Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (100): Juragan Tidak Mungkin

30 Oktober 2024   05:19 Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:07 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Atas bantuan Gandung Si Raja Belut, Lintang yang membawa sepuluh murid terbaiknya, berhasil menemukan bukit yang dijadikan sarang 'Wong Langit'.

"Kalian jaga di sini! Jika ada yang turun, itu bagian kalian!" Setelah berkata demikian, lelaki yang dijuluki Pendekar Pedang Akhirat itu lalu berlari menaiki jalan berbatu. Tampaknya ia tidak menggunakan keseimbangan tubuh dan tanpa memperhatikan bebatuan yang dipanjatnya. Padahal tebing itu berlumut dan licin sekali. Di samping karena terdapat mata air di atas yang selalu mengalir melewatinya, juga tidak sedikit bebatuan yang ujungnya runcing atau pipih seperti pisau. Akan tetapi, sungguh mengagumkan, Lintang dapat berlari menaikinya seolah-olah jalan itu datar saja.

Di pintu gerbang sarang perampok, Lintang langsung disambut bentakan menyeramkan oleh salah seorang penjaga. "Hei bangsat! Siapa kau berani lancang menginjakan kaki di sini?" Tubuhnya tinggi besar dan kedua lengan tangannya penuh bulu hitam. Ia memegang sebuah golok besar tapi bentuknya persegi, dan berkilauan saking tajamnya.

Beberapa temannya yang mendengar suara bentakan itu segera bangkit dari tempat duduk dan siap dengan senjata mereka masing-masing.

"Siapa yang menyingkir dari sini akan selamat!" kata Lintang tetap tenang.

"Kau yang harus menyingkir setan keparat!" jawab si penjaga galak dan langsung mengayunkan golok membacok kepala.

Entah bagaimana Lintang sudah secepat kilat mencengkeram batang leher si penjaga itu dan sekali cengkeram, jalan darah yang menuju ke otak itu tersumbat dan dalam sekejap mata dia tergeletak lemas. Sepertinya tak bergerak lagi.

Teman-temannya melotot menyaksikan itu. Lalu tanpa dikomando, sambil mengeluarkan teriakan-teriakan nyaring mereka semua langsung menggempur. Mereka rata-rata memiliki tenaga yang cukup besar, sehingga dengan itu mereka dapat menutupi kekurangannya dalam hal ilmu silat.

Hebat pertempuran itu. Bagaikan hujan bermacam-macam senjata menerjang bergantian dari semua penjuru arah. Para pengeroyok kaget tiada habisnya karena lelaki muda itu seakan-akan memiliki puluhan pasang mata pada semua bagian tubuhnya. Ia belum mengeluarkan pedangnya, tapi pukulan dan tendangan yang sangat kuat membuat setiap benturan pasti membuat senjata pengeroyok terpental lepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun