Mohon tunggu...
Tri MS
Tri MS Mohon Tunggu... Apoteker - mantan PNS

Orang biasa yang selalu ingin belajar dan berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Solusi Mengatasi Sanitasi di Daerah Kumuh di Rejang Lebong

7 Oktober 2011   18:31 Diperbarui: 2 Oktober 2016   18:00 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan pagi hari di sepanjang siring Talang Benih

Istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan adopsi dari program CLTS (Community Led Total Sanitation), yang handbook terjemahan Bahasa Indonesia versi pdfnya bisa dibaca di sini,  telah lama diperkenalkan di beberapa negara Afrika (tepatnya Bangladesh) dan India. Menkes kemudian membuat SK Menkes tentang  gerakan STBM. Pendekatan STBM ini telah diujicobakan di beberapa daerah yang mempunyai proyek WSLIC seperti di Lumajang. 

Khusus untuk kabupaten Rejang Lebong, STBM mulai diperkenalkan pertengahan tahun 2008 dan diujicobakan di wilayah  desa proyek CWSH serta disosialisaikan di wilayah kumuh perkotaan Curup, terutama seperti kondisi sanitasi yang buruk di kelurahan Kepala Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih. Cobalah lihat aktivitas warga di pagi hari di sepanjang siring di 3 wilayah Kepala Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih, maka nampak begitu bermanfaatnya air di sungai/siring tersebut bagi keperluan aktivitas keluarga seperti cuci mencuci, mandi tapi sekaligus juga ada yang mengotori untuk BAB atau secara tidak nampak pipa WC-nya dialirkan ke siring. Meski, sebenranya air tersebut lebih cocok dimanfaatkan untuk keperluan pertanian.

Lihat tulisan  : Kesepakatan Bersama untuk Perubahan Lingkungan di Kota Curup

Setelah melihat beberapa situasi sanitasi di beberapa tempat/negara, ternyata untuk mengatasi hal tersebut ternyata solusinya tidak melulu menggantungkan anggaran kepada pemerintah. Masyarakat di daerah tersebut sendiri bisa dimotivasi dan digerakkan melalui teknik pemicuan (trigering), berubah kebiasaannya setelah merasa malu kalau hal tersebut diwariskan ke ke generasi berikutnya. Istilahnya pemberdayaan masyarakat melalui konsep STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan sanitasi di masa lalu yang ternyata :

  • Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan tidak dipelihara oleh masyarakat
  • Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek
  • Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi
  • dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah

Intinya, sebenarnya apa sih STBM ?

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk menginisasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan malu masyarakat atas kondisi sanitasi dimana mereka buang air besar ditempat terbuka (open defecation) sehingga pada akhirnya mereka mencari solusi secara bersama untuk mengubah kondisi mereka.

Hal tersebut didasarkan atas asumsi dasar bahwa ternyata :

  • Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).
  • STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.
  • Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)

Jadi tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan konsep PHBS.! Bukan dari banyaknya jamban yang bias dibangun! Istilahnya bebas dari BAB sembarangan atau Open Defecation Free (ODF).

Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local. Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk "pencerahan".

Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator. Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh, lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan masyarakat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun