Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merekayasa Kepentingan Negara

15 Desember 2011   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merekayasa Kepentingan Negara

Meskipun serat Pararaton atau kitab raja-raja dikritik sebagai sarat nir-realita
Karena banyak catatan dikategorikan imajinasi dan sarat dengan rekayasa,
Tetapi harus diakui ada juga kebenaran didalamnya seperti amukti palapa
Yang diikrarkan oleh mahapatih kerajaan besar nusantara sang Gajah Mada.
Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada:
"Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Tañjung Pura,

Gurun, ring Seran, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Palembang, Sunda,
Tumasik, samana isun amukti palapa" yang maknanya diketahui semua siswa
Bahwa mahapatih digdaya ini tidak mau merasakan lezatnya rempah nusantara
Jika belum berhasil mempersatukannya di bawah panji-panji Majapahit nan jaya.

Singkat cerita nusantara bersatu jaya dan nama Gajah Mada semakin membahana
Meskipun ada juga catatan bercak sang mahapatih perkasa yang dengan sengaja
Menyebabkan putri Dyah Pitaloka merasa terhina dan memutuskan untuk pralaya
Setelah si ayahanda dan prajuritnya dibabat habis di Bubat karena gengsi semata.
Ah, Gajah Mada engkau memang agung, sakti, perkasa, penyatu nusantara jaya,
Tetapi bagaimana dengan nyawa banyak orang tak berdosa yang dikorbankan juga
Semata-mata karena ambisi naikkan martabat dan harga diri jauh tinggi ke angkasa?
Bagaimana bisa banyak nyawa yang tidak berdosa dapat begitu saja dibuat sirna
Sementara tujuan utama negara adalah mensejahterakan siapa saja rakyatnya?
Inilah catatan Dang Acarya Nadendra yang kemudian dikenal sebagai Prapanca.

Majapahit nusantara mungkin tak sama persis dengan negara republik Indonesia,
Tetapi jika berbicara tentang apa yang telah dilakukan dan tidak dilakukan olehnya
Tampaknya ada kemiripan dan persamaan, karena seringkali kepentingan negara
Berada di atas segala-galanya, sementara manusia warganya bisa saja kelas dua.
Mereka boleh dikorbankan dan diapakan saja jika kepentingan negara taruhannya.
Pada tingkatan negara, meskipun sikap ini terasa tidak pas, tetapi masih boleh juga,
Meskipun tetap harus ditanyakan dengan suara lantang apa itu kepentingan negara?
Susahnya apa yang dilihat dewasa ini di negara tercinta yang membentang perkasa
Tak jelas benar apa itu kepentingan negara karena seringnya para pejabat negara
Menggunakan topeng pengabur dusta untuk membungkus kepentingan pribadinya.
Semua adalah kepentingan negara menurut mereka sehingga semua warga negara
Statusnya adalah kelas dua dan karenanya boleh saja dikorbankan demi negara.

Yang sama parahnya dengan pejabat negara jenis ini ketika semua yang berkuasa
Juga menggunakan topeng dusta dan rekayasa atas nama kepentingan negara,
Karenanya mereka beranggapan semua warga negara boleh diubah jadi kelas dua
Yang tentu saja jadi sah dan benar untuk dikorbankan dan untuk diapakan apa saja.
Akibatnya lanjutannya benar-benar luar biasa dan tanpa penelitian pun jelas nyata
Betapa jauh dampaknya tidak hanya pada masalah etika dan martabat manusia,
Tetapi juga pada betapa semakin tidak dihargainya hak asasi manusia dan jiwa.
Pihak swasta pun tidak ketinggalan ikut berlomba merekayasa kepentingan negara,
Hanya dengan sedikit bekerja sama instansi negara eh ... mereka pun lalu merasa
Boleh juga mengedepankan kepentingan negara dan yang lain jadi warga kelas dua.
Akibat akhirnya? Memedi naik pedati, tragedi demi tragedi terus terjadi nun di sana,
Seperti yang terakhir mencuat jadi tragedi di Mesuji dan korbannya warga kelas dua.

Dr. Tri Budhi Sastrio = tribudhis@yahoo.com – HP. 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun