Mohon tunggu...
abednego gumono
abednego gumono Mohon Tunggu... Dosen - Biji Mata Tuhan

Hidup adalah tentang perubahan

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Memperingati 50 Tahun Koes Plus, Enkulturasi Musik dan Lagu Koes Plus

5 Januari 2019   12:19 Diperbarui: 6 Januari 2019   18:10 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: banjarmasin.tribunnews.com

Pagi ini, Sabtu 5 Januari langit sangat cerah di perumahan tempat saya tinggal. Jalan-jalan pagi sambil memandangi langit adalah gambaran alam indah dengan awan putih yang terbercak di beberapa bagian. Pagi yang indah. Sebelum menulis, saya memang berolahraga ringan terlebih dahulu agar ada keseimbangan di alam tubuhku ini. 

Saya juga merencanakan mengambil gambar tulisan cukup besar dengan tagar 2019 50 Tahun Koes Plus. Adalah istri saya yang sedikit berteriak senang mengatakan ada sepanduk besar, tepatnya di sebuah rumah yang terletak di pinggir jalan besar Perumahan Palem Semi. Saat jalan pagi itu, kebetulan pemilik rumah sedang memarkir mobilnya di jalan depan rumahnya. 

Saya kemudian menyapa, selamat pagi, berkenalan, dan meminta izin memfoto spanduk itu. Laki-laki kelahiran 1967 itu ternyata penggemar Koes Plus. Sempat punya studio musik dan sering menyanyikan lagu-lagu grup kesayangannya itu.

Dari perbincangan yang tak lama itu, ada simpulan bagaimana lagu-lagu Koes Plus dikemas secara sederhana dan sangat komunikatif. Ya, itu adalah kesan kuat dan memang menjadi ciri khas lagu-lagu grup musik kawakan asal Tuban tersebut. 

Kesan ini kemudian memuncak menjadi kontroversi pada masa kejayaan mereka. Musik Koes Plus dianggap sebagai musik tiga jurus, kacang goreng sampai-sampai ayah mereka mengatakan lagunya sederhana, mutunya pun tak ada dalam lagu Penyanyi Tua yang juga sangat populer.

Pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah dari manakah kesederhanaan musik Koes Plus itu? Bagaimana meramu materi menjadi sederhana namun sangat digemari sebab sederhana bisa berasal dari kerumitan, keruwetan, atau kompleksitas. Hanya saja, kemudian dikomunikasikan secara sederhana. Dengan demikian, sederhana merupakan sajian yang bermula dari upaya yang penuh pencarian seni.

Salah satu pencarian materi musik yang dikerjakan Koes Plus dalam hal ini Tonny Koeswoyo, tak bisa dilepaskan dari penyisipan kesenian lokal. Eksperimentasi dengan memasukkan warna kesenian lokal ini  pernah terjadi misalnya dalam lagu "Mari-Mari" yang dipengaruhi oleh musik tanjidor Betawi, seperti dipaparkan Koeswoyo Senior.  Ini berlaku pula dalam lagu "Kolam Susu". Irama bass drum pada lagu itu bahkan mirip dengan irama kendang pada seni Jathilan. 

Jika mencermati bagaimana Murry memukul tom-tom pada lagu "Di Ru Ri Ram" pop Natal Koes Plus 1974, menjelang akhir lagu, maka ketukannya mirip irama kendang pada seni Jathilan pada bagian peperangan pada sesi akhir. 

Warna pukulan drum ini menjadi unik dan sangat mengena. Dalam seni Jathilan, ada sesi perang-perangan antartokoh yang tentu akan sampai pada epilognya, dan Murry dengan cerdik mengambil warna ini. Agak kedaerahan namun justru menjadi enak dinikmati, menandai akan berakhirnya lagu.  

Warna Jathilan juga sangat terasa dalam lagu "Demi Cinta", album Koes Bersaudara "Kembali" 1977. Pada lagu "Demi Cinta" jelas Tonny menyisipkan birama jathilan pada bagian prolog. Hasilnya, "Demi Cinta" menjadi lagu yang ritmis dan enak didendangkan.  Lagu "Muda-Mudi" juga menyisipkan bunyi klonengan gamelan Jawa.

Irama Klonengan ini juga masih berlanjut pada epilog lagu "De Du Ron Ron", Album "Angin Senja" 1984. Mengapa Tonny menyisipkan unsur seni lokal dalam lagu-lagunya? Karena itu adalah bagian dari upaya menggali kekayaan musik daerah sehingga dapat mewarnai aransemen musik. Musik lokal yang sederhana yang sering mengandalkan tiga not diulang-ulang dirasa akan menjadi pemanis lagu-lagu Koes Plus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun