Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 227: Inul pun Ikut Turun Gunung

27 April 2021   06:54 Diperbarui: 27 April 2021   07:00 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kartun.inilah.com/

Essi 227 -- Inul pun Ikut Turun Gunung
Tri Budhi Sastrio
 
Arena pun semakin semarak seperti yang terjadi bertahun silam.
Para pendekarnya yang asyik bertapa setelah perseteruan kelam,
Akhirnya satu persatu turun gunung laksana bintang langit malam.
Yang seperti ini memang tak bisa dibiarkan, sang dewi beri salam.
Para penggemar bersorak membahana sambut sang dewi malam.
Benar-benar tidak bisa dibiarkan, dilanjutkan dengan suara dalam.
Sang dewi tunjukkan kening berkerut, mulut terkatup, tidak kejam
Tetapi ingin tunjukkan betapa tidak main-main, ibarat kapal selam,
Memang ada waktu mengapung ada waktu tetap diam menyelam,
Tapi kali ini mengapung dan siap bertanding, hening bak pualam,
Hanya ujung runcing serta bilah perangkat laksana pedang tajam,
Telah terhunus paparkan kilauan tekad, jelas tak mau tinggal diam.

Jika diurut dari yang paling anyar sampai yang dikenalkan dianya,
Memang beragam gerakan yang naik ke arena, berjaya, lalu sirna.
Tidak seperti gerakannya yang abadi, yang lain hanya variasinya.
Yang paling baru goyang 'tubeless' namanya ... pemrakarsanya?
Seorang bintang penyanyi muda ... gigih dan pantang putus asa,
Dengan bangga menyatakan ini gaya khas ciptaan dan miliknya.
Siapa yang pernah melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana
Seorang tukang tambal 'tubeless' melakukan tugas dan kerjanya,
Pasti tahu persis model goyang yang ini ... cari lobang bocornya,
Siapkan bahan penambalnya kemudian jarum besar penusuknya,
Dan ... langsung ditusuk, setelah yakin tembus, jarum ditariknya.
Selesai sudah proses penambalan, selanjutnya tinggal dipompa.
Goyang lainnya seperti goyang gergaji, goyang itik milik Zaskia,
Goyang patah-patah, goyang halilintar, goyang petir itu aliasnya,
Goyang khayang, goyang ngecor, semuanya dari sumber sama,
Goyang ngebor milik aku, pedangdut modern tulen, si Daratista.

Inul Daratista -- Ainur Rokhimah aslinya -- mungkin benar adanya.
Semua penyanyi ya bergoyang ... tetapi yang ngebor goyangnya,
Tampil di banyak saluran TV yang disiarkan ke seluruh nusantara,
Hebohkan seluruh angkasa jagat berita, ibu-ibu dan kaum wanita
Terbelah pendapatnya, ada yang marah dan melarang suaminya,
Bahkan hanya nonton berita karena bisa saja si pinggul prahara
Eh ... tiba-tiba muncul dan rumah tangga terguncang karenanya;
Ada yang cuek bebek karena itu kan cuma goyang dangdut saja,
Memangnya kesetiaan rumah tangga bisa menghilang begitu saja
Hanya karena pinggul sintal seorang dara desa membor layar kaca?
Jelas hanya satu saja yang bisa dan itulah saya ... Inul Daratista.
Semua sangat heboh pada masanya, tapi dari kacamata ini masa?
Yah, banyaknya reaksi berlebihan kadang kala menggelikan juga.
 
Kontroversi goyang ngebor nyatanya tak lalu berhenti begitu saja,
Para penyanyi dangdut lainnya, yang bergoyang tetapi biasa saja,
Beramai-ramai mengeroyok si dara desa ... gunakan banyak data
Sebagai alasan pembenarnya, tapi mungkin urusan bisnis semata,
Yang menjadi alasan utama, tapi siapa sih yang mau mengakuinya?
Ranah agama ikut dirambah bahkan istana dibuat geger heboh juga.
Tetapi fakta dan realita ternyata berbeda, semakin direndah dihina,
Semakin goyangan ini tembus angkasa, bahkan akibat lanjutannya,
Benar-benar luar biasa tidak terduga ... bravo untuk Inul Daratista!
Bahkan orang yang diberi label raja dan ratu dangdut tak berdaya.
Jika ada pemuka agama ikut mencela, banyak juga yang membela,
Akibatnya ... nama pemrakarsa goyang ngebor terus mengangkasa.
Populer ke mana-mana, walau akhirnya seperti menjadi sifat dunia,
Ombak di depan selalu didorong menghilang setelah deburannya
Oleh ombak yang belakangnya, goyang ngebor akhirnya surut juga.
Tetapi hanya namanya, sementara esensinya yah, tetap sama saja.
Banyak varian goyangan lanjutannya terus bermunculan tanpa jeda,
Itik, ayam, bebek dan angsa, ramai-ramai ditiru goyangan pinggulnya.
Bosan yang ini, gerakan gergaji pemotong kayu ikut menjadi idenya.
Petir, kilat, halilintar, apalagi, gerakan patah-patah jadi sumbernya.
Gerakan kayang dan olahraga lainnya juga menjadi inspirasi mereka.
Bahkan orang ngecor semen dipilih juga jadi nama pinggul berdansa.
Berikutnya, ini yang predikat paling anyar, walau hanya sementara,
Goyang tubeless , yah dari ngebor sampai ke tubeless itu faktanya,
Dari masalah moral sampai etika lanjut ke logika dan seni estetika,
Bertebaran dan pernah jadi fenomena lalu tenggelam seperti sirna,
Tapi kemudian muncul lagi dengan ide segar khas penyanyi muda.

Jagat musik comberan, istilah yang diberikan raja dangdut Indonesia,
Telah pindah posisi, hanya di mana tepatnya, anehnya tetap rahasia.
Tetapi saudara-saudara ... tentu bukan ini yang jadi inti masalahnya.
Lho, lalu apa ... setelah sekian banyak dan lama bicarakan ini tema?
Ini lho ... kata si ratu ngebor sambil senyum dalam mimpi indahnya,
Memangnya layak dia yang pernah mengata-ngatai saya wanita hina
Lalu melenggang ke istana negara hanya karena para pendukungnya
Merasa ia layak memimpin ini negara, bah, ini penghinaan bagi saya.
Tak usah melawan kandidat lainnya dah, seperti si Puan nona jelita
Yang diusulkan warga angkasa maya di Polandia, melawan saya saja,
Seperti yang dulu terbukti betapa ia tidak berdaya, belum tentu bisa.
Tapi baik, karena memang hak setiap warganegara lakukan apa saja,
Sepanjang tidak melanggar hukum negara, walau konyol nuansanya,
Saya tantang dia pada partai mana saja dalam konvensi kandidatnya,
Saya si ratu ngebor atau dia si raja dangdut yang jadi pilihan utama.

Dan jagat arena pertarungan yang gempar serta heboh di masa silam
Kembali semarak dengan senyuman bintang-bintang di langit malam.
Pinggul, pantat dan goyangan tak lagi penting guna dikaji dalam-dalam.
Ini masalah negara, masalah kehormatan, wanita tak bisa tinggal diam.
Jika hanya menghadapi pikiran sempit, jiwa kerdil, wawasan tak dalam,
Saya wanita desa pantang kalah hadapi keadaan, siap jadi peredam.
Ayo ... mana arena guna tunjukkan semangat nan tak kunjung padam,
Perjuangkan tidak hanya martabat dan harga diri kaum wanita awam,
Tapi juga anak bangsa yang rindu pemimpin elegan anak cucu Adam?
Dan ... sang dewi dalam mimpi indah kembali tersenyum dalam-dalam.
Sementara bintang tetap ceria semarakkan langit malam yang kelam.
 
Essi nomor 227 -- POZ17112012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun