Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Lewat Surat

7 Maret 2021   06:42 Diperbarui: 8 Maret 2021   06:21 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via www.stocksy.com

***

Sementara itu di sebuah rumah besar, di kawasan elite kota Bandung.

"Bagaimana pertanggung jawabanmu sekarang!" kata seorang laki-laki besar, pada sekelompok orang yang duduk dengan sikap resmi di depannya. Laki-laki tinggi besar itu melemparkan sepucuk surat, berperangko luar negeri.

"Hendra Sanca berada di Perancis sekarang! Padahal, sebelum ini  kalian memberi laporan padaku kalau laki-laki itu berada di Jakarta. Menyewa kamar di rumah susun. Bagaimana ini semua?"

Enam orang itu tertunduk.

"Kalau kalian yang menjadi aku, apa kira-kira yang akan kalian perbuat? Enam orang yang mengaku dirinya profesional, melakukan kesalahan begini elementer. Jiwa seorang pemuda yang tidak tahu apa-apa melayang begitu saja. Bagaimana perasaan orang tuanya? Bagaimana perasaan saudara-saudaranya? Kalian tahu? Kalian pernah memikirkannya?"

Tidak ada yang menjawab!

"Aku juga tolol, dan sialnya aku yang harus bertanggung jawab terhadap ini semua. Seharusnya aku memeriksa sendiri sebelum aku memberi persetujuan memvonis mati pemuda itu!" laki-laki tinggi besar itu menarik nafas panjang. Mukanya memperlihatkan rasa menyesal yang mendalam. Sepanjang kariernya, sudah banyak orang yang jiwanya melayang lewat tangannya tetapi kematian orang-orang itu tidak pernah disesalinya. Lain dengan yang sekarang ini!

Berbulan-bulan organisasinya mengejar-ngejar laki-laki penghianat itu. Puluhan juta rupiah, hasil perdagangan narkotika digelapkan. Untuk orang-orang seperti itu, organisasinya cuma mempunyai dua pilihan. Memecat orang itu tetapi dengan syarat harus mengembalikan semua uang yang bukan haknya, atau mengirimnya ke akherat. "Gadis" dalam organisasinya berarti "Uang". Hendra telah diberi surat ancaman semacam itu tetapi dia tetap tenang-tenang saja, sebenarnya sudah membuatnya heran. Tidak tahunya pemuda itu memang tidak mengerti, karena bukan dia sasaran sebenarnya.

"Harus ada keadilan untuk kesalahan-kesalahan semacam ini!" laki-laki tinggi besar itu berkata lagi. "Mulai sekarang, sampai selama enam bulan, seluruh uang yang menjadi hak kalian, tidak akan kalian terima. Uang itu akan kuserahkan pada keluarga pemuda itu. Nyawa seseorang memang tidak bisa dihargai cuma dengan beberapa juta rupiah, tetapi apa lagi yang bisa kuperbuat. Organisasi sendiri akan menyumbang tiga kali lipat dari yang kalian berenam berikan. Aku tidak menawarkan ini pada kalian, tetapi aku memerintahkan dan memutuskan. Yang tidak setuju, boleh keluar dari organisasi ini!"

Siapa yang akan berani menolak? Keluar dari organisasi, berarti mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun