Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... -

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Mungkin Mencukur Rambut Sendiri

21 Oktober 2017   10:59 Diperbarui: 14 November 2017   09:18 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada tebak-tebakan yang tentu saja tidak serius. Tebakan nya begini : profesi apa yang derajat nya paling tinggi di Republik ini? Jawabannya : tukang cukur. Alasannya adalah bahwa tukang cukur bisa dengan leluasa memegang kepala Presiden. Presiden sebagai jabatan yang tertinggi, ternyata masih kalah dengan tukang cukur. 

Bagaimanapun hebatnya tukang cukur ini, tetapi tetap tidak mungkin mencukur kepalanya sendiri. Dia dengan terpaksa harus meminta kawan nya sesama tukang cukur untuk memotong dan merapikan rambutnya. 

Seringkali kita memiliki sikap seperti tukang cukur ini. Sangat pandai mengendalikan orang lain, tetapi ternyata kita tidak pandai menata diri kita sendiri. Kita pandai sekali menasihati orang lain, tetapi diri kita sendiri juga ternyata tidak mampu mengendalikan diri. Tapi masalahnya kita sudah terlanjur merasa mampu dan tidak merasa perlu untuk minta masukan dari orang lain. 

Sebagaimana tukang cukur tadi, apabila kita hanya melihat ke dalam diri kita sendiri, kita akan merasa seolah-olah diri kita sudah baik. Kalau kita hanya sibuk melihat ke dalam diri, kita tidak akan kemana-mana, tidak akan berubah lebih baik. Perlu penilaian dan pendapat dari orang lain yang bebas dari bias subyektivitas untuk menunjukkan kekurangan kita. Orang lain yang bisa membentuk dan mengoreksi diri kita. Kekurangan itulah yang kemudian kita perbaiki. 

Untuk itu, kita harus terbuka terhadap kritik orang lain. Jangan hanya satu orang, kita harus terbuka terhadap banyak orang. Kalau pendapat satu orang juga mungkin masih bisa bias. Kalau pendapat beberapa orang, mungkin lebih obyektif. 

Pada penilaian kinerja pegawai di kantor, ada teori penilaian 360 derajat. Metode ini memungkinkan kita tidak hanya menilai bawahan. Tapi juga bawahan bisa menilai atasannya. Sikap saling menilai ini akan membantu pembinaan hubungan ke depan. Saling terbuka dan saling koreksi. 

Saya jadi teringat pesan dari mantan pimpinan sekaligus mentor saya. Beliau bilang : "kamu harus berteman dengan semua orang, baik orang yang baik kepada kamu dan orang yang benci kepada kamu. Dari kritik dan pujian mereka, kita bisa belajar". 

Manusia memang bukan mahluk sempurna. Sulit sekali masuk menjadi manusia ideal. Tapi setidaknya kita berupaya mendekati kondisi ideal itu. Semoga kita tetap bisa selalu memperbaiki diri dengan mendengar orang lain. 

Semoga kita juga selalu menyadari kekurangan diri kita. Bahwa kita besar dengan masukan orang lain. Ada pepatah yang disampaikan oleh Budha Gautama : your worst enemy is the best teacher. (Try)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun