Mohon tunggu...
Tri kurniaRohmah
Tri kurniaRohmah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Money

Miris! Serap Tenaga Kerja Paling Banyak, UMKM Masih Abaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

14 November 2019   15:05 Diperbarui: 14 November 2019   15:09 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berbicara mengenai Usaha Mikro Kecil Menengah atau biasa disebut dengan UMKM rasanya sudah tidak asing, apalagi untuk orang yang tinggal di Indonesia. Sebagai penduduk asli bahkan hingga turis mancanegara sekalipun yang tentunya menetap di Indonesia. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi tentu pemandangan dan aktifitas sehari-hari tidak terlepas dari para pelaku UMKM. Mulai aktivitas pada pagi hari sekedar pergi sarapan mencari Bubur di sepanjang jalan, nongkrong bersama teman di cafe, kemudian berbelanja kebutuhan sandang pangan di mall besar atau toko usaha pribadi hingga sekedar memesan suatu barang melalui aplikasi online di era yang semakin canggih ini.

UMKM ada dimana-mana mulai dari pinggiran jalan, di gang perumahan bahkan hingga di mall yang fancy sekalipun, UMKM ada di seluruh pelosok negeri. Hal tersebut menggambarkan bahwa UMKM tersebar di segala lini, sangat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan penduduk Indonesia dan betapa kita tidak bisa terlepas dari kegiatan UMKM.

Namun tahukah Anda? nyatanya UMKM mempunyai peran yang amat penting bagi kehidupan Indonesia, salah satunya yaitu sebagai penyerap tenaga kerja paling banyak. Jika dilihat sejak 2016 hingga sekarang jumlah UMKM kian meningkat. Dikutip dari Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian pada rilis Ekonomi Mingguanya, Kementerian Koperasi dan UMKM mencatat telah terjadi peningkatan sebesar 2,06% atau 1,2 juta unit usaha dari 61,7 juta unit usaha di tahun 2016 menjadi 62,9 juta unit usaha di tahun 2017. Selain pertumbuhan yang baik, sektor ini juga memiliki pangsa pasar yang sangat besar yakni 99,99% dari seluruh pebisnis di Tanah Air. Kenaikan UMKM ini juga berbanding lurus dengan adanya penyerapan tenaga kerja.

Dengan demikian selaras bahwa sektor UMKM juga memiliki peran yang cukup besar dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM merilis data yang menunjukkan bahwa sektor UMKM berhasil menyerap tenaga kerja hingga 116,6 juta orang atau sebesar 97,02% di tahun 2017. Tingginya serapan tenaga kerja dari sektor UMKM ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia, yangmana dikutip dari Badan Pusat Statistik tahun 2018 UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak tujuh juta orang pada Bulan Agustus 2018.

Perkembangan UMKM yang terus meningkat secara signifikan yang tentunya berbanding lurus dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja, menciptakan iklim positif bagi negara. Dengan jumlah 62,9 juta unit usaha dan penyerapan tenaga kerja hingga 97,02% di tahun 2017 dan bahkan terus meningkat tiap tahunnya, Bisa dibayangkan berapa banyak nyawa yang harus ditanggung serta seberapa banyak jiwa yang harus diperhatikan keselamatan dan kesehatannya. Pernahkah kalian membayangkan film Final Destination benar terjadi dalam kehidupan nyata? Dimana kejadian-kejadian mengerikan hingga merenggut nyawa bisa terjadi dengan mudahnya hanya karena keteledoran kecil dan kesalahan-kesalahan sepele?

Lalu bagaimana jadinya dengan jutaan tenaga kerja di UMKM ini apabila hal-hal sepele tidak diperhatikan bahkan jika kesehatan dan keselamatan kerja pun tidak diterapkan sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan atau penyakit hingga jatuhnya nyawa seseorang? Coba bayangkan dan renungkan.. alangkah mengerikannya UMKM tanpa memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.

Menurut International Labour Organization atau ILO, UMKM menjadi bagian penting dari kegiatan sebuah negara termasuk Indonesia. Namun karena defisit sumber daya manusia dan keuangan masih menjadi masalah pada sebagian besar UMKM di Indonesia, UMKM di Indonesia masih cenderung memiliki tingkat bencana penyakit dan kecelakaan terkait pekerjaan yang lebih tinggi. Pada faktanya UMKM masih sangat minim dalam memperhatikan standar kesehatan dan keselamatan kerja, dimana masih banyak pelanggaran atau penyelewengan yang dilakukan.

Hal tersebut sesuai dengan data dari International Labour Organization (ILO) yang menyatakan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 250 juta terjadi kecelakaan di tempat kerja, kemudian lebih dari 160 juta pekerja terkena penyakit karena bahaya di tempat kerja, bahkan 1,2 juta rata-rata orang meninggal dunia tiap tahunnya akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Jumlah tersebut bukanlah angka yang kecil, oleh karena itu pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja tidak bisa dikesampingkan begitu saja.

Januar Rustandu seorang Project Manager, International Labour Organization (ILO) dalam Sesi Ideas and Innovations Marketplace  juga menyatakan bahwa "Masalah UKM di Indonesia antara lain adalah tidak adanya catat-mencatat, masalah tata letak ruangan, kurangnya perhatian mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan lain-lain, kemudian adanya pernyataan dari Budi Utoyo selaku pendiri Smart Entrepreneur Coaching menyatakan bahwa UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis.

Dengan memiliki rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha." Selaras juga dengan pernyataan Jeff Kristianto pelatih bersertifikasi ILO-SCORE global dan direktur eksekutif BEDO bahwa "Kecelakaan atau penyakit akibat kerja sangat mahal dan dapat memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung yang serius terhadap kehidupan pekerja dan keluarga mereka. Untuk usaha kecil, bahkan biaya untuk satu kecelakaan saja bisa menjadi bencana keuangan."

Pertumbuhan UMKM di Indonesia sangat layak diapresiasi. Pertumbuhan yang sangat signifikan dan menawarkan diversitas ekonomi yang mampu bertahan saat badai krisis keuangan global menghantam. Namun sayangnya, fakta dilapangan implementasi K3 di Indonesia nampaknya belum menjadi prioritas, padahal hal ini berkaitan dengan nyawa manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun