Mohon tunggu...
Tri Wibowo
Tri Wibowo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Amatir

Contac IG: wibowotri_ email: the_three_3wb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelah Si Tua Berharap (ASN Adalah Mimpi)

28 September 2021   09:40 Diperbarui: 28 September 2021   09:52 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: nurasikin.com

Aku selalu paksa bu Lastri untuk berjuang terus, walau dia selalu terlihat apatis. Aku bilang kalau belum tentu tahun depan kesempatan ini ada, Wanita yang hampir berusia kepala 5 itu perlahan terdiam. "Oke lah dik, tapi bantu Bibi mu ini ya untuk isi syarat-syaratnya", ujar bu Lastri yang terkesan menyerah. Aku adalah seorang guru kontrak di salah satu Sekolah Dasar di Kalimantan Barat, dan bu Lastri adalah Guru honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi di sekolah itu. Entah mengapa ajakan ku seperti menyiksa nya. Tahun ini negara kembali membuka peluang bagi guru honorer untuk bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), aku hanya berharap kehidupannya berubah, memang Bu Lastri tidak seperti orang yang berpenghasilan kurang, karena beliau memiliki beberapa bidang tanah dan suaminya menjadi petani kelapa sawit di perusahaan swasta. Jadi mungkin secara penghasilan Bu Lastri bisa menghidupi kelurganya. Tapi aku tetap aja merasa dongkol saat setiap bulan Tata Usaha menyerahkan honor bulanan yang hanya Rp. 150.000,-. Sebagai anak muda aku merasa gak balance aja sih. Untuk beli pulsa aja udah habis uang segitu, apa lagi untuk makan sehari-hari, palingan hanya dapat beras satu karung isi 10 Kg. 

Terkadang terpikir oleh ku, mengapa Bu Lastri bisa tetap bertahan ya dengan apa yang diperolehnya. Aku saja merasa bahwa kondisi ku saat ini hanya lah sebagai batu loncatan untuk isi kekosongan ku menunggu waktu wisuda. Karena ada lowongan dari kementrian pendidikan untuk mendampingi program di Sekolah Dasar, ya aku sekedar mengisi waktu luang ku. Bu Lastri berbeda dengan yang lain, walau honorer iya tetap disiplin, ikut upacara, jadi guru kelas dan terkadang isi kekosongan mata pelajaran siswa di kelas lain yang gurunya tidak hadir. Padahal guru yang tidak hadir itu adalah PNS lho... Menurut observasi ku selama 2 bulan di sekolah ini, rata-rata guru PNS hanya hadir saat jam pelajaran saja, jadi ya beda banget dengan beberapa guru honorer yang malah terlihat lebih disiplin. Dari 4 orang tenaga honorer memang Bu Lastri lah yang paling tua, dan karena katerbatasan informasi aku selalu menginformasikan adanya lowongan ASN tahun ini. 

Bu Lastri cerita pada ku, kalau iya hampir setiap tahun ikut seleksi dan gagal, wajar saja, sistem komputerisasi yang dibuat pemerintah sudah menjadi awal terdegradasinya peserta-peserta seperti Bu Lastri. Mungkin banyak yang kondisinya lebih parah dari beliau, tapi kondisi ini saja sudah cukup membuatnya menjadi apatis. Tak heran sih apabila tahun ini perasaan beliau juga bakal sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Walau sudah belajarpun, karena keterbatasan kemampuan mengolah teknologi informasi, ya jadinya sia-sia. Sejak Bu Lastri cerita hal tersebut, aku jadi merasa berdosa banget untuk dorong beliau tes PNS di tahun ini. Beberapa malam aku masih kepikiran, dan masih membayangkan seperti apa Bu Lastri menghadap komputer, melihat monitor dengan matanya yang sudah mulai rabun, dan bagaimana tangan kanannya menggenggam tetikus (mouse), dan lain-lain. 

Oke, sekarang aku jadi berfikir bijak terkait beberapa hal, entah zaman yang memang berubah dengan cepat, atau entah manusia yang terlalu lamban mengikuti perkembangan zaman. Pemerintah pun pasti bingung untuk  buat kebijakan yang mengakomodir guru-guru honorer tua, disisi lain asas equality pasti harus dikedepankan dalam seleksi ASN. Tapi tetap tidak ada yang tidak mungkin untuk sekedar memberikan penghargaan khusus pada pahlawan tanpa tanda jasa yang memang benar-benar tanpa tanda jasa. Jangan sampai hingga usia senja, pengabdian mereka hanya berbuah kekecewaan dan keputusasan, lalu mereka hanya bekerja untuk cari amal jariyah saja, sedangkan peran mereka untuk anak bangsa sangat luar biasa. []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun