Mohon tunggu...
tri rahmadhani
tri rahmadhani Mohon Tunggu... Lainnya - 2415

tri rahmadhani

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Si Kubis Sang Penyelamat

18 Januari 2021   23:07 Diperbarui: 18 Januari 2021   23:14 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alahan Panjang adalah salah satu Nagari di Kecamtan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini berjarak sekitar 65 km dari kota Padang yang berada di atas Bukit Barisan, tepatnya di Lereng bagian timur kawasan Tanaman Nasional Seblat. Topografi Nagari Alahan Panjang adalah perbukitan dengan ketinggian1.450 sampai dengan 1600 mdpl, dengan curah hujan rata-rata 2 mm/ tahun dan keadaan kesuburan tanah 4 - 7 PH. Kondisi tersebut menjadikan daerah ini memiliki potensi untuk tanaman hortikultura, palawija maupun perkebunan terutama bawang merah karena syarat tumbuh yang sesuai dengan topografi daerah terutama kesuburan tanah yang berkisar 4 - 7 PH.  Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu 1.000 mdpl dengan derajat keasaman tanah yang baik berada pada PH 6,0 - 7,0 dan suhu ideal sekitar 23 - 320C (Pracaya, 2007).

Mayarakat di Alahan Panjang umumnya bermata pencaharian sebagai petani bawang merah. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dibutuhkan masyarakat sebagai bahan sayuran dan bumbu dapur, selain dapat memberi rasa enak pada makanan bawang merah juga memiliki daya simpan yang lebih lama. Bawang merah termasuk dalam tanaman obat keluarga (TOGA). Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan mengkonsumsi bawang merah diantaranya adalah disentri, masuk angin, demam, batuk, mengontrol kadar kolesterol, mencegah kanker, menurunkan gula darah dan mengatasi sembelit ( Fajjriyah, 2017).

Kebiasaan masyarakat di Alahan Panjang setiap tahunnya selalu melakukan budidaya tanaman bawang merah, biasanya masyarakat disana melakukan budidaya bawang merah secara rutin tampa diberikannya waktu istirahat untuk lahan tersebut, karena kebiasaan petani di Alahan Panjang tersebut setelah melakukan pemanen bawang merah langsung dibersihkan lubang tanam dan kemudian dilanjutkan dengan penanaman bawang merah kembali. Kebiasaan ini membuat produksi tanaman bawang merah setiap tahunnya mengalami penurunan, kebiasaan ini terus berlanjut sampai 4 kali periode tanam atau setara dengan 1 tahun, baru  dilakukan pergantian komoditi tanaman bawang merah dengan tanaman kubis.

Si Kubis Sang Penyelamat

Si kubis sang penyelamat, kenapa bisa muncul kata si kubis sang penyelamat ? Apasih yang diselamatkan si kubis ? munculnya si kubis sang penyelamat ini berawal dari adanya sebuah fakta yang banyak dilakukan oleh masyarakat yang berada di Alahan Panjang, faktanya adalah menurunnya produksi bawang merah di Alahan Panjang akibat petani di Alahan Panjang yang umumnya melakukan budidaya secara monokultur atau yang sering disebut penanaman tanaman secara satu komoditi saja, atau melakukan penanaman bawang merah sepanjang tahun.

Sistem Pertanian Monokultur

Petani di Alahan Panjang khususnya di Jorong Galagah masih menerapkan sistem budidaya monokultur.  Pertanian monokultur merupakan sistem pertanian yang paling banyak dijumpai di lahan produksi beberapa komoditas pangan, seperti padi, kedelai, jagung, bawang dan lain sebagainya. Monokultur juga dapat diartikan sebagai usaha penanaman di sebidang lahan dengan cara mengatur susunan tata letak juga urutan tanaman. Penggunaan sistem budidaya secara monoklutur di dunia pertanian tentu saja penting sekali pengaruhnya terhadap hasil yang akan didapatkan. Penerapan sistem tanaman monokultur bahkan membuat penggunaan lahan jadi lebih efisien, Alasannya, memungkinkan proses perawatan dan pemanenan secara tepat dan cepat dengan bantuan mesin pertanian, kabar baiknya, ternyata hal tersebut juga dapat menekan biaya tenaga kerja.

Keuntungan Dan Kekurangan Sistem Monokultur

Pertanian monokultur memiliki keuntungan tersendiri, seperti biasa hasilkan panen dalam jumlah besar dengan satu komoditas. Alasannya, sebab  sistem monokultur bisa maksimalkan hasil pertumbuhan dan tidak memberikan kesempatan persaingan dengan jenis tanaman lain sehingga yang demikian tersebut dapat memberikan manfaat cukup banyak dalam budidaya tanaman. Tidak hanya itu, para petani pun juga bisa lebih fokus pada satu komoditas, sehingga diharapkan agar hasil yang didapatkan bisa optimal. Intinya, lewat sistem pertanian monokultur komoditas yang ditanam bisa diintensifkan dalam proses penanaman, dengan begitu akan lebih efisien pula proses pengelolaannya sehingga keuntungan yang didapatkan tentu jadi besar. Pertanian monokultur ini pada dasarnya dibuat khusus untuk meningkatkan produksi, sehingga keuntungan yang didapatkan petani bisa bertambah sebab dilahan tersebut tidak terjadi persaingan. Selain itu dalam hal perawatannya sendiri tentu jadi lebih mudah dikarenakan hanya ada satu komoditas saja di satu lahan, maka para petani tidak harus sesuaikan cara perawatan yang berbeda sesuai karakter dari masing-masing tanaman, tetapi cukup fokus untuk merawat satu tanaman, tentunya saja hal tersebut juga bisa mengefisienkan tenaga dan biaya operasional untuk perawatan tanaman, sehingga dapat menekan biaya produksi jadi lebih rendah.

Sangat disayangkan sekali ternyata sitem monokultur yang tadinya memiliki segudang kelebihan ternyata juga memiliki segedung kekurangan, adapun kekurangan yang ada dalam sistem pertanian monokultur yaitu  mempercepat proses penyebaran organisme pengganggu tanaman, penanaman yang dilakukan secara terus menerus dengan satu jenis tanaman di satu lahan tentu saja bisa mengakibatkan ledakan populasi hama.

 Mengapa hama semakin bertambah dengan penggunaan sistem monokultur ini ? Sebab makanan sebagai sumber kehidupan bagi hama selalu  tersedia di sepanjang waktu dan jika tidak diselingi dengan tanaman yang lain. Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat peningkatan populasi hama, tidak hanya itu, pertanian monokultur juga bisa menyebabkan kualitas tanah menjadi menurun, sistem pertanian monokultur juga akan mengganggu keseimbangan ekosistem mikro yang berpotensi terhadap ledakan hama. Kondisi yang seperti ini tentunya juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah produksi jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun