Sebagai seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja lepas yang tinggal di Jonggol, Jawa Barat, kehidupan saya sudah cukup penuh warna. Antara mengurus keluarga, menjalankan bisnis camilan rumahan, dan mengerjakan project menulis, rasanya waktu 24 jam itu sering kurang. Tapi di tengah semua keriuhan itu, ada satu strategi keuangan yang selalu saya coba optimalkan: mengelola passive income.
Bagi banyak orang, passive income itu mungkin terdengar seperti impian di siang bolong. Semacam "uang jatuh dari langit" tanpa perlu kerja keras. Padahal, tidak begitu. Passive income itu ada, nyata, dan bisa sangat membantu kestabilan finansial, asalkan kita tahu cara membangun dan mengelolanya. Dan percayalah, ini bukan cuma buat orang kaya atau full-time investor! Saya, ibu rumah tangga dari Jonggol, pun bisa merasakan manfaatnya.
Apa Itu Passive Income dan Mengapa Penting?
Sederhananya, passive income adalah penghasilan yang terus mengalir masuk ke kantong Anda dengan sedikit atau tanpa usaha aktif setelah upaya awal yang signifikan. Bandingkan dengan active income (gaji atau honor menulis saya) yang butuh waktu dan tenaga terus-menerus.
Dulu, saya hanya mengandalkan active income. Kalau lagi banyak project, uang lumayan. Kalau sepi, ya ikut sepi juga kantongnya. Ini bikin saya merasa tidak aman secara finansial. Setelah banyak belajar dari berbagai sumber, saya sadar pentingnya membangun "keranjang" passive income ini.
Kenapa penting?
Jaring Pengaman Finansial: Saat active income menurun (misal: sakit, project sepi, resesi), passive income bisa jadi penyelamat untuk menutupi kebutuhan pokok.
Jalan Menuju Kebebasan Finansial: Dengan passive income yang cukup besar, kita bisa punya lebih banyak pilihan dalam hidup. Bisa mengurangi jam kerja, fokus pada passion, atau bahkan pensiun lebih awal.
Uang Bekerja untuk Kita: Ini filosofi dasarnya. Daripada uang "diam" di bank dan tergerus inflasi, passive income memungkinkan uang kita "bekerja" dan bertumbuh.
Strategi Passive Income Versi Ibu Rumah Tangga dari Jonggol