Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Drama Pembajakan

18 Maret 2021   14:03 Diperbarui: 18 Maret 2021   15:30 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com

"Baiklah," kata wanita cantik itu lagi, "Anda mulai mengerti. Sekarang saya minta anda sekalian memasang sanuk pengaman. Pasang sabuk pengaman kuat-kuat saudara. Teman Nomor 5 akan memeriksanya. Penumpang di kelas ekonomi belum tahu kejadian ini. Para pramugari sudah diamankan. Kapten  pesawat sebentar lagi akan tahu karena saya segera ke sana."

Kemudian pada temannya yang dipanggil dengan nomor tadi, wanita cantik itu berkata: "Nomor 5, sebentar lagi boleh memeriksa sabuk pengaman para penumpang. Jika ada yang berani coba-coba, hajar saja! Jika melawan, tembak. Nomor 4, ikut saya ke kokpit."

Dengan langkah gemulai, diiringi kawannya yang dipanggil dengan sebutan Nomor 4, si cantik ini ke kokpit.

Ya, Tuhan betapa mudahnya membajak pesawat, gerutu Letnan Aji dalam hati. Apa saja kerja petugas di bandara pemberangkatan tadi. Bayangkan, empat senapan otomotis plus tiga bom, lewat begitu saja di depan hidung para petugas keamanan bandara. Brengsek! Sialan! Sabuk  pengaman terasa melilit erat di perutnya. Sialan, mana bisa santai kalau begini!

Sementara itu di dalam kokpit ada tiga awak pesawat. Kapten Pilot Hermawan masih muda, Ko-pilotnya juga muda. Hanya awak pesawat ketiga yang tampak agak lebih tua. Pintu kokpit ada yang mengetuk. Ko-pilot berdiri dan membukakan pintu. Dorongan keras mengejutkannya. Sepucuk senjata otomatis menodong perutnya.

"Kembali ke tempat," perintah sang wanita cantik yang menyelinap masuk dengan gesit. Kemudian ia berkata pada Kapten yang menoleh ke belakang dengan pandangan terkejut.

"Pesawat anda kami kuasai, Kapten! Mohon jangan menghubungi bandara. Kami tawarkan sesuatu. Pesawat dan penumpang dijamin selamat. Kami hanya ingin kerja sama anda. Beri wakt lima menit dan semuanya akan beres."

"Baik, terangkan dulu kerja sama macam apa yang diinginkan?"

Wanita cantik itu tersenyum. Giginya yang putih berkilau bak mutiara kontras sekali dengan bibirnya yang mungil berwarna merah.

"Ada seorang milyuner mempunyai hobi aneh. Dia senang sekali mengumpulkan film dokumenter kejadian yang sungguh-sungguh terjadi. Sudah banyak film dokumenter dikoleksinya, kecuali film dokumenter tentang drama pembajakan. Dia menginginkan film itu. Untuk itu dia tidak segan-segan membuang uangnya. Kami berlima dibayar olehnya untuk membuat film dokumenter yang benar-benar otentik, Kapten. Bayarannya benar-benar sangat mahal. Peralatan yang kami gunakan juga peralatan paling mutakhir. Pengambilan gambar hanya akan dilakukan di kabin utama. Suasana pembajakan yang sebenarnya sekarang ini sudah mulai terbentuk. Bagaimana, Kapten? Anda setuju bukan memberi kami waktu selama lima menit kemudian kami akan duduk kembali sebagai penumpang biasa?"

"Ini ...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun