Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 260: Kesenjangan Iman

1 Desember 2020   06:26 Diperbarui: 1 Desember 2020   06:35 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasidi 260  Kesenjangan Iman

Cerita itu narasi, narasi itu cerita, dan kaitannya selalu dengan sastra dan karya sastra. Lukas, sebagai narator Yunani jempolan, berhasil dengan gemilang menghadirkan kisah nabi paling mulia utusan surga yang sekaligus juga penguasa langit dan bumi. Semua kisahNya disajikan dengan apik, didasarkan pada penelitian yang tampaknya dilakukan dengan sangat cermat.

Yang agak mencengangkan ternyata ahli sejarah dan jago bercerita ini bukanlah sastrawan atau filsuf melainkan seorang tabib. Tuhan sendiri seorang Tabib Agung. Jika Dia berkehendak, tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tidak ada dosa yang tidak dapat ditahirkan. Apakah Lukas juga menerima karunia dan kuasa luar biasa dari Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit dan bahkan menghidupkan orang mati?

Jawabnya tentu saja ya karena pada dasarnya Tuhan mengaruniakan karunia tersebut pada semua orang yang percaya. Masalahnya hampir semua bibir orang menyatakan percaya tapi dalam hati kecilnya tidak. Inilah 'kesenjangan iman' menurut Kasidi karena memang lain di bibir lain di hati. Tuhan juga dikenal sebagai 'pencerita yang jenius' dan kejeniusan Tuhan sebagai narator ulung semakin cemerlang laksana intan berlian di tangan penggosok ahli; dan penggosok tersebut adalah Lukas si Tabib.

Semua kisah hampir lengkap ditulisnya, tetapi puncak utamanya adalah kisah tatkala Tuhan memutuskan untuk kembali ke Yerusalem, kota pembunuh para nabi, kota yang selalu dipenuhi dengan aroma kebencian dan dendam kesumat. Dapat dibayangkan apa yang ada dalam hati Maria kala mengetahui Putranya memutuskan ini, hanya wanita istimewa ini memilih diam dan menyimpan semua kecemasan dan kekhawatiran dalam hati.

Berbeda dengan para murid, bahkan salah seorang berusaha mencegahnya dan apa hasilnya? Hardikan iblis dan peringatan keras bahwa orang yang percaya hendaknya selalu berpikir selaras dengan pikiran TUHAN dan bukan pikiran manusia. Sudah seberapa berhasilkah murid Tuhan masa kini belajar berpikir selaras dengan kehendak Tuhan?

Kasidi sedang dalam tahapan terus mencoba, dan sepertinya terus gagal. Jika ada yang merasa berhasil tolong tanyakan 'apakah aku ini lebih hebat dari Petrus yang dihardik sebagai iblis itu?'

Lebih jauh juga perlu dicatat bagaimana Tuhan berulang kali menunjukkan bahwa apa yang dipikirkan manusia kadangkala tidak sama atau bahkan bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan Allah. Ini menjadi penting bagi pihak manusia bahwa berpikir yang selaras dengan Allah itu tidaklah mudah karena terbukti apa yang dianggap adil oleh Allah ternyata menjadi kurang atau bahkan tidak adil oleh pihak manusia.

Ini baru masalah adil. Masalah yang lain juga sama. Apa yang dirasa pas oleh manusia ternyata tidak pas bagi Allah. Mengapa bisa seperti itu? Karena Allah mempunyai data yang lengkap dan menyeluruh untuk segala hal sedangkan manusia datanya terbatas. Simpulan yang diambil dari data yang terbatas biasanya salah. Kasidi no. 260 -- tbs/sda -18102016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun