Mohon tunggu...
Kamelia Tri
Kamelia Tri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Dahlan Iskan, Hary Tanoe, dan Chairul Tanjung, Siapa Paling Dermawan Diantara Bos Media?

23 Mei 2017   01:52 Diperbarui: 23 Mei 2017   03:34 3232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://metrotimes.news

Berapa jumlah pengangguran terbuka di Indonesia?

Jika mengacu pada BPS per februari 2016 dari penduduk Indonesia yang berjumlah 127,67 juta jiwa angkatan kerja sebanyak 7,o2 juta jiwa merupakan pengangguran. Jumlah yang sangat fantastis bagi negara yang mengklaim diri kaya raya alamnya.

Dahsyatnya jumlah pengangguran diperparah dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, apalagi menjelang lebaran. Hal ini tentu saja jika tidak diantisipasi denagn baik akan menimbulkan masalah yang sangat serius di kemudian hari. Harus ada inovasi dan pemecahan masalah yang kreatif dari para pejabat pemangku kebijakan.

Satu misal pahamilah bahwa dari sekian banyak pengangguran, 60,38 persen merupakan lulusan SMP. Artinya mayoritas pengangguran kita tidak siap bersaing untuk menempati pos-pos pekerjaan di PT atau perusahaan yang mayoritas mensyaratkan minimal lulusan SMA/SMK. Harus ada yang menyerap pengangguran dengan cara lain, salah satunya lewat wirausaha.

Ide untuk memecahkan masalah pengangguran dengan menciptakan wirausaha-wirausaha atau pedagang pedagang bukan tanpa alasan belaka. Masyarakat Indonesia pada umumnya mau bekerja keras dan mau untuk bergerak maju. Namun sayangnya hanya sedikit dari mereka yang memiliki kapasitas dan mengetahui cara untuk maju tersebut. Sedangkan sisanya tidak mengerti. Maka sangat masuk akal jika berwirausaha atau berdagang adalah salah satu kunci permasalahan paling mumpuni.

Hal ini lah yang melatarbelakangi Hary Tanoesoedibjo, pengusaha yang sukses merintis karir dari nol sangat getol mendorong UMKM. Menurut Hary Tanoe, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kunci untuk mengentaskan penganguran di Indonesai. Dengan berusaha dan berdagang masyarakat akan menciptakan pekerjaan sendiri, yang nantinya akan mendapat pangsa pasar sendiri. Seiring berjalannya waktu usahanya akan berkembang dan membutuhkan karyawan alias membuka lapangan pekerjaan baru. Hal ini jika di berdayakan dengan benar akan seperti jamur. Tumbuh dimana-mana dan semakin banyak.

Untuk itu salah satu ide kreatif dari Hary Tanoe adalah menyediakan 100.000 gerobak yang ia gagas lewat partai yang ia besut sendiri. “Partai Perindo tidak berwacana dalam slogan perjuangan partai, tapi konsisten dalam tindakan,” Kata Hary Tanoe. Maka bisa kita lihat saat ini hanya Hary Tanoe dan partainya yang pergi mengunjungi sampai ke pelosok daerah dengan membawa program pemberdayaan UMKM ini. Simple sekali, tapi dampaknya luar biasa nantinya. Hitung saja dari 100.000 gerobak yang diberikan ini jika di asumsikan satu gerobak membutuhkan 3 karyawan, maka akan tercipta 300.000 lapangan kerja. Angka yang sangat nyata dan akan terus bertambah di setiap tahunnya.

Perlu diketahui kalau rata-rata masyarakat Indonesia yang pengangguran pada dasarnya mau bekerja apa saja termasuk berdagang dan berwirausaha. Maka program gerobak ini sangat membantu bagi mereka yang kekurangan. Jika dirata-rata biaya untuk emmbuat gerobak adalah sekitar 3.000.000 rupiah. Bukan jumlah yang kecil bagi pengangguran.

Akan sangat terasa sebenarnya manfaat ini jika lantas pengusaha-pengusaha media yang telah sukses meniru apa yang dilakukan Hary Tanoe. Sebut saja misal Aburizal Bakrie, Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dan Surya Paloh. Toh itung-itung beramal dan berbuat sesuatu yang baik buat bangsa dan negara. Tidakkah mereka terketuk hatinya membantu sesame seperti yang dilakukan Hary Tanoe.

Demikian juga dengan partai lain. Pernahkah kalian berfikir kenapa partai-partai hanya datang ke pelosok daerah pada saat musim pemilu atau kampanye. Bukankah seharusnya partai politik seluruhnya hadir ditengah masyarakat dan mencari tahu permasalahan apa yang terjadi di masyarakat. Tentu saja harusnya partai politik menyerap aspirasi masyarakat yang mereka wakili di parlemen. Lantas mengapa hanya perindo yang nyata memberikan dampingan dan bantuan kepada masyarakat baik bantuan berupa modal maupun program. Tidakkah kalian melihat itu wahai bangsa Indonesia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun