Tulisan ini dibuat usai umat kristiani merayakan Paskah dan umat Islam menyongsong kedatangan bulan suci Ramadhan. Tidak lama juga sebelumnya, umat Hindu merayakan Nyepi dan seperti biasa pulau Bali menjadi gelap gulita dan sunyi senyap untuk menjaga kekhusukan umat Hindu dalam rangka menjalankan ibadahnya.Â
Dari semua peristiwa itu, ada satu kesamaan yaitu adanya upaya untuk menahan dari sifat dasar keinginan manusia  yang seringkali tanpa batas. Selama bulan Ramadhan umat Islam berpuasa. Umat Kristen juga melalukan puasa pada rangkaian Paskah. Sementara umat Hindu pada puncak rangkaian upacara nyepi melakukan catur brata yang dilakukan dengan tapa brata dan semadi.Â
Jadi tema utamanya sama : menahan diri dari keserakahan.Â
Di dalam ilmu ekonomi dan keuangan dikenal sebagai manusia yang memiliki sifat Economic Animal. Istilah itu memang latar belakang sejarahnya kurang baik. Maksud dari istilah itu adalah bahwa manusia yang gila kerja, tidak memikirkan hal lain selain mencari kekayaan dan tidak peduli dengan lingkungan. Jadi sekali lagi ada sifat serakahnya.Â
Krisis ekonomi yang terjadi beberapa kali pun membuktikan adanya keserakahan manusia. Financial Asset diperdagangkan dengan spekulatif tanpa mengacu pada faktor fundamentalnya. Asset backed securities menjadi hancur pamor nya karena dianggap penyebab krisis. Padahal itu hanya alat. Penyebab semuanya adalah karena aktor. Tapi yang sempat disalahkan malah alatnya.Â
Alat yang paling ampuh mengatasi keserakahan adalah hanya satu kata : tahan!
Tahan tidak makan terlalu banyak. Tahan tidak marah. Tahan tidak sombong. Tahan tidak serakah (kemaruk). Tahan semua hal yang negatif.Â
Setelah kita mampu menahan, skor kita baru nol. Back to basic. Untuk bisa menjadi bernilai harus cari yang positif.Â
Berfikir positif. Berbicara positif. Berperilaku positif. Peduli sesama. Bersedekah. Berbagi kepada sesama. Dan hal positif lainnya.Â
Jadi rumusnya sederhana. Kurangi yang buruk dan tambah yang baik. Hasilnya pasti positif. Selamat mencoba. (Try)