Oleh karena itu, penggunaan media layar perlu dicermati bagaimana dampaknya bagi anak.
Screen Time dan Perkembangan Anak
Pada 2 tahun pertama, otak berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan otak terkait erat dengan pengalaman anak sehari-hari, seperti melihat dan menyentuh benda, mendengar bunyi dan kata-kata, dan bergerak mengeksplorasi sekitar. Dengan mengeksplorasi sekitar, anak cukup banyak menggerakkan badan yang terkait dengan kesehatan dan kekuatan fisik.
Selain itu, mengenali wajah orang-orang terdekat, mengembangkan interaksi sosial, dan keterampilan komunikasi dibutuhkan oleh anak di bawah usia 2 tahun, karena terdapat perbedaan respons otak yang berkembang terhadap atensi yang diberikan orangtua dengan stimulasi yang ditimbulkan dari perangkat elektronik (Montanari, 2016).
Saat stimulasi dari media layar ditayangkan, anak dikondisikan pada posisi duduk, pasif, diam, dan perhatian terfokus pada layar. Anak menerima input suara dan gambar di layar.
Apabila situasi tersebut terjadi secara rutin dalam durasi yang sangat lama, maka aktivitas fisik dan interaksi anak dengan lingkungan sekitar sangat minim.
Akibatnya, anak kurang kesempatan melatih berbagai aktivitas penting yang mendukung tugas perkembangan pada periode sensitif.
Montessori (Crain, 2011) berpendapat bahwa pada 6 tahun pertama, anak memiliki beberapa periode sensitif. Artinya, anak sangat berminat menguasai tugas tertentu dalam suatu jangka waktu.
Periode sensitif meliputi berjalan dan memperhatikan detail (usia sekitar 1 hingga 2 tahun), meletakkan benda di tempat asalnya (sejak anak mampu berpindah tempat hingga usia 3 tahun), penggunaan tangan dan motorik halus (sekitar usia 18 bulan hingga 5 tahun). Berikutnya, periode sensitif bahasa berawal sejak anak memproduksi suara vokal hingga usia 6 tahun.
Dalam periode sensitif, anak membutuhkan pendampingan orang dewasa. Anak juga membutuhkan kesempatan untuk mengetahui hal-hal yang diminati. Rasa ingin tahu dan usaha anak perlu dihargai.
Contoh: Anak dalam periode sensitif berjalan. Ia membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan berjalan. Orangtua dapat mengikuti ritme anak berjalan. Ketika anak tertarik sesuatu, ia akan berhenti dan mengamati. Orangtua dapat mengajak anak berbicara mengenai ketertarikannya.