Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cerpen Filsafat: Trajodi Rastokal

3 Maret 2021   12:34 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:54 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com/photos-images/judge-jury-courtroom.html

          'Tetapi orang lain yang akan ditugaskan toh akan memberikan nasehat seperti nasehat yang saya berikan.'

          'Hahaha ... kamu ini ...'

          Cuma tertawa semacam itu yang kuterima. Tidak ada penjelasan lainnya. Setelah beberapa kali mengalami kejadian yang hampir serupa dan beberapa kali pula diganti karena klien tidak lagi menghendaki, perlahan mulai ngeh juga. Ternyata nasehat untuk berkata jujur, apa adanya, ringan mengaku, mau bertanggung-jawab, dan yang sejenis, tidak disukai oleh banyak orang. Sebuah realita yang mengusik nurani mengganggu kalbu. Begitulah, semakin lama menekuni pekerjaan advokat semakin banyak potret buram seperti ini tidak hanya dirasakan dan dilihat dengan mata kepala sendiri tetapi juga menggempur kesadaran dan idealisme.

          Mengapa nasehat untuk jujur dan terbuka, untuk bicara apa adanya dan mengakui semua kesalahan, untuk tetap rendah hati dan bersahaja, untuk tetap lurus dan menghilangkan semua pikiran jahat, menjadi sesuatu yang amat sulit untuk diterima? Juga mengapa banyak sekali teman-teman seprofesi yang melakukan hal sebaliknya? Bukannya menganjurkan untuk jujur dan terbuka bagi para kliennya tetapi malah mendukung tipu-tipu dan dusta, mendukung bohong dan rekayasa? Benar-benar sulit dipahami  oleh si Jodi, sulit dimengerti oleh si Rasto.

          Bagaimana motto 'kebenaran dan keadilan harus ditegakkan walau langit runtuh' bisa dilakukan kalau para advokat dan pengacara tidak mau ikut serta bahu membahu melakukannya? 

          Setelah berulang merasakan dan bertahun-tahun mengalami sendiri, sebuah kesadaran tiba-tiba muncul begitu saja.

          Jika ingin kebenaran dan keadilan benar-benar ditegakkan, profesi advokat mungkin tidak terlalu tepat lagi. Mereka seringkali tidak berdaya di tengah-tengah gempuran beragam kepentingan, apalagi mereka itu pada dasarnya sangat tergantung pada klien-nya, sangat tergantung pada orang yang dibelanya, sangat tergantung pada mereka yang memerlukan jasanya.

          Aku harus mencari profesi lain, profesi yang memungkinkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa perlu tergantung pada orang lain, pada pihak lain, kecuali pada hukum dan nurani dan kesadaran diri pribadi.

***

          Tidak apa kembali menjadi 'Tokal yang nakal' jika dengan ini kebenaran dan keadilan dapat benar-benar dibela dan ditegakkan. Bahkan juga tidak apa menjadi 'Tokal yang nakal dan binal' jika dengan ini sikap yang lurus dan jujur dapat ditegakkan. Seperti menegakkan benang basah? Mungkin saja tetapi itulah yang akan kucoba sebisaku, kata si Tokal yang nakal dan binal berulang-ulang pada dirinya. (SDA-03022021-087853451949)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun