Mohon tunggu...
Fery Mulyana
Fery Mulyana Mohon Tunggu... Administrasi - Entrepreneur

Posibilis - Non Delusional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Elegi Cinta Dua Hati (2)

25 Juli 2019   09:42 Diperbarui: 12 September 2019   18:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photographed By: Fery Mulyana


"begini kris..." ucap reni dengan lirih.. "eci sebenernya pergi ke korea untuk berobat, bukan nemenin bapaknya, kakaknya tadi ngabari aku, minta do'a, karena nanti malam akan ada tindakan.. dia juga sudah tahu hubungan kamu dengan eci, makanya mungkin dia juga ingin aku menyampaikannya sama kamu"


"ah ngaco.. berobat apa?" sambut kris, kaget campur bingung, seraya tidak percaya dengan apa yang disampaikan reni padanya.


"dia leukimia kris.. dan sebenernya udah ketahuan sejak enam bulan lalu" sambung reni. Wajahnya tertunduk. Matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.


"aku sebenernya gak tega ngomong ini kris.. apalagi kamu baru saja bangkit dari masalah  kamu, tapi mau gimana.. 'nie harus ngomong sama kamu.." sambung reni dengan suara yang lirih.


Kris yang tadinya duduk tegap menjadi lemas, dia jatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi , tangannya lunglai, tatapan matanya kosong, dia menghela nafas panjang.. dalam benaknya kris bertanya-tanya. "cobaan apalagi ini?! kenapa rasanya gak beres-beres?"  


Kris  baru saja bangkit dari keterpurukan, kini dia dihadapkan kembali dengan kepatah-hatian.


Desy memang hadir saat kris jatuh kedalam jurang kepedihan yang teramat dalam, sosok desy menjadi pengobat akan kesedihan hati kris kala itu. Kris berpikir desy adalah jawaban dari tuhan atas harapan yang sempat dia sematkan ke sosok suci mantan istrinya yang kini telah pisah.


Perkenalan mereka memang terbilang masih singkat, tapi sosok desy bagi kris adalah gambaran ideal seorang perempuan yang layak untuk diperistrinya. Sosok yang anggun sekaligus ceria. keceriaannya menularkan rasa optimis bagi kris untuk  "hidup kembali" dari keterpurukan masa lalunya dan kembali berusaha  menata masa depan.


***


Malam itu kris terlihat gelisah, tak henti-hentinya dia melirik jam dinding yang terpampang di dalam kamarnya. Sesekali dia duduk di atas ranjang, kemudian jalan bolak balik, duduk lagi di kursi kerja, berdiri lagi, jalan lagi dan begitu seterusnya sambil sesekali tetap melirik jam dinding yang kini telah menunjukkan pukul 8 malam.


Kris malam itu memang menunggu desy menelponnya, kris berharap apa yang tadi siang diceritakan reni bisa dia konfirmasikan kebenarannya malam itu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun