dan tubuh ini seperti bunglon. Tak menentu kemana angin membawanya pergi berlari. Pelangi sikapnya telah membutku selalu naik turun tangga. Kadang menyerupai rasa buah kurma dan kemudian berubah rasa menjadi buah maja. Pil pahitnya telah ku telan dan kemudian membawaku ke alam yang tak pernah ku temui sebelumnya. Bersama waktu, sikapku tak mau berhenti untuk berubah. Ku bingung akan hal itu.
Aku kadang sangat dekat dengan_Nya. Dia yang telah membuatku menghirup udara hijau kehidupan ini. Menjalankan seluruh perintah jua menjauhi larangan_Nya. Shalat tepat ketika bel panggilan_Nya telah berdengung, melantunkan ayat-ayat_Nya sering ku lakukan meskipun hanya satu muqroh saja, belajar mengerti kondisi mereka yang tak bisa menikmati sesuap nasi lewat puasa pun ku lakukan, menjadi juru utama untuk memimpin kekhusuan shalat berjamaah sering aku dimintai, berjumpa dengan_Nya di malam yang penuh sunyi senyap itu hingga mencurahkan seluruh benak di hati dan pikiran ini tak enggan untuk ku tinggalkan dan kegiatan lain yang membuatku dekat bersama_Nya. Hal yang tak bisa ku dapati dalam kondisi apapun itu. Punya banyak prestasi hingga nama ini berserakan di sana-sini dan uang yang segudang tak mampu mengalahkan kondisi itu. Sungguh tenang dan tentram hati serta diri ini ketika begitu dekat pada_Nya. Aku sungguh ingin selalu konsisten pada kondisi itu Tuhan (Allah SWT).
Kereta tak berhenti sampai di situ saja, pada_Nya sang pemilik nyawa dan hidup ini. Akan tetapi, banyak hal yang telah ku lakukan bersama waktu hingga sebagian besar orang terinspirasi olehku. Memberikan kata-kata pembangkit semangat kepada sahabat-sahabat dekatku, membuka pintu hati/pikiran lewat ceritaku pada mereka tentang agama dan arti hidup ini, menginspirasi lewat prestasi serta kebaikan-kebaikan lain yang telah ku torehkan hingga aku pun tak memikirkan masa depan diriku sendiri sebab saking pedulinya aku pada sesama.

Maaf ini bukan sarana untuk aku menyombongkan diri, membesarkan telinga dan memperpanjang hidung hingga semua pujian tertuju padaku. Tapi inilah memang satu bagian diriku yang telah tertanam subur dalam tubuh ini.

Akan tetapi di ruang waktu yang lain aku tidak demikian. Seperti yang telah aku katakan sebelumnya bahwa aku seperti bunglon. Dan kondisi diriku yang satunya ini membuatku jatuh dalam lubang hitam tanpa ada titik cahaya sedikitpun ketika dia telah menggerogoti tubuh suci ini. Lumpuh dan mati diri ini jika dia telah merasukiku. Aku tak tau apa dan siapa dia. Bahkan diriku pun demikian adanya. Aku kadang tak shalat, ngaji susah, puasa pun sudah tak mampu, malas menjalani hidup, terombang-ambing oleh lautan nafsu hingga aku tak mengenal diriku sendiri. Siapakah aku ini.? Dan kenapa aku seperti ini.?

Pikiran ku pun sudah mati kala itu. Kala dia muncul dan mengendalikanku seperti boneka yang bergerak sana-sini. Berbuat seperti penjahat hingga melukai orang lain terutama diriku sendiri. Itulah sosok diriku satunya yang selalu datang tak di undang dan pergi dengan penyesalan. Ya, setelah sosoknya berganti baju dengan aku yang lain saat melalukan kejahatan itu, aku tak mengingat apapun saat fajar telah datang. Orang tua, kakak, sahabat dekat hingga Tuhan dan diri ini. Sungguh kepuasan saja yang ku persembahkan untuknya. Akan tetapi saat matahari telah tenggelam, rasa bersalah dan berdosa itu ada. Kembali beristigfar pada_Nya dan mengembalikan diri ini pada kondisi yang lebih baik. Hal inilah yang terus menerus terjadi padaku hingga taubat sambal itu sering ku lakukan. Entah kenapa aku seperti itu. Aku pun tak bisa membaca bahasa hujan turun. Apakah ini bukti Tuhan (Allah) sayang padaku ataukah sebaliknya ?? Sungguh aku berjalan tanpa arah, pergi melayang bersama angin. Akibatnya banyak hal yang terbakar oleh amarah api, berasap dan berdebu. Tugas Penelitian, KP dan Skripsi yang menjadi amanah dan tanggungjawab akhir telah pergi jauh terbawa oleh arus waktu. Butuh begitu panjang tali waktu untuk menjangkaunya. Bahkan mereka sang kekasih hati yang membawaku menghirup udara pagi ini ketika menanyai terkait kabar ku, aku hanya bisa berkata aku baik-baik saja ma, pa. Hingga kaca pecah pada kepala ini aku tak mampu mencertikannya. Kebohongan yang ku tutup rapat tentunya hingga desiran angin begitu tenang terasa, sebab aku tak ingin membuat mereka berlari tanpa arah, panik karena tau keadaanku saat ini.

Itulah kondisi diriku yang sesungguhnya yang sampai saat ini sering terjadi. Penyakit yang tak bisa diduplikat dan menular ini begitu besarnya pada diriku. Sudah banyak cahaya lilin aku cari untuk meneranginya kembali. Obat untuk menyembuhkan dan mencegahnya. Berdiskusi dengan mereka yang ahli, berkumpul bersama teman-teman yang membawaku kembali bersama_Nya, traveling mengunjungi cahaya hidup, bahkan hal yang kemudian tak seharusnya dilakukan untuk mengobati itu dan aku menyadarinya. Mencari sosok yang membawa lilin cahaya padaku. Hingga aku pun berusaha untuk kembali dipelukan_Nya. Tapi aku begitu malu pada_Nya akan diri ini, sebab taubat sambal yang aku lakukan terus-menerus. Pada akhirnya aku memilih jalan yang tidak tepat itu. Mencari sosok pembawa lilin penerang. Dan aku pun melakukannya. Mendekati mereka (wanita) dengan berbagi jenis pancaran bulan pada wajahnya dan pelangi pada sifat serta kelakuannya. Namun, tak satupun engsel itu cocok pada daun pintu. Mereka pergi menghindar ketika tubuh ini mencoba untuk membujuknya. Padahal sudah ku lakukan apapun untuk itu. Sungguh bodoh diri ini daripadanya. Akhirnya, ketika angin membawaku berlalu mengejar mereka (wanita), tubuh ini pun berhenti untuk mencarinya. Karena aku kembali sadar bahwa ini jalan yang salah dan tak diridhoi_Nya.

Semilir angin membersamaiku, ketika berjalan bersama waktu aku kemudian mencoba berkonsultasi dengan teman seperjuanganku untuk mencari jawaban atas kondisiku itu. Kondisi yang tak ku mengerti maksudnya. Aku pun bercerita seperti air yang mengalir meski tetap ada udang di balik batu yang ku sembunyikan. Memang hal itu tak bisa ku ceritakan padanya, karena ini adalah masalah pribadi yang telah ku kunci rapat-rapat. Namun, jalan berdebu itu pun tersapu juga. Akhirnya aku sedikit mampu menemukan jawaban atas masalah diri ini. Mencoba untuk mengurangi bertatap muka dengan laptop, bergabung dengan teman-teman yang dekat dengan_Nya, berolahraga ria hingga solusi ruqiyah pun disarankan olehnya. Ku jalani beberapa saran-saran itu hingga diri ini kembali tenang dan baik seperti semula.

Akan tetapi.!!!
Sosok itu tak mau juga pergi dari diri ini. Entah kenapa dia kembali lagi menabruk genderang perang padaku. Datang tak di undang dan pergi dengan penyesalan. Itulah yang sering terjadi padaku hingga saat ini. Hingga aku bertanya lagi, Siapa diri ini.?? dan Kenapa aku ini.?? Kembalilah pula ku mencari kunci yang hilang itu. Jua berusaha mengangkat semua senjata yang ku punya untuk melawannya. Dan pada suatu saat di sela-sela peperangan itu, aku bertemu dengan dia. Dia yang kunamai “Peri Kecil”, yang aku harap lewat dirinya dari Tuhan datang untuk membantu memerangi diriku dalam sosok jahat itu. Kemudian saat diri ini berusaha melawannya dan jua mendekati dia “Peri Kecil”, sedikit demi sedikit sosok jahat itu menghilang. Aku tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Mungkin karena memang aku sudah mampu menjatuhkannya atau karena rasa cinta ini pada si “Peri Kecil” itu hingga sosok jahat di diriku itu lari terbirit-birit. Aku tak mengerti itu. Akan tetapi, aku sangat berterimakasih pada Tuhan lewat dirinya sebab aku mampu kembali mengimbangi sosok jahat itu hingga sedikit bisa tenang dan damai. Pikiran-pikiran negatif akibat bawaan sosok jahat diri ini telah tergantikan oleh kedekatanku kembali pada_Nya jua Peri Kecil itu. Terimakasih Tuhan yang telah menghadirkan cinta pada si “Peri Kecil”, itu untukku. Meski kadang aku tak tahu apakah dia berpikiran dan berperasaan sama denganku atau tidak. Aku sungguh tak memikirkan itu, karena aku yakin jika aku berjodoh dengannya Tuhan akan mempertemukanku kembali pada kondisi cinta yang suci dan halal di hadapan_Nya. Bukan pada cinta yang hanya berisi luapan hawa nafsu belaka dan membuatku kembali pada sosok jahat itu. Namun, aku selalu berharap lewat suratku pada Tuhan untuknya agar dia mampu menjaga hatinya untukku. #Semoga#.

Dalam kondisi waktu yang berjalan terus-menerus dengan demikian adanya hingga detik ini keadaanku sudah mulai membaik. Kembali memfokuskan diri ini untuk_Nya. Membenahi atas semua perbuatan kotor dan jahat yang telah terjadi ku lakukan. Membaca firman_Nya, menikmati bertemu dengan_Nya dan menahan lapar untuk_Nya bersama dia Peri Kecil itu. Hingga kemudian aku sedikit menemukan jawaban atas pertanyaan, Siapakah Aku.?? Dan bagaimana mengelola agar sosok jahat itu tak hadir kembali mempermainkanku seperti boneka.

Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta kholaqtanii wa a naa ‘abduka wa a naa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika maastatho’tu a’udzubika min syarrimaa shona’tu abuu u laka bini’matika ‘alaiya wa a buu u bizanbii faagfirlii fainnahu laa yaghfiru dzunuuba illa anta (3 kali )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun