Mohon tunggu...
Tri Darmanto
Tri Darmanto Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Tokyo Indonesian School

Saya suka travelling untuk mendaki gunung dan mencicipi makanannya. Selain itu juga suka membaca dan menulis puisi atau cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Religiusitas Puisi-puisi Emha Ainun Nadjib

20 Mei 2020   11:06 Diperbarui: 20 Mei 2020   11:08 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nilai religius adalah nilai yang mendasari dan menuntun tindakan hidup manusia, dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia dengan cara dan tujuan yang benar dalam berhubungan dengan Tuhan. 

Religius menunjuk pada aspek yang ada dalam lubuk hati manusia, riak getaran hati pribadi manusia, sikap personal yang bersifat misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa. Religiusitas memperlihatkan nafas intensitas jiwa, yaitu cita rasa yang merupakan kesatuan rasio dan rasa manusiawi ke dalam pribadi manusia (Mangunwijaya, 1998:12). 

Kesatuan rasa dan rasio itu selanjutnya dipakai manusia untuk berhubungan dengan Tuhan.

Puisi sering memuat nilai-nilai religius. Hal demikian terjadi karena pada awalnya semua sastra adalah religius (Mangunwijaya, 1998:11). Pendapat tersebut memiliki maksud bahwa semula puisi lahir untuk acara-acara kebaktian manusia kepada Tuhan, sehingga puisi hadir bersamaan dengan upacara keagamaan tertentu. Melalui puisi, manusia ingin mendekat dan menyatu dengan Tuhan lewat seni (unio mistico).

Penyair bermodalkan kepekaan batin tinggi juga memanfaatkan kemampuannya itu untuk menjalin hubungan dengan sang pencipta. 

Aminuddin (2010: 197) menyebutkan bahwa pada awal pertumbuhannya, puisi sangat erat hubungannya dengan agama. Manusia selain sebagai makhluk sosial, sekaligus sebagai makhluk religius. Religiusitas tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Ketentraman batin dan kebahagiaan adalah tujuan hidup yang tidak terlepas dari hubungan manusia dengan Tuhan.

Kesadaran religiusitas pula yang menuntun penyair untuk menghayati kehidupan spiritualnya dan dituangkan dalam bait-bait puisi dengan tema-tema ketuhanan. 

Kerinduan pada Tuhan, keikhlasan menjalankan ibadah, tafsir terhadap perintah Tuhan, dan lain sebagainya diabadikan penyair lewat puisi. Puisi menjadi jalan bagi penyair untuk terus menghayati sisi religius sebagai bagian penting kehidupan.  Pengalaman batin dari puisi yang sangat pribadi adalah pengalaman diri tentang religius (Boulton, 1979: 5).

Senada dengan pendapat di atas, Mangunwijaya (1998: 12) menyatakan bahwa sisi religiusitas berkenaan dengan keyakinan yang ada di lubuk hati manusia. 

Getaran hati nurani manusia dalam menyikapi beragam masalah kehidupan yang ditemui. Penyair sebagai bagian dari masyarakat pasti menemui beragam masalah tersebut. Penyair lewat perenungan bermodal kepekaan batin menanggapi lewat puisi.

Penyair yang tidak diragukan lagi mengenai hal tersebut adalah Emha Ainun Nadjib. Kepekaan batin yang tinggi terhadap masalah-masalah religius menjadikan puisi-puisi Emha Ainun Nadjib selalu enak dibaca, didengar, dan direnungkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun