Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kasidi No. 403

24 Juli 2017   12:44 Diperbarui: 24 Juli 2017   12:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pernah dicatat bagaimana seorang nabi dibiarkan untuk dicobai sampai pada titik kemampuannya, dan karena nabi ini tetap tegar dan teguh mempertahankan keyakinan dan imannya sampai pada titik akhir, maka Sang Mahakuasa berkenan kepadanya sedangkan si pencoba harus mengakui bahwa dia telah gagal. Salah satu pernyataannya yang luar biasa untuk menunjukkan betapa teguh hati dan imannya adalah tatkala nabi ini mengatakan 'Jikalau ladangku berteriak karena aku dan alur bajaknya menangis bersama-sama, jikalau aku memakan habis hasilnya dengan tidak membayar, dan menyusahkan pemilik-pemiliknya, maka biarlah bukan gandum yang tumbuh, tetapi onak, dan bukan jelai, tetapi lalang.' Aku tidak mencuri, aku tidak merampas, dan aku tidak bertindak tidak adil, kalau tidak begitu, biarlah ladangku ditumbuhi bukan gandum, tetapi onak, bukan jelai, tetapi lalang. Inilah ungkapan sang nabi.

Tuhan, yang tentu saja tahu persis kisah sang nabi, menggunakan analogi 'gandum dan lalang' untuk menunjukkan mengapa di dunia ada 'orang baik dan orang jahat' dan mengapa Dia melarang menumpas habis si jahat sejak awal keberadaannya, dengan alasan yang sangat masuk akal. Pada masa awal-awal pertumbuhannya gandum dan lalang sangat mirip sehingga sulit dibedakan. Hal ini tidak sama dengan 'gandum dan rumput' umpamanya, yang jelas-jelas berbeda bahkan sejak awal pertumbuhannya, sehingga jika orang ingin mencabut rumput pasti sulit salah dan bukannya malah ikut mencabut gandumnya sekalian. Ini berbeda dengan lalang. Sejak awal sangat mirip sehingga jika ingin mencabut lalang sejak awal pertumbuhannya, kesalahan dapat terjadi.  Itulah sebabnya lalang sering disebut sebagai 'gandum palsu' -- 'false wheat' karena memang pada awal pertumbuhan sangat mirip dan baru akan tampak berbeda ketika mulai mengeluarkan bulir dan semakin jelas ketika buahnya matang. Gandum menjadi kuning keemasan dan lalang dan bulirnya menjadi semakin hitam.

Lalang memang tidak akan pernah menjadi gandum, gandum pun tidak akan pernah berubah menjadi lalang. Itu realita dua jenis tanaman ini, tetapi karena dua tanaman ini dijadikan analogi bagi orang baik dan orang jahat, dan dalam realita, orang baik dapat saja berubah menjadi jahat dan orang jahat dapat saja berubah menjadi baik, meskipun ya dapat saja yang baik tetap baik yang jahat tetap jahat, maka sangat diperlukan kecerdasan dan kerendahan hati untuk memahami mengapa perumpamaan dan pengajaran ini yang dipilih dan disampaikan oleh Tuhan, untuk dipahami oleh semua orang.

Pandangan lain mengapa Tuhan memberi peluang bagi yang baik dan yang jahat untuk terus hidup berdampingan sampai ke titik akhir karena Tuhan itu maharahim, mahapengampun dan penuh kasih. Lalang memang tidak akan pernah menjadi gandum, tetapi orang jahat yang mau bertobat, lalu percaya, lalu terus menerus berusaha mengalahkan dirinya sendiri, lalu melaksanakan perintah Tuhan untuk mencintai dan mengampuni sesamanya, peluang untuk berkenan bagi Tuhan tentu terbuka lebar.

Sedangkan Kasidi yang sering 'ngawur dan ugal-ugalan' ikut menambah pendapat, lha kalau di dunia ini tidak ada orang jahat lalu bagaimana orang baik dapat diuji dan dibedakan? Kasidi no.403 - XZSS24072017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun