Mohon tunggu...
Tri Handayani Murti
Tri Handayani Murti Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate, Bachelor of Economics

Researcher

Selanjutnya

Tutup

Financial

Disrupsi Ekonomi, Menangkap Peluang Meminimalisasi Ancaman

27 April 2019   18:25 Diperbarui: 27 April 2019   18:34 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Isu mengenai disrupsi ekonomi semakin gencar terdengar beberapa tahun terakhir. Tapi Apakah semua orang telah mengetahui apa itu disrupsi ekonomi? Disrupsi ekonomi adalah berbagai peralihan ekonomi baik dari sisi pendidikan, kesehatan, perbankan dan lain-lain menuju era digitalisasi. Berbicara mengenai digitalisasi, menurut sebuah lembaga survei Indonesia menyatakan bahwa, pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 54%dari jumlah penduduk di Indonesia. Angka tersebut tentunya akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan sebagainya. Hal itu menjadi peluang emas tumbuhnya digitalisasi di Indonesia.

Era disrupsi ekonomi sangat identik dengan digitalisasi. Berbagai kegiatan bahkan tak pernah lepas dari dunia digital, termasuk salah satu perangkatnya yaitu handphone. Kini semua yang kita butuhkan ada dalam genggaman. Bahkan, jika tidak ada benda ini disekitar kita, kita serasa mati. Bingung dan panik dalam melaksanakan aktivitas. Sebuah riset juga menunjukkan bhawa rata-rata orang Indonesia menggunkan Handphone selama kurang lebih 8jam. (Wah, udah kayak jam tidur aja ya)

Kembali lagi ke topik disrupsi ekonomi. Sebenarnya, apa saja sih contoh nyata dari adanya disrupsi ekonomi. Yuk, buka mata guys! Go-jek merupakan salah satu contoh paling nyata dari fenomena ini. Belum lama kan, kalau kemana-mana kita harus naik taksi menghadapi kemacetan, sedangkan ojek konvensional tidak selalu ada disetiap sudut pengkolan. Tapi kini? Hampir setiap jalan di kota pasti ada pengendara ojek online yang bisa di kita ambil  setiap saat.

Inilah contoh disrupsi ekonomi yang semula ojek konvensional berubah menjadi ojek online. Selain dari sektor jasa, ada juga dari sektor retail atau perdagangan, yaitu bukalapak, tokopedia, dll. Ada juga di sektor keuangan, yaitu e-toll, paytren, dll. Wah, ternyata sudah sangat dekat ya keberadaannya dengan kita.

Lalu bagaimana kenyamanan disrupsi ini dapat menjadi sebuah ancaman? Mari kita telaah bersama. Munculnya ojek online beberapa waktu lalu sempat menuai perdebatan, khususnya dari pengendara angkot dan ojek konvensional. Hal tersebut karena banyak para pengguna jasa transportasi kini beralih ke moda transportasi online tersebut karna dinilai lebih efisien. Secara langsung hal tersebut akan mengurangi pendapatan dari pengendara jasa transportasi konvensional.

Ancaman yang timbul antara lain menimbulkan kalah bersaingnya moda transportasi konvensional yang tidak dapat mengimbangi transportasi online. Apakah hanya itu? Tidak. Kita ambil contoh lain. Adanya e-toll telah membuat pengguna jalan tol tidak perlua lagi berlama-lama antri meunggu kembalian dari penjaga toll. singkatnya, tinggal tempel, langsung jalan.

Hal tersebut mendorong terjadinya efisiensi, namun bagaimana dengan nasib penjaga pintu toll yang dulu? Adanya disrupsi tersebut menghilangkan pekerja penjaga pintu toll (walau tidak sepenuhnya). Itu menunjukkan bahwa disrupsi ekonomi berpotensi menghilangkan beberaa pekerjaan. Namun, kita tidak boleh menutu mata, bahwa akan banyak muncul pekerjaan baru seiring dnegan majunya dunia digital.

Lantas langkah apa yang sebaiknya diambil oleh pemerintah selaku pemangku kebijakan?

1. Menyiapkan SDM yang berkualitas

Untuk dapat bersaing dan beradaptasi dengan dunia global, kita harus memupunyai keahlian yang mumpuni, termasuk dalam hal teknologi. Jika tidak, kita akan terdepak dari dunia persaingan yang semakin cepat. Kualitas pendidikan di Indonesia harus segera dibenahi, jika kita tidak mau tergilas kencangnya putaran dunia global. Mirisnya, rata-rata penduduk Indonesia hanya hampu merasakan pendidikan rata-rata 7tahun.  Angka tersebut tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN.

2. Menyiapkan Regulasi

Arus digitalisasi yang bergitu hebat mengharuskan pemerintah sesegera mungkin menyesuaikan diri dengan menetaka kebijakan-kebijakan yang dinamis. Bahkan digitalisasi telah mendahului kebijakan. Seperti ojek online yang kita bahas diawal, namun belum ada regulasi secara khusus. Perlu strategi yang tepat untuk mengimbangi derasnya arus digital dan tidak terbuang dari perjalanan zaman.

Manusia Indonesia adalah manusia yang cerdas. Kita akan kalan jika kita hanya menagndalakan konumsi dan tidak berinovasi. Mari membangun Indonesia dengan jiwa muda untuk lebih mendunia.

#EconomicForBetterFuture

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun