1959-1960an adalah tahun-tahun yang mencengkam bagi Indonesia,hal ini lantaran hyperinflasi yang terjadi pada tahun tersebut.pada tahun terakhir 1965 ,inflasi Indonesia bahkan mencapai 600%,terbesar sepanjang sejarah indonesia.
Pada masa pemerintahan order lama dibawah pimpinan presiden soekarno,indonesia masih terdapat banyak sekali konflik dan kesulitan.sebagai sebuah negara yang baru berdiri hal itu adalah sesuatu yang wajar. Di masa pertumbuhan pada masa itu,indonesia telah mengalami beberapa fase masa,antara nya yaitu penataan ekonomi pasca merdeka,penguatan pilar ekonomi dan krisis ekonomi yang akhirnya berujung kepada inflasi.
Terdapat beberapa alasan mengapa indonesia mengalami inflasi pada  tahun 1960an ,antaranya adalah pemerintah yang terlalu berfokus kepada pembangunan proyek politik dari pada pembangunan perekonomian,peredaran 3 mata uang yang tidak terkendali di masyarakat, biaya hidup masyarakat yang meningkat secara pesat,konfrontasi indonesia-malaysia, ekspor impor yang berkurang drastic,serta kebijakan printing money yang dilakukan pemerintahan orde lama untuk mendanai anggaran belanja pemerintah yang tidak tepat sasaran.
Didalam keadaan inflasi,pemerintah akan melakukan berbagai upaya demi menstabilkan Kembali keadaan negara yang terpuruk tersebut. Berbagai kebijakan-kebijakan akan dilakukan,demi menahan laju inflasi.
Pada masa order lama,pemerintah telah melakukan banyak sekali upaya,yang berupa kebijakan-kebijakan yang di harapkan mampu mengatasi masa inflasi yang ada. Salah satu kebijakan pada masa itu adalah kebijakan moneter.
KEBIJAKAN SANERING
Sanering adalah salah satu instrument kebijakan moneter yang diberlakukan pada masa itu. Jika dijabarkan secara singkat sanering adalah kebijakan yang dilakukan dengan cara Munurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan nilai mata uang,tetapi tidak dengan harga barang dan jasa. Sanering diberlakukan di akhir masa terpimpin menuju pemerintahan order baru yang dipimpin oleh presiden soekarno,yang pada akhirnya sannering disebut juga dengan Tindakan moneter I.
terdapat beberapa point yang telah di dapatkan dari adaanya pemberlakuan kebijakan moneter I ini,yaitu antara lain, penurunan nilai mata uang dari 500 dan 1000 menjadi 50 dan 100,pembekuan terhadap tabungan masyarakat,pengurangan drastic uang yang beredar di mayarakat,yang kemudian uang-uang yang dihasilkan dari point-point tersebut, digunaan untuk menutup pinjaman hutang negara kepada bank indonesia unit I yang telah mencetak uang baru.
Pada tahun 1959 Kebijakan moneter I juga berhasil menahan laju presentasi inflasi yang terjadi pada tahun 1958, yang mulanya 45,76% kemudian hanya meningkat menjadi 22,22%. dengan catatan harga barang dan jasa tetap mengalami kenaikan.Dari tahun tersebut hingga tahun 1960an inflasi tetap mengalami peningkatan,pada tahun 1962 inflasi indonesia bahkan meningkat menjadi hyperinflasi.
KEBIJAKAN DEVALUASI
Kebijakan moneter yang lain adalah devaluasi,pada tahun 1959 melalui kementrian keuangan,indonesia menurunkan nilai uang rupiah,devaluasi dilakukan dari 11,4 rupiah menjadi 45 rupiah per dollar AS. kebijakan ini dilakukan agar masyarakat tida sengsarak dan nilai rupiah pun akan menguat.akan tetapi menurut  ekonom Boedino di dalam bukunya,kebijakan ini dianggap "tanggung" karena pasar bebas yang ada pada masa itu sudah mencapai 150 rupiah per dollar AS.
Pada waktu itu,pemerintah juga melakukan kebijakan pembekuan 90 persen giro dan deposito di bank di atas 25.000 rupiah dan menukarnya dengan surat utang.sayangnya kebijakan ini tidak melibatkan bank indonesia (BI),sehingga gurbernur BI saat itu, Loekman Hakim, mengajukan pengunduran diri kepada Presiden Sukarno.tidak hanya itu,Indonesia bahkan sampai pernah mengubah undang-undang Independensi Bank Central sejak tahun 1957,yang mengakibatkan Bank Central Indonesia  kehilangan otoritasnya sebagai lembaga independen yang mengatur kebijakan moneter, tanpa diganggu oleh pemerintah.
KEBIJAKAN REDEMONISASI
Penyerderhanaan nilai tukar tanpa mengurangi nilai tukar dari mata uang tersebut.kebijakan itu dilakukan pada tanggal 13 desember 1965,menurut pemerintah saat itu,redenominasi dilakukan untuk penyederhanan nilai uang agar dapat terjadinya transaksi yang efesien.tetapi sayangnya,pemahaman masyarakat yang kurang akibat harga barang yang simpang siur dan juga kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap redenominasi membuat hal tersebut menjadi kelemahan dari kebijakan ini.terjadi kesalapaham dalam melakukan transaksi di masyarakat,ditambah lagi dengan adanya dua mata uang baru yang beredar,semakin mempersulit keadaan. Ekonom Boediono  bahkan pernah mengataan semua tindakan pemerintah Indonesia pada waktu itu tidak ada artinya, karena tidak nmengobati penyakit utamanya,yaitu defisit anggaran pemerintah karena alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran.
Setelah segala bentuk Kebijakan-kebijakan moneter ekstrim yang telah dilakukan pemerintah, sayangnya hal-hal itu dirasa kurang cukup untuk mengendalikan inflasi yang terjadi pada masa itu.setelah menerepkan kebijakan redenominasi,pemerintah akhirnya melakukan kebijakan-kebijakan baru,yaitu pemberhentiaan pencentakan uang,ketika pemerintah berhenti menceta uang, inflasi mulai terkendali,harga barang-barang mulai stabil dan daya beli uang juga semakin terkendali.
PROGRAM PAKET KEBIJAKAN STABILISASI DAN REHABILITASI (PAKET OKTOBER 1966)
pada Akhir tahun 1966, Kementerian Keuangan juga menginisiasi program (Paket Oktober 1966),stabilisasi ekonomi komprehensi yang bernamakan Paket Kebijakan Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi.hal itu dilakukan untuk menghadapi tingkat inflasi yang tinggi dan menggerakan kembali roda perekonomian. Didalam kebijakan tersebut juga terdapat kebijakan moneter kontraktif yaitu, pemerintah menaikkan suku bunga bank, suku bunga kredit naik rata-rata menjadi 6-9 persen per bulan, sedangkan suku bunga simpanan naik 5 persen perbulannya. Kebijakan Dekontrol, Kebijakan Disiplin Fiskal dan Anggaran Berimbang,dan juga Pemulihan Neraca Pembayaran juga termasuk kedalam kebijakan tersebut.implemetansi kebijakan-kebijakan tersebut dapat menekan laju inflasi yang pada tahun 1966 tingkat inflasi pada waktu itu menyentu angka 635,3 persen menjadi hanya 9,9% pada tahun 1969.tetapi tentu saja tidak semudah itu,banya proses-proses yang harus mengorbankan banyak hal,salah satunya lengsernya presiden soekarno menjadi presiden yang kemudian digantikan oleh soeharto.
NAMA PENULIS:TRI WAHYUNI
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA