Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Hasil Kawin Siri yang Tidak Diakui Ayahnya, Kisah Bharata Putra Shakuntala

2 Desember 2013   05:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13859197961675198737

Ilustrasi Bharata dan Shakuntala menghadap Raja Dusyanta sumber bidindia wordpress com

Perkawinan yang hanya disaksikan oleh Dia Yang Maha Kasih

“Perkawinan adalah perjalanan dari ‘aku’ menuju ‘kita’. Bila milik-mu tetap milik-mu dan milik-ku tetap milik-ku, tujuan perkawinan itu sendiri tidak terecapai. Berakhir dengan perceraian atau tidak, perkawinan semacam itu sesungguhnya sudah berakhir.” (Krishna, Anand. (2006). Saptapadi, Tujuh Langkah Menuju Keluarga Bahagia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Dalam kawin siri, sang lelaki tidak sepenuhnya memberikan totalitas bagi istri sirinya. Hanya sebagian yang diberikannya. Bagi perkembangan diri, ini akan menjadi penghambat. Kehidupan adalah perjalanan dari “aku” menuju “kita” dan dari “kita” menuju “Dia” Yang Maha Suci. Perkawinan adalah perjalanan kesadaran dari “aku” menjadi “kita”, sedangkan dengan kawin siri “aku” masih menjadi “aku”.

Raja Dusyanta memberikan janji-janji sebagai rayuan untuk memperoleh Shakuntala, tetapi kala diminta pertanggungan jawab dia lari dengan berbagai dalih.

Shakuntala dan Dusyanta

Vishvamitra adalah Raja yang tak kenal lelah meningkatkan kesadarannya. Untuk menghambat pengingkatan kesadarannya, dewa Indra mengirim bidadari Menaka untuk menggodanya. Silakan baca: http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/2013/09/22/menaka-bidadari-jelita-penggoda-vishvamitra/

Resi Vishvamitra hidup bersama Menaka selama 5 tahun dan mempunyai anak perempuan. Bidadari Menaka kembali ke kahyangan sedangkan Vishvamitra melanjutkan pertapaannya untuk mencapai Brahmarishi. Vishvamitra meletakkan bayi perempuannya di padepokan sahabatnya yang bernama Resi Kanva, yang kala itu sedang bepergian keluar. Resi Kanva menemukan bayi perempuan tersebut ditemani burung-burung Shakunta, maka bayi perempuan tersebut dijadikan putri angkatnya dan diberi nama Shakuntala.

Raja Dusyanta adalah raja bijak yang masih lajang dari Dinasti Puru. Ayahnya adalah Raibya putra Puru. Pada suatu ketika sang raja melakukan perjalanan ke desa-desa dan sang raja mampir ke padepokan Resi Kanva. Raja Dusyanta bertemu dengan seorang putri cantik yang memperkenalkan diri sebagai putri angkat Resi Kanva. Setelah berbicara beberapa lama, Raja Dusyanta tahu bahwa Shakuntala adalah putri Resi Legendaris Vishvamitra yang kawin dengan Bidadari Menaka. Kecantikan Shakuntala memang tidak ada bandingnya, karena ibunya adalah seorang bidadari.

Seorang raja lajang tampan bertemu dengan putri resi yang cantik. Shakuntala bersikeras menunggu kepulangan Resi Kanva, akan tetapi sang raja merayu terus. Akhirnya pertahanan Shakuntala bobol dan mereka kawin secara gandharva. Pernikahan gandharva adalah tradisi pernikahan para kesatria zaman dahulu yang berdasarkan suka sama suka antara seorang pria dan seorang wanita, tanpa ritual dan tanpa saksi. Bagaimana pun dalam genetik Raja Dusyanta masih mengalir DNA Raja Yayati, kakek buyutnya yang pernah melakukan nikah gandharva. Hanya sebagai anak keturunan, Raja Dusyanta berprinsip nikah dengan seorang perempuan saja, sudah ada perbaikan genetik dalam dinastinya.

Raja Dusyanta balik ke istana dengan kecemasan. Pada masa itu raja takut dengan para resi karena kutukannya yang bertuah. Ketakutan dalam diri Raja Yayati yang dikutuk Resi Shukra masih mengalir dalam darah Raja Dusyanta. Raja Dusyanta selalu berdoa agar dirinya selamat. Sang raja belum menyadari adanya tangan-tangan Ilahi yang mempunyai skenario tersendiri. Silakan baca: http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/2013/11/16/dua-istri-membawa-masalah-kisah-raja-yayati-leluhur-pandawa/

Resi Kanva datang dan paham apa yang telah terjadi dengan putri angkatnya. Resi Kanva merestui perkawinannya dengan Raja Dusyanta, karena dia adalah raja yang bijaksana. Pada suatu ketika Shakuntala melahirkan putra yang diberi nama Sarvadarmana. Tahun demi tahun berlalu dan Sarvadarmana sudah berangkat remaja, dan dari dalam dirinya memancar kewibawaan yang luar biasa.

Menghadap Raja Dusyanta di Istana

“Hubungan-hubungan kita dalam hidup ini sangat erat kaitannya dengan hubungan-hubungan kita di masa lalu. Suka dan duka yang kualami dalam hidup ini adalah akibat dari perbuatanku di masa lalu. Karena itu, aku tidak perlu menyalahkan siapa-siapa atas penderitaanku. Kesadaran seperti ini muncul ketika kita memahami Hukum Alam yang paling penting, yaitu Hukum Sebab-Akibat, Hukum Aksi-Reaksi – Hukum Karma.” (Krishna, Anand. (2007).Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Resi Kanva memanggil Sarvadarmana dan menjelaskan bahwa apapun yang dialami adalah akibat dari perbuatan di masa lalu. Jadi kita tidak boleh kecewa dengan apa pun yang menimpa diri kita. Resi Kanva menekankan bahwa dalam diri Sarvadarmana lewat ibunya mengalir genetik Resi Vishvamitra yang agung, yang tak kenal lelah meningkatkan kesadaran, membantu mereka yang kesusahan, menjadi Guru dari Sri Rama Avatara. Sedangkan dari ayahandanya mengalir genetik Raja Puru yang berjiwa besar dan Raja Yayati yang bijaksana. Sarvadarmana diminta membawa ibunya menemui Raja Dusyanta. Dia diminta menghadapi kenyataan apakah dia diterima sebagai putra raja atau tidak. Apabila tidak diterima, yakinlah bahwa dia akan menjadi brahmana yang bijaksana.

Sarvadarmana mengajak ibunya ke istana, semua orang memberikan perhatian kepada seorang ibu yang cantik dengan putranya yang wajahnya tidak asing lagi bagi mereka. Mereka mulai berbisik-bisik, wajah seseorang tak bisa dimanipulasi, jelassang remaja mirip dengan sang raja.

Sampai di Istana, mereka melihat Raja Dusyanta sedang duduk di singgasana di hadapan para petinggi kerajaan dan tokoh-tokoh masyarakat. Ibu-anak tersebut segera bersujud di depan sang raja. Shakuntala kemudian mengingatkan sang raja tentang kunjungan sang raja ke padepokan Resi Kanva dan kemudian akhirnya berkata, “Paduka, ini adalah putramu sendiri.”

Sang raja kaget memperhatikan sang anak dan ibunya, dia tahu bahwa anak lelaki tersebut sangat mirip dengannya. Akan tetapi sang raja berkata, “Nampaknya kita pernah bertemu akan tetapi aku lupa!”

Sang raja yang masih lajang itu malu dan bingung bagaimana menjelaskan kepada para menterinya tentang kejadian beberapa tahun silam. Ini adalah masalah besar bagi kerajaan. Perkawinan gandharva tanpa orang lain menjadi saksi. Betulkah ini anaknya? Karena konsekuensinya sangat besar, begitu dia mengakui sebagai putranya, maka otomatis anak tersebut akan menjadi putra mahkota. Pada saat tersebut belum ada pemeriksaan DNA untuk memverifikasi apakah anak tersebut adalah putranya.Akan tetapi janji yang telah diucapkan kepada Shakuntala juga menakutkan sang raja, karena dalam diri sang raja masih mengalir darah Raja Yayati yang dikutuk Resi Shukracharya karena ingkar janji.

Penolakan Sang Raja Tidak Mempengaruhi Sarvadarmana

Suami, istri, anak, saudara, orang tua, kawan, kerabat , semuanya adalah hubungan-hubungan yang ‘terjadi’ dalam hidup ini, dan di dunia ini. Saat aku lahir, tak seorang pun menemaniku. Kelak, ketika aku mati, perjalanan selanjutnya pun mesti kutempuh seorang diri. Lalu, bila seseorang meninggalkanku, apakah aku mesti merasa kesepian? Aku lahir seorang diri, dan mati seorang diri. Hidupku antara dua titik kelahiran dan kematian. Penolakan, penerimaan, pengakuan, pujian, maupun makian seseorang tak mampu memengaruhi kualitas hidupku. Aku sendiri yang menentukan kualitas hidupku.” (Krishna, Anand. (2007).Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Shakuntala menangis, mendengar kata-kata sang raja. Kenyataan ini sangat pahit baginya. Sarvadarmana segera menggadeng ibunya, “Bunda aku ingat kata-kata Kakek Resi Kanva, hubungan ayah, suami, anak adalah hubungan dalam dunia yang sementara ini. Aku lahir seorang diri, mati seorang diri, mengapa harus kecewa tidak diakui sebagai anak? Aku akan menjadi pertapa yang baik yang dapat membahagiakan diri Bunda.”

Sarvadarmana melakukan sembah sujud kepada sang raja dan berkata, “Wahai Paduka, kebenaran ucapan adalah sama agungnya dengan pelajaran dari kitab suci dan membersihkan diri di sungai-sungai suci. Tidak ada dharma yang lebih besar selain kebenaran. Dan, Dia adalah Kebenaran Mutlak. Jangan mendustai Brahman yang bersemayam dalam diri Paduka.Anak itu sesuai hukum alam tidak dapat dipisahkan dengan orang tuanya. Dalam diri si anak mengalir genetik kedua orang tuanya dan hal tersebut akan dibawa sang anak sampai mati. Adalah kesalahan orang tua yang tidak mempedulikan kehidupan generasi penerusnya. Dia harus mempertanggungjawabkan tindakannya, akan ada hukum sebab-akibat yang tidak bisa dihindarinya. Hamba dan ibu mohon diri.”

Raja Dusyanta Sadar Setelah Mendengarkan Hati Nuraninya

“Sang raja rimba adalah mind atau ‘pikiran’ manusia. Para binatang lain penghuni rimba itu adalah panca indera kita,perilaku kita. Semuanya dikuasai oleh mind. Mind sedang menggerogoti jiwa kita. Kita menjadi korban ‘pembunuhan terencana’.Sedikit demi sedikit,setiap hari jiwa kita mengalami kematian. Tanpa kita sadari,kematian jiwa itu pun terjadi karena ulah kita sendiri. Kita yang memilih untuk ‘kerja sama’ dengan mind! Mind bisa menggunakan berbagai macam dalil, bisa mengutip kitab suci dan para nabi. Mind manusia memang ibarat cendekiawan yang membingungkan. Sebaliknya, sang kelinci kecil ibarat suara hati nurani yang lembut sekali. Kadang terdengar, kadang tidak. Sudah terdengar pun, sering kali kita abaikan. Padahal yang bisa menyelamatkan jiwa kita hanyalah suara kecil itu. Lalu, jika anda sudah mendengarkan suara hati nurani dan sudah tidak mengabaikannya lagi, jangan berisik. Jangan pamer. Jangan cepat-cepat menganggap diri anda hebat. Belajarlah untuk menyimpan rahasia. Dengarkan suara lembut ‘Si kelinci Nurani’. Dengarkan suara hati nurani Anda sendiri. Hanya dialah yang dapat menyelamatkan anda. Hanya dialah yang dapat mencegah terjadinya kemerosotan kesadaran lebih lanjut.” (Krishna, Anand. (2000). Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Semua yang hadir tersentuh melihat ibu muda yang menangis terisak-isak dihibur putranya yang tabah keluar dari istana. Sang raja terperangah melihat kepergian Shakuntala dan putranya. Kebingungan melanda dirinya. Pikiran selalu membingungkan, masing-masing pikiran datang dengan dalihnya dan minta dia mengikuti pendapatnya. Sang raja segera menutup mata, mengatur napas dan mengheningkan dirinya. Anak-anak pikirannya mulai menghilang. Dan tiba-tiba sang raja mendengar suara dari langit. Suara yang hanya terdengar oleh sang raja. Suara itu berkata, “Dusyanta, perempuan itu adalah istrimu dan anak lelaki itu adalah putramu. Dia akan menjadi maharaja yang lebih besar dari dirimu. Shakuntala telah berkata benar. Kemarahan seorang perempuan yang teraniaya akan menghancurkan keturunan Puru. Kejar segera istrimu, panggillah putramu dengan nama Bharata. Bhara berarti melindungi, karena putramu inilah maka anak keturunanmu disebut sebagai Dinasti Bharata.”

Raja Dusyanta segera mengejar Shukuntala dan putranya dan meminta mereka untuk menjadi permaisuri dan putra mahkotanya.

Raja Dusyanta bisa mengakses hati nuraninya dan selamatlah Dinasti Bharata. Berapa banyak pria yang tak dapat mengakses hati nuraninya dan hanya mengikuti nafsu dan pikiran semata sehingga banyak anak-anak siri yang hidup dalam ketidakbahagiaan. Akan ada suatu ketika, kala pria tersebut mengalami hal yang sama, lahir sebagai putra siri dan tidak diakui oleh ayahnya.

Situs artikel terkait

http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/

http://www.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

Desember 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun