Mohon tunggu...
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo Mohon Tunggu... -

dosen, arsitek, di Program Studi Arsitektur Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Meinohama, Pusat Bisnis “Cakar” di Fukuoka

31 Agustus 2013   21:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:33 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Cakar” adalah istilah terkenal di Makassar yang merupakan singkatan dari “cap karung”, yaitu barang-barang luar negeri terutama pakaian bekas pakai yang diselundupkan ke Indonesia dalam karung-karung dan dijual di Makassar dan sekitarnya. Bisnis cakar masuk ke Sulawesi Selatan sejakn tahun 80-an melalui pelabuhan di Pare-pare, sekitar 150 km di Utara Makassar. Pare-pare dipilih dengan alasan merupakan pintu keluar masuk Indonesia yang tidak terlalu sulit.

Awalnya barang-barang luar negeri yang diminati masyarakat Makassar adalah yang pakaian bekas pakai dengan berbagai merk luar negeri terkenal yang kualitasnya masih sangat bagus dan layak dipakai.Ada banyak kisah asal-usul barang cakar ini. Misalnya ada yang menyatakan bahwa barang-barang ini adalah hasil sumbangan yang dikumpulkan untuk masyarakat miskin atau yang sedang mendapat musibah. Sumbangan tersebut melenceng dan tidak mencapai sasaran yang seharusnya.

Hingga tahun 2000an, harga pakaian cakar ini antara 5-20 ribuan. Saat itu para pedagang belum mengerti tentang nilai merk-merk terkenal. Kalau tokh ada, mereka hanya mengenal Levi’s, Polo, Arnold Palmer, Arrow, dan merk-merk standar yang biasa dijumpai di toko-toko Indonesia. Belum banyak pedagang yang mengenal Versace, Calvin Klein, Elle, Etienne Agner atau merk-merk butik terkenal. Maka ketika para pembeli mulai mengejar merk-merk butik, para pedagang mulai selektif dalam menawarkan barang.

Di Pare-pare, beberapa toko mengemas barang-barang merk butik dengan serius. Pakaian-pakaian tersebut mulai diperlakukan dengan baik saat masuk ke Pare-pare, di cuci dan diseterika di tempat binatu,dipajang di etalasi, dan ditawarkan dengan harga ratusan ribu rupiah. Bisnis cakar yang menggiurkan juga tidak lagi sekedar pakaian bekas, tetapi berkembang ke barang-barang lain seperti tas, arloji, kacamata, sepatu dan barang-barang fashion lainnya. Lokasi bisnis cakar tidak lagi hanya di Pare-pare, tetapi berkembang di wilayah-wilayah pemukiman yang ada komunitas Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, hingga Jawa Timur. Di Jakarta, bisnis pakaian bekas disebut Sogo Second, merujuk pada merk-merk butik yang dijual oleh Sogo di Plaza Indonesia.

Begitu membludaknya bisnis cakar, pemerintah mulai melakukan razia karena bisnis ini dianggap illegal, dilakukan melalui penyelundupan. Jenis barang yang tadinya berasal dari Eropa atau Amerika, bertambah dengan yang berasal dari Jepang, Korea, hingga Malaysia. Yang pasti dari bisnis ini,bahwa semewah-mewahnya merk barang yang ditawarkan, semuanya tetaplah barang bekas pakai. Dengan demikian harganya tidak akan menyentuh harga jutaan rupiah. Kalau tokh ada barang yang masih memiliki label barang baru, biasanya barang tersebut adalah barang-barang yang tidak laku di toko-toko negara asalnya. Selain itu, ada banyak pakaian yang nampaknya berasal dari tempat binatu, yang tidak diambil oleh pemiliknya.

Bisnis semacam cakar ternyata juga ada di Fukuoka Jepang, dan dijual di toko-toko Meinohama. Walaupun ciri barang yang ditawarkan sama yaitu barang bekas, di Fukuoka disebut dengan nama yang lebih keren yaitu discount store. Di Indonesia, discount store identik dengan barang baru yang harganya diobral, dan bukan barang bekas.

Cara Meinohama menawarkan barang-barang bekas mirip dengan toko-toko di Pare-pare, sama-sama dipajang di etalase. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang jelas berbeda. Pertama, toko Meinohama menawarkan barang-barang bekas yang jelas asal usulnya. Kedua, jenis barang yang ditawarkan harganya mulai ¥300 hingga yang ratusan ribu yen. Ketiga, jenis barang yang ditawarkan mulai dari pakaian sehari-hari hingga kimono, perhiasan, arloji, tas, barang-barang elektronik, dan karya-karya seni seperti keramik hingga lukisan.

1377958597429822808
1377958597429822808

Barang-barang mewah di Meinohama dilengkapi dengan sertifikat hingga kemasan asli dari produsen. Biasanya, barang-barang tersebut dijual dengan harga sekitar 40-50% dari harga barang baru saat ini. Misalnya jam Rolex baru seharga¥1.200.000 saat ini, dijual di Meinohama dengan harga ¥500.000. Hal yang juga berlaku untuk tas-tas dengan merk Louis Vuitton, Hermes, dan merk-merk butik lainnya. Barang-barang mahal ini konon awalnya dimiliki oleh para artis yang dijual dengan berbagai alasan. Mungkin sudah bosan dengan barang yang baru sekali-dua dipakainya, atau sedang butuh uang.

Begitu terkenalnya Meinohama, hampir semua orang Indonesia yang berkunjung ke Fukuoka akan mengunjungi toko ini. Bagi para wanita yang ingin tampil bergengsi, mereka akan membeli barang-barang mewah dengan harga murah tanpa perlu diketahui sebagai barang bekas. Hal ini penting, karena bagaimana-pun juga, masih ada tradisi malu bagi masyarakat terhormat bila ketahuan menggunakan barang bekas. Di Jakarta, para penggemar mode juga melakukan hal yang sama. Kaum sosialita yang bosan dengan barang mereka, menjualnya ke pengumpul barang-barang mewah. Barang-barang ini yang dijual secara tertutup kepada peminat barang merk yang murah tanpa perlu diketahui sebagai barang bekas oleh orang lain. Oleh karena itu, bila melihat ada orang-orang menggunakan barang yang berharga mahal, jangan terus percaya bahwa mereka membelinya dalam keadaan baru. Mungkin saja mereka adalah pemburu barang mewah bukan saja di Pare-pare, tetapi juga hingga ke Fukuoka di toko Meinohama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun