Mohon tunggu...
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo Mohon Tunggu... -

dosen, arsitek, di Program Studi Arsitektur Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog

13 Februari 2016   20:40 Diperbarui: 13 Februari 2016   21:04 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Triyatni: Guru, kami lelah. Begitu banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia.
Guru: Allah tak pernah menciptakan kesia-siaan.
T: Banyak kesia-siaan, guru. Kami bekerja dengan baik, tetapi selalu ada yang mengabaikan hasil kerja kami. Mereka selalu merasa bisa berbuat yang lebih baik.
G: Biarkan saja!
T: Mengapa harus dibiarkan, guru?
G: Kalau kerjaan kalian baik, mereka akan kembali mengerjakan seperti yang telah kalian kerjakan.
T: Bukankah lebih baik mereka mengakui saja pekerjaan kami?
G: Semua manusia butuh panggung. bukan hanya kalian. Mereka juga berhak untuk mendapat tepuk tangan.
T: Dengan keburukan yang mereka ciptakan?
G: Ya, bahkan yang kalian sebut keburukan itu ada harganya.
T: Mana ada keburukan yang berharga?
G: Bagaimana kalian tahu tentang kebaikan kalau tidak ada keburukan?
T: Tetapi guru, ini soal karya cipta. Mereka hanya merusaknya.
G: Bukankah dengan merusak, kemudian akan ada yang memelihara? Itulah siklus kehidupan.
T: Maksud guru?
G: Allah itu maha sempurna. Dialah pencipta agung, perusak yang kejam, dan pemelihara yang penuh cinta. Kalian hanya manusia yang sempurna dengan keterbatasan kalian.
T: Maksud guru?
G: Di dalam menjalankan tugas sebagai hamba, kalian harus tahu tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan sebagai pencipta, perusak, atau pemelihara. Tidak ketiga-tiganya. Jalankan tugas kalian dengan baik sesuai kodrat masing-masing.
T: Bagaimana kalau disatukan, guru?
G: Itulah sejahat-jahatnya tipuan. Kalian tidak pernah mampu hadir dengan wujud kalian yang sebenarnya. Bukan hanya membohongi orang lain, tetapi juga membohongi diri kalian sendiri.DIALOG
Triyatni: Guru, kami lelah. Begitu banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia.
Guru: Allah tak pernah menciptakan kesia-siaan.
T: Banyak kesia-siaan, guru. Kami bekerja dengan baik, tetapi selalu ada yang mengabaikan hasil kerja kami. Mereka selalu merasa bisa berbuat yang lebih baik.
G: Biarkan saja!
T: Mengapa harus dibiarkan, guru?
G: Kalau kerjaan kalian baik, mereka akan kembali mengerjakan seperti yang telah kalian kerjakan.
T: Bukankah lebih baik mereka mengakui saja pekerjaan kami?
G: Semua manusia butuh panggung. bukan hanya kalian. Mereka juga berhak untuk mendapat tepuk tangan.
T: Dengan keburukan yang mereka ciptakan?
G: Ya, bahkan yang kalian sebut keburukan itu ada harganya.
T: Mana ada keburukan yang berharga?
G: Bagaimana kalian tahu tentang kebaikan kalau tidak ada keburukan?
T: Tetapi guru, ini soal karya cipta. Mereka hanya merusaknya.
G: Bukankah dengan merusak, kemudian akan ada yang memelihara? Itulah siklus kehidupan.
T: Maksud guru?
G: Allah itu maha sempurna. Dialah pencipta agung, perusak yang kejam, dan pemelihara yang penuh cinta. Kalian hanya manusia yang sempurna dengan keterbatasan kalian.
T: Maksud guru?
G: Di dalam menjalankan tugas sebagai hamba, kalian harus tahu tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan isebagai pencipta, perusak, atau pemelihara. Tidak ketiga-tiganya. Jalankan tugas kalian dengan baik sesuai kodrat masing-masing.
T: Bagaimana kalau disatukan, guru?
G: Itulah sejahat-jahatnya tipuan. Kalian tidak pernah mampu hadir dengan wujud kalain yang sebenarnya. Bukan hanya membohongi orang lain, tetapi juga membohongi diri kalian sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun