Mohon tunggu...
Tri Mulyani Dewi
Tri Mulyani Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Biasa

Mengukir Aksara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berperilaku Cerdas di Tengah Ketidakpastian

11 Mei 2020   17:21 Diperbarui: 11 Mei 2020   17:24 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa menyakitkan dan memukul rakyat saat ini adalah adanya wabah virus Covid-19 yang kian hari memakan korban. Lantaran virus ini merupakan keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. 

Terhitung dari bulan Februari hingga saat ini, selama kurun waktu yang cukup panjang tersebut rakyat merasakan gersangnya laju ekonomi yang semakin turun hingga mencekam rakyat kalangan bawah. Menyikapi hal tersebut saya turut prihatin atas tersebarnya virus COVID-19 ini termasuk mereka yang berjuang melawannya.

Kecerdasan poin utama disemua kondisi, benarkah?

Pada dasarnya perilaku orang cerdas merupakan identik dengan seseorang yang berperilaku pintar dan memiliki kemampuan kerja otak serta logika yang lebih. 

Seseorang yang berperilaku cerdas berbeda dengan yang berperilaku pintar, sementara orang yang berperilaku pintar belum pasti berperilaku cerdas. Berikut merupakan kecerdasan yang perlu diperhatikan di masa sulit saat ini.

1. Mengelola Manajemen Keuangan

Orang yang berperilaku cerdas dengan situasi genting saat ini, mereka mampu mengelola majajemen ekonominya yang bagus serta tidak digunakan oleh ambisi dan hasrat psikologis dan seksualnya yang mana dia akan menyia-nyiakan dan menghabiskan hartanya dengan percuma.

Secara syariat dan norma kemasyarakatan, kepala rumah tangga bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya. seperti menyediakan pakaian, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sewaktu keluarganya jatuh sakit. apabila menolak memenuhi sebagian hal diatas, dirinya akan diminta bertanggung jawab dihadapan syariat dan hukum kemasyarakatan. 

Adakalanya istri dan anak-anak tidak mengetahui kesulitan yang dihadapi kaum laki-laki. mereka acapkali menuntut dibekali ini dan itu. Terkadang kaum laki-laki memenuhi begitu saja permintaan tersebut sehingga uangnya ludes. Ini jelas keliru.

Adapun laki-laki yang cerdas dalam mengatur kehidupan ekonominya selalu berusaha membeli sesuatu yang lebih penting ketimbang yang penting. Ia lebih memprioritaskan segenap hal penting dan bersifat primer sesuai kemampuan keuangannya. Baru kemudian dirinya secara berangsur-angsur membeli sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan keluarganya. 

Dirinya sudah menyiapkan dana yang sekiranya diperlukan untuk keperluan jangka pendek maupun panjang, dan lain sebagainya. Kemudian seorang istri cerdas mampu menggunakan hasil jerih yang diperoleh seorang suami dengan cerdas tanpa mementingkan egonya. Kepala rumah tangga dengan istrinya yang berakal selalu berusaha membeli sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

2. Tinggalkan Perilaku Hedonis

Kebijakan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak memiliki peranan yang sangat penting, contohnya dengan menanamkan atau meninggalkan perilaku hedonis sejak usia muda kepada anak-anaknya. Disini dapat diambil contoh dengan adanya wabah maka pengeluaran uang semakin menipis. 

Posisi seorang istri juga sangatlah berpengaruh terutama pada penggunaan harta atau perbelanjaan. Inilah pelajaran besar tentang etika, sosial, serta ekonomi yang mana peran kecerdasan sangatlah diperlukan.

3. Tidak Berhutang

Hindari poin ke dua ini, menurut perspektif syariat, sistem perekonomian yang bertumpu di atas sistem hutang piutang amatlah buruk. Membeli peralatan rumah tangga yang kurang penting dengan cara berhutang memang menjadikan kehidupan keluarga secara lahiriyah begitu indah. namun, itu menjadi tiada artinya karena pada saat yang sama kebahagiaan dan keharmonisan keluarga mulai tercerabut. 

Kalau tanpa perhitungan dan bersikap boros, mereka pasti akan terkondisikan untuk berhutang. Jika sudah demikian, disuatu hari kelak, mereka pasti akan terjebak kondisi perekonomian yang tidak diinginkan dan semakin melilit dengan hutang piutang. Kemudian apabila mindset keduanya sejalan seyogianya menjauhkan diri dari kebiasaan berhutang, maka ancaman yang tidak diinginkan tidaklah ada.

4. Ruang usaha baru tanpa melanggar himbauan pemerintah

Bukan hanya pintar serta cerdas dalam mengatur keuangan saja, tetapi berusaha bagaimana agar kita dapat menghasilkan pemasukan dalam masa epidemic tanpa harus melanggar himbauan pemerintah. 

Saat menjalani WFH (Work From Home) berusahalah agar kita melihat peluang untuk mengisi lagi kantong yang kian surut. Bisa dimulai dengan hal yang terkecil membuka ruang usaha dengan online, usaha mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun