Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelekatan, Sumber Utama Ketidakbahagiaan

12 Juni 2021   20:44 Diperbarui: 12 Juni 2021   20:52 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: erinlanahanmethod.com

KELEKATAN, SUMBER UTAMA KETIDAKBAGAHIAAN 

Anda pernah merasa sangat kecewa karena barang berharga Anda hilang atau dicuri? Anda pernah begitu sedih karena kehilangan orang-orang terdekat yang sangat dicintai? Anda pernah merasa kesepian karena ditinggal oleh pasangan? Anda merasa takut dan khawatir terhadap hal-hal di masa yang akan datang? Atau Anda sering kecewa karena kejadian yang Anda alami jauh dari keinginan dan harapan?

Kalau jawabannya adalah YA, berarti Anda memiliki "KELEKATAN". Menurut KKBI, lekat berarti sangat erat menempel. Mengapa Anda merasa kecewa, sedih, takut, dll karena hal-hal di atas sangat erat menempel di hati Anda. Anda menempatkan dunia di dalam hati Anda, di dalam pikiran Anda, di dalam genggaman tangan Anda. Erat sekali. Lekat sekali. Inilah sumber ketidakbahagiaan dalam hidup Anda.

Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan dalam hidup ini, setidaknya kita perlu memahami beberapa hal berikut ini:

Hati bersifat spiritual

Hati adalah elemen rohani, oleh karena itu ia hanya bisa diisi oleh hal-hal yang bersifat spiritual.  Seperti iman, syukur, sabar, tawakkal, dzikir, kebaikan, kehadiran Tuhan, dll. Ia tidak mungkin diisi oleh uang, harta-benda, pasangan hidup, dan perihal duniawi lainnya. Karena kelak yang akan kembali kepada Tuhan adalah ruh kita, sementara kepemilikan dunia mau tidak mau akan kita tinggalkan. Apa yang bisa ditampung oleh hati kita merupakan bekal menuju kehidupan setelah mati.

Dunia hanyalah senda-gurau dan permainan

Menurut Al Qur'an, dunia ini tak lain hanyalah senda-gurau dan permainan. Kalau demikian, untuk apa kita terlalu serius dengan perihal dunia. Mengapa kita harus mati-matian dalam mengumpulkan uang; mengapa kita mesti banting tulang dan peras keringat dalam menumpuk harta-benda; mengapa kita harus memaksakan kehendak kepada orang lain (harus begini-harus begitu); mengapa kita sangat menginginkan kesempurnaan; mengapa pula dunia mesti berjalan sesuai dengan keinginan kita?

Kalau dunia hanya senda-gurau dan permainan, mari kita lebih santai, berdamai dengan takdir, menerima kondisi dan keadaan apapun, tidak terlalu menuntut dan memaksakan kehendak, dan seterusnya.

Lahir tidak membawa apa-apa, mati pun demikian

Ketika seseorang lahir, ia telanjang dan tidak berpakaian, serta tidak membawa apapun. Demikian halnya ketika mati, segala harta-benda dan uang tidak ada yang dibawa, kecuali sehelai kain kafan. Maka tidaklah perlu kita mencari uang dan harta dengan cara mencuri, korupsi, atau menipu. Tak perlulah kita punya kekayaan segunung sampai tujuh turunan. Tak perlulah kita menganggap harta-benda bersifat kekal. Yang bisa dibawa mati adalah kebaikan yang kita miliki.

Kalau sudah tahu bahwa kita mati tidak membawa apapun, jangan lupa dalam hidup ini kita berbagi dengan orang (berderma, bersedekah). Harta yang kita sedekahkan inilah harta kita yang sesungguhnya. Harta inilah yang bisa menjadi bekal kita menuju kehidupan setelah mati (akhirat). 

Lagipula, kita bukanlah pemilik sesungguhnya dari segala harta yang kita miliki, melainkan Allah lah Sang Pemilik Sejati. Dia-lah pemilik seluruh alam semesta, langit dan bumi beserta isinya. Kita sekedar dititipi saja. Dia pula berhak mengambil milikNya kapan saja.

Jika kita telah memiliki kesadaran demikian, sudah barang tentu kita tidak akan bersedih jika harta kita berkurang, harta kita hilang/rusak, harta kita dicuri, dll.

Buang Energi Negatif 

Energi negatif yang melekat di hati kita, pikiran kita, dan jiwa kita juga merupakan sumber ketidakbahagiaan. Berburuk sangka (negative thinking), iri hati, kedengkian, kebencian, kemarahan, dendam, penyesalan, kekecewaan, kecemasan dan sebagainya jangan sampai melekat pada tubuh kita. Jika kita terbiasa menyimpan (melekatkan) energi-energi negatif tersebut dalam waktu lama, sudah barang tentu akan merusak kebahagiaan hidup kita.

Hidup yang singkat ini mengapa mesti kita isi dengan ketidakbahagiaan. Mari kita isi hidup ini dengan segala hal yang membahagiakan: berbagi, menghargai orang lain, memaafkan, menolong sesama, kerja sosial, kegiatan spiritual, dan masih banyak lagi. Jika kita membahagiakan orang lain, sama juga membahagiakan diri sendiri.

Tidak ada gunanya bersedih, tertekan, murung, cemas, marah, tidak bergairah, putus asa. Life is Beautiful.

Milikilah hati seperti TEFLON stainless steel, tidak ada yang bisa menempel di sana, tidak ada yang dapat melekat di sana.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun