Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (106), Menyisahkan Kesunyian

9 November 2024   04:40 Diperbarui: 9 November 2024   05:02 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Tri Handoyo

Semua saudara Raden Suncoko dan anak-anak mereka yang telah dewasa telah berkumpul sejak pagi tadi.

"Orang-orang tua kita adalah manusia yang gagah perkasa!" Seru Raden Suncoko membakar semangat, "Darah yang sama mengalir juga dalam urat nadi kita. Kita tidak menghendaki terjadinya pertumpahan darah, tapi saat ini kita tidak dalam keadaan damai! Harta kita telah dirampas dengan sewenang-wenang oleh para bajingan terkutuk!"

Kemarahan keluarga besar itu pun menggelegak. Mereka semakin percaya diri melihat Laskar Cabak berada bersama mereka.

"Kalau kita tidak selesaikan soal ini sekarang juga," Raden Suncoko melanjutkan, "Kehormatan leluhur kita akan ternoda. Kita tak akan pernah bisa menegakkan kepala dan menjadi bahan tertawaan orang! Hari ini juga kita akan siap berkorban nyawa demi menegakan kebenaran!"

Wajah Ki Genuk Gluduk tampak riang melihat anak cucu Raden Sutowo menemukan kembali jati diri mereka. "Dari alam kuburnya, almarhum sahabatku Raden Sutowo, akan bangga melihat kalian semua! Kalian memang anak-anak pemenang, bukan pecundang!"

Setelah menunggu hingga menjelang sore, dan tidak ada satupun pihak Intijiwo yang menemui mereka, maka pengusiran paksa benar-benar akan dilakukan. Mereka semua bergerak serentak mengikuti Raden Suncoko. Gerimis yang turun tidak sedikit pun menyurutkan semangat. Dengan gagah berani, bersenjatakan pedang, golok dan tombak, mereka beriring-iring menuju Pendopo Emas.

Ki Genuk Gluduk yang berjuluk Pendekar Cabak dan sekitar tiga puluh orang anak buahnya yang disebut Laskar Cabak berjalan di barisan belakang.

Cabak adalah nama burung nocturnal pemakan serangga. Burung yang dinilai aneh sebab bentuk kakinya yang begitu pendek. Keanehan yang lain adalah kicauannya menyerupai orang meratap atau mengeluh yang menusuk. "Cwiip" yang dikicaukan secara teratur saat terbang pada saat petang dan dini hari.

Bulu burung memiliki bagian yang tersusun saling mengunci, seperti genting atap rumah. Itu membuat burung menjadi aerodinamis sekaligus tahan air. Mereka juga punya tiga kelopak mata. Salah satu kelopak mata ini adalah selaput bening yang melindungi mata saat hujan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun