Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suran 2020: Merawat Tradisi Menjaga Asa dalam Pandemi

17 September 2020   21:02 Diperbarui: 20 September 2020   02:12 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saya dan seorang teman. | Dokpri

Dalam kesempatan istimewa ini para seniman diberi kesempatan luas untuk menunjukkan hasil kreasinya, menampilkan komposisi musik gamelan dan karawitan, seni tari, tembang Jawa, dan bahkan juga sering kali mereka berkesempatan menampilkan pertunjukan-pertunjukan seni teaterikal yang unik.

Berbagai bentuk kreativitas seni budaya yang ditampilkan itu semua mengandung arti filosofi, memuat ajaran moral, bukan untuk hura-hura atau hanya menekankan aspek hiburan dan estetika tanpa tanggung jawab bagi kehidupan sosial masyarakat yang harmonis dan religius.

Warga masyarakat di bawah kekuasaan Sultan Agung yang pada umumnya adalah para petani, nelayan, pekerja kebun, peternak, dan sebagainya itu dengan penuh semangat menyelenggarakan kesempatan berkumpul ini dengan cara gotong royong di daerah masing-masing di seluruh wilayah Kesultanan Mataram. 

Ada yang menyumbang uang, tapi pada umumnya yang lebih banyak lagi adalah menyerahkan hasil bumi untuk digunakan oleh panitia bagi keperluan acara. Oleh karena itu kegiatan ini lambat laun banyak disebut juga sebagai sedekah bumi.

Hasil bumi yang dikumpulkan dari berbagai pelosok desa itu digunakan untuk keperluan acara, selebihnya akan disusun sedemikian rupa hingga saking banyaknya membentuk gunungan.

Sebagai sebuah bentuk festival rakyat yang dirancang untuk menciptakan suasana bahagia penuh kemeriahan, maka gunungan itu pada puncak acara akan diserahkan dan disengaja menjadi rebutan diantara para penonton.

Tujuan kegiatan perayaan ini dalam pengamatan saya bukan hanya untuk menyambut datangnya tahun baru tapi juga menjaga tradisi gotong royong yang sudah ada di tengah masyarakat, menciptakan suasana penuh rasa syukur dan kebahagiaan, menjaga suasana hati penuh semangat dan harapan di tengah masyarakat, menjaga kehidupan harmonis, sekaligus mewujudkan kelestarian seni budaya, dan yang tidak kalah penting adalah menjaga kegiatan ekonomi terus bergerak.

Para pedagang keliling yang mendatangi lokasi kegiatan juga mendapatkan berkah dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

Perayaan Tahun Baru Jawa itu dirayakan di seluruh wilayah kekuasaan Sultan Agung Hanyakra Kusuma, dan hingga kini masih terus dilakukan oleh masyarakat Jawa. 

Tentu saja ada beberapa variasi bentuk kegiatan yang berbeda, menyesuaikan dengan kemampuan dan jenis kesenian yang dikuasai masyarakat di masing-masing daerah. 

Namun yang jelas oleh karena perayaan ini pada dasarnya melibatkan koordinasi dan kerjasama dengan banyak unsur masyarakat maka tidak semua orang atau kelompok masyarakat dapat menyelenggarakan. Oleh sebab itu juga pelaksanaan perayaan tahun baru Jawa ini tidak harus dilakukan tepat pada hari tanggal pergantian tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun