Essi 262 -- Densus 99 Anti Korupsi
Tri Budhi Sastrio
Mulanya biasa saja, ada kabar tidak jelas masuk
     kategori desas-desus.
Satu densus akan dibentuk, tujuannya jelas,
     garang dan sangat bagus,
Memberangus para perompak uang negara yang
     memang sulit diendus.
Entah hidung si anjing atau kucing yang tak peka
     karena banyak ingus,
Entah karena si tikus yang pandai samarkan bau
     gunakan kapur barus,
Atau memang telah rontok semua rasa malu
     hingga tak bisa jalan lurus
Yang jelas para tikus terus menguras pundi
     negara berkardus-kardus,
Sementara anjing dan kucing beringus tidak
     jarang ikutan minta fulus.
Akibatnya ... wuss ... wuss ... bocor terus seperti
     tidak ada yang urus.
Dada rakyat hanya bisa diraba dan dielus,
     sementara miskinnya terus.
Puluhan tahun merdeka, yang kaya berpunya
     memang bak garis lurus
Terus naik menjulang, lurus tidak putus-putus,
     sementara yang kurus,
Jika bukannya mampus digilas roda kota yang
     memang melaju terus,
Biasanya terengah-engah terus menanggung
     beban akibat salah urus.
Negara ini kaya raya, alamnya hijau subur dan
     hasilnya melimpah ruah.
Jadi jika banyak rakyat terus miskin dan nasib
     pun tak pernah berubah,
Maka pasti ada yang salah tapi di mana dan
     bagaimana, nah ini susah.
Anehnya, menjadi susah bukan karena tak
     sukses identifikasi masalah
Tapi karena semua simpul, dari paling atas
     sampai yang paling bawah,
Dirancang sedemikian rupa sehingga jika yang
     satu diurai, wah ... wah,
Yang lain makin kencang membelit mencekik ...
     benar-benar bedebah.
Bagaimana negara bisa dibuat menjadi tidak
     berdaya bak kena tulah?
Penipu, pendusta, maling, perompak, lengkap
     ada, dan bukan fitnah,
Semua jelas, gamblang, dan nyata tepat di
     depan mata, yang masalah
Jika ditanya apa buktinya, mana saksinya, yah
     akal sehat selalu kalah.
Walau hati nurani menang tetapi jika kalah bukti
     kalah saksi ya sudah.
Durjana bedebah tak bisa digebah, penipu
     pendusta tak bisa disesah.
Memang tidak bisa hanya karena curiga lalu
     seorang divonis bersalah,
Tetapi jika indikasi sejelas bulan purnama tapi
     tak ada kaki melangkah,
Lalu bagaimana para durjana dan bedebah bisa
     dibuat tak lagi berulah?
Negara mungkin belum sampai pada tahapan
     salah kelola salah urus,
Tapi jika para maling perompak tetap dibiarkan
     bebas keluarkan jurus,
Lama-lama kerontang juga kantong rakyat ...
     mata merah badan kurus.
Apakah karena ini calon tunggal kepala
     bhayangkara usulkan densus?
Bukan densus sembarang densus, tetapi densus
     yang sanggup endus
Durjana bedebah pendusta maling perompak,
     densus yang kebal fulus,
Densus yang berani maju terus, densus yang tak
     akan pilih-pilih kasus.
Mulai dari desa sampai kota, semua lembaga
     sampai istana, ada tikus,
Ya libas sampai tuntas ... he ... he ... he ... ini
     baru namanya densus.
Pertanyaannya, serius nih desas-desus,
     bukankah dulu punya kasus
Ketika sejumlah tikus di kandang mau diringkus,
     eh malah dibungkus?
Belum lagi, berani nih tegapkan dada, tegarkan
     hari, guna meringkus Â
Dua atau tiga tikus yang mungkin saja
     berlindung di istana nan bagus?
Tikus yang berhasil diringkus jelas banyak, tapi
     yang aman sejahtera?
Yah ... masih ada di mana-mana ... segala
     macam anggaran negara,
Pasti ada koruptornya, entah besar entah kecil,
     entah teri entah naga,
Pasti ada, dan memang ada, tetapi yah jangan
     ditanya dong buktinya,
Ente yang cari, ente yang pastikan, ente yang
     mantapkan, singkatnya
Itu tugas ente dengan densusnya ... ayo, berani
     tidak mulai dari istana?
Jika berani maka rakyat jelata yang sudah muak
     melihat ulah durjana
Terus saja bersilat menguras harta negara dan
     hak-hak rakyat jelata
Pasti dengan suka cita menyaksikan walau
     hanya dari kejauhan saja
Bagaimana anggota densus yang anak-anak
     muda membela negara,
Membekuk hama penggerogot sukma, duh ...
     kami semua bahagia.
Hanya apa ini bisa, engkau kan diangkat karena
     tanda tangan istana?
Perintah pasti ada ... ringkus semua perompak
     pencuri uang negara.
Tetapi mulai dari mana? Sudah pasti bukan
     harus dimulai dari istana.
Tuh lihat yang di luar sana, banyak kerja dan
     masih banyak kasusnya.
Bahkan guna tuntas membersihkan lembaga
     tempat ente bekerja saja,
Seumur hidup bekerja keras dengan densus
     belum pasti tandas purna.
Banyak kan perwira, tak bisa jalankan tugas
     mulia karena tersandera Â
Perilaku bengkok terlanjur dilakukan semasa
     menjabat entah dimana?
Apakah mereka semua harus ditelanjangi demi
     sebuah tujuan mulia?
Yah ... mulia sih mulia ... tapi jika harus
     menelanjangi semua perwira?
Bahkan engkau yang panglima bhayangkara tak
     boleh melakukannya,
Apalagi cuma anak-anak anggota densus ...
     bekuk yang di luar sana,
Jangan ganggu kami yang masih punya banyak
     tugas untuk negara,
Bukankah begitu suara serempak yang akan
     disenandungkan mereka?
Densus Anti Korupsi, 99 angka usulannya,
     memang bagus dan mulia,
Karena korupsi memang masih merajalela dan
     KPK kewalahan juga.
Panen koruptor begitu melimpah sementara
     penuai sedikit jumlahnya.
Bantu KPK dan jaksa memaksa semua durjana
     masuk ke kandangnya,
Pasti akan didukung oleh siapa saja ... hanya
     saja ... yah hanya saja,
Ini kendala dan masalah utamanya, bukankah
     ikan busuk dari kepala,
Padahal kalian semua tampak penuh semangat
     memulai dari ekornya?
Kalau berani potong mulai dari kepala, badan
     dan ekor bisa berguna.
Jangan yang 'ecek'ecek' dipamerkan ke mana-
     mana, eh yang mega
Malah dilindungi berlama-lama, yah jika masih
     begini alur ceritanya,
Bagusnya tak usah saja, percuma ... harapan
     terlanjur ke angkasa,
Eh ... nyatanya hati tetap sakit juga, ikan
     kakapnya masih berdansa.
Ayo, bagaimana andika panglima bhayangkara,
     nyali masih membara?
Kalau ya, oke silahkan saja, tetapi itu tadi ya,
     mulailah dari kepala,
Bukan ekornya ... karena ekornya memang
     masih belum apa-apa,
Walau nanti harus dipotong juga; korupsi itu
     bukan besar kecilnya.
Tapi perilaku bengkoknya, perilaku dustanya,
     yang jadi dosa utama.
Essi 262 -- POZ22102013 -- 087853451949
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI