Mohon tunggu...
Triyono Tanasia
Triyono Tanasia Mohon Tunggu... Guru - Coram deo

Jadilah garam dunia

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Wadi, Citarasa Kuliner Khas Suku Dayak di Palangkaraya

16 Januari 2020   22:56 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:55 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wadi adalah jenis makanan untuk lauk makan nasi yang dibuat dengan bahan dasar ikan. Dimana ikan  yang telah dibersihkan lalu  permentasikan dicampur dengan berbagai rempah, beras ketan yang telah ditumbuk melalui penggorengan disangrai lalu dimasukan kedalam toples dalam waktu tertentu.

Menurut tradisi penuturan dari berbagai kalangan dari daerah sungai yang berbeda antara Sungai  Katingan dan Sungai  Kahayan, menyebutkan bahwa wadi adalah resep yang telah turun temurun sebagai lauk Suku Dayak . Dengan demikian wadi memang memiliki sejarah panjang yang berubungan situasi kondisi serta mengandung kearifan lokal untuk dituturkan kepada setiap generasi.

Melalui penelusuran berbagai sumber menyebutkan bahwa wadi memiliki kearifan lokal. sebagaimana dituturkan oleh  Antropolog Marko Mahin, pengolahan ikan baik diasinkan atau difermentasi menjadi wadi merupakan bagian strategi warga Dayak mengatur pola makan. Wadi menjadi cadangan makanan saat warga sedang disibukkan dengan kegiatan berladang atau memanen padi.

Wadi menjadi destinasi kuliner khas Suku Dayak tidak adapat diabaikan karena telah diuji secara ilmiah melalui penelitian dari Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya yang menunjukan kualitas kandungan gizi sangat baik untuk dikonsumsi. Oleh karena itu melalui permentasi sebagai cara untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

Namun demikian wadi juga memiliki kearifan lokal Suku daya zaman dahulu dalam menghadapi paceklik atau musim sepi ikan, atau sedang sibuk musim tanam tidak sempat berburu. Maka wadi adalah sebagai solusi yang bijak bagi kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Sekalipun  setelah  dipermentasikan dan siap dimasak  memiliki aroma yang kurang sedap, namun menjadi aroma ciri khas. Nikmati citarasanya  setelah digoreng atau dimasak kuah maka wadi menjadi makanan yang sangat lezat dan besar kemungkinan akan ketagihan untuk menyantap kembali.

Wadi dalam proses pengolahan dan aroma citarasanya bukan hanya menjadi hidangan yang enak dan menarik namun memiliki sejarah dan kearifan, kreatifitas yang layak kita syukuri, kita jaga kelestariannya sebagai warisan kekayaan Kalimantan Tengah bagian dari NKRI.

Bagaimana kawan-kawan, Kota Palangkaraya jadikan destinasi wisata yang tidak akan mengecewakan dengan santapan kekayaan citarasa makanan khas Suku Dayak maupun suasana alamnya.

 Tulisan ini sebagai sebuah kenangan yang pernah minum segarnya sungai Katingan dan sungai Kahayan. Kota Palangkaraya dengan berbagai keunikan budaya, bahasa telah  mengajarku berbagai interaksi sosial untuk belajar kerifan lokal lintas budaya.

Pensaran dengan wadi.......Yuk kita coba... Temukan di setiap rumah makan , kunjungi Palangkaraya dengan indahnya alam sungai dan hutannya.

Salam rindu dari Tangerang Selatan. Tulisan ini saya persiapkan pada malam Natal dengan doa dan harapan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun